Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Video Orang Prancis yang Bernyanyi di Depan Muslim yang Salat Ini terkait Pernyataan Macron soal Islam?

Kamis, 5 November 2020 17:53 WIB

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Video Orang Prancis yang Bernyanyi di Depan Muslim yang Salat Ini terkait Pernyataan Macron soal Islam?

Video yang memperlihatkan sejumlah orang memegang poster dan bendera Prancis sembari bernyanyi di hadapan puluhan muslim yang sedang salat beredar di media sosial. Salat itu digelar di tengah jalan. Video ini diklaim sebagai video orang-orang Kristen di Prancis yang mencoba mengalihkan perhatian muslim yang sedang menggelar salat.

Di Facebook, video beserta klaim itu dibagikan salah satunya oleh akun Info Menarik, tepatnya pada 29 Oktober 2020. Akun ini menulis, "Orang orang kristen mencoba mengalihkan perhatian muslim dr membuat sholat di prancis dgn bernyanyi dan memegang plakat didalam imam..kebencian tidak dapat menghentikan islam."

Hingga artikel ini dimuat, unggahan itu telah dikomentari lebih dari 9 ribu kali. Sejumlah akun yang mengomentari unggahan ini menghubungkan video tersebut dengan pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron terkait Islam sebagai respons atas pembunuhan terhadap seorang guru asal Prancis yang bernama Samuel Paty.

Apa benar video tersebut terkait dengan pernyataan Macron soal Islam sebagai respons atas pembunuhan Paty?

PEMERIKSAAN FAKTA

Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut menjadi sejumlah gambar dengan tool InVID. Selanjutnya, gambar-gambar itu ditelusuri jejak digitalnya dengan reverse image tool Yandex dan Google. Hasilnya, ditemukan bahwa video tersebut telah beredar di internet sejak November 2017 dan tidak terkait dengan pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron soal Islam yang merespons pembunuhan Samuel Paty.

Video yang sama pernah diunggah ke YouTube oleh kanal Shah_Khalid Khan pada 13 November 2017 dengan judul “During the payment of Friday prayers in France, the wing of the unbelievers reminded the Mushrikine”. Video identik lainnya juga pernah diunggah oleh kanal Tanu Plaza pada 31 Mei 2018 dengan judul “Muslim in Ramzan praying namaz on street road side”.

Video yang diambil dari peristiwa yang sama juga pernah diunggah oleh kanal milik Associated Press, AP Archive, pada 15 November 2017. Terdapat beberapa kesamaan antara video milik AP dengan video yang beredar. Salah satunya, seorang jamaah yang mengenakan jubah dengan motif garis yang berwarna hitam-putih. Dalam video yang beredar, jamaah tersebut terlihat di menit 1:17. Sementara dalam video milik AP, jamaah yang sama terlihat di menit 1:59.

Video milik AP ini diberi judul “Paris suburb tries to stop Muslim street prayers”. Dalam keterangannya, AP menulis bahwa peristiwa dalam video tersebut terjadi pada Jumat, 10 November 2017, di jalanan wilayah Clichy, Kota Paris, Prancis. Ketika itu, Wali Kota Clichy Remi Muzeau dan warganya memprotes para muslim yang telah beribadah di sebuah jalan di wilayahnya selama berbulan-bulan. Perselisihan ini mencerminkan masalah nasional yang terjadi di Prancis, yakni kekurangan masjid.

Polisi membentuk barikade di tengah puluhan muslim yang mencoba berdoa di jalanan Clichy dan ratusan demonstran yang mencoba menghentikan mereka. Saat para muslim meneriakkan kalimat "Allahu akbar", atau "Tuhan Maha Besar" dalam bahasa Arab, para demonstran menyanyikan lagu kebangsaan Prancis "La Marseillaise".

Peristiwa tersebut juga diberitakan oleh BBC pada 10 November 2017. Menurut laporan BBC, sekitar 100 politikus Prancis berbaris di sebuah jalan di Clichy, pinggiran Kota Paris, untuk memprotes umat Islam yang menggelar salat Jumat di depan umum. Para politikus itu, yang mengenakan selempang dengan warna bendera Prancis dan menyanyikan lagu kebangsaan, mendatangi sekitar 200 jemaah di jalan tersebut.

Polisi berusaha memisahkan kedua kelompok itu, namun beberapa bentrokan kecil terjadi. Para kritikus mengatakan salat di ruang publik tidak dapat diterima dalam sistem sekuler Prancis yang ketat. Namun, para jamaah mengatakan bahwa mereka tidak punya tempat lain untuk beribadah sejak pemerintah kota mengambil alih tempat yang biasa mereka gunakan untuk salat pada Maret 2017.

Dilansir dari The Local, muslim setempat menggunakan jalanan untuk berdoa sebagai bentuk protes terhadap keputusan wali kota yang menutup tempat salat yang biasa mereka gunakan. Sekitar 5 ribu jamaah muslim salat di tempat itu setiap harinya. Pemerintah membuka masjid baru untuk mereka, tapi jaraknya 1,5 kilometer, dan jamaah mengatakan tempat tersebut sulit dijangkau.

Protes ini mereka tujukan untuk menekan dewan lokal menyetujui dibukanya ruang salat di pusat Clichy. Tapi protes itu membuat marah pejabat lokal, yang telah meminta pemerintah pusat untuk campur tangan, dan menyatakan bahwa berdoa di jalan ilegal di Prancis. "Ruang publik tidak bisa diambil alih secara ilegal," kata Presiden Ile-de-France Valerie Pecresse. "Kami berada di negara di mana kami tidak berdoa di jalan, aturan hukum."

Dalam artikel The Local ini, terdapat tautan cuitan jurnalis Prancis Theo Maneval yang memuat video demonstrasi pada 10 November 2017 itu. Dalam video tersebut, terlihat bahwa demonstrasi itu digelar di depan sebuah bank bernama Credit Mutuel. Bank ini juga terlihat dalam video yang beredar.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, unggahan akun Facebook Info Menarik menyesatkan. Video dalam unggahan itu memang diambil di Prancis, namun tidak terkait dengan pernyataan Presiden Emmanuel Macron soal Islam sebagai respons atas pembunuhan Samuel Paty. Peristiwa dalam video itu terjadi pada 10 November 2017, jauh sebelum peristiwa pembunuhan Paty pada 16 Oktober 2020.

ZAINAL ISHAQ

Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id