Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Pidato Megawati dan Politikus PDIP Ini Terkait Perubahan Pancasila Jadi Ekasila?

Senin, 26 Oktober 2020 11:29 WIB

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Pidato Megawati dan Politikus PDIP Ini Terkait Perubahan Pancasila Jadi Ekasila?

Sebuah meme yang memuat foto Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dengan teks bahwa dia mengaku mewacanakan mengubah Pancasila menjadi Ekasila dibagikan di grup Facebook Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia [KAMI], yakni oleh akun Jimm Ash Sheedeq pada 22 Oktober 2020.

"Kepada para pendukung saya, kelompok yang pro dengan saya, saya ingatkan 'yang mewacanakan mengubah Pancasila menjadi Ekasila itu saya dan partai saya,,' Jadi tolong, janganlah kalian goblok dengan menuduh FPI, HTI dan kelompoknya. Karena itu tidak ada buktinya," demikian teks yang tertulis dalam meme tersebut.

Meme ini dibagikan bersama potongan video pidato Megawati, berdurasi sekitar 2 menit, dan potongan video pidato kader PDIP yang maju sebagai calon wali kota petahana Pasuruan, Raharto Teno Prasetyo, yang berdurasi sekitar 3 menit. Dua pidato ini dianggap sebagai bukti bahwa Megawati dan PDIP yang mewacanakan untuk mengubah Pancasila menjadi Ekasila.

Dalam video itu, baik Megawati dan Raharto menyebut bahwa Pancasila yang diperas menjadi Trisila memuat paham sosio-nasionalis, sosio-demokratis, dan ketuhanan yang berkebudayaan. Kemudian, Trisila yang diperas menjadi Ekasila bakal menjadi keseluruhan jiwa dan budaya bangsa Indonesia, yakni gotong-royong.

Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Jimm Ash Sheedeq di grup Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia [KAMI].

Apa benar pidato Megawati dan Raharto Teno Prasetyo ini berkaitan dengan upaya mengubah Pancasila menjadi Ekasila?

PEMERIKSAAN FAKTA

Berdasarkan verifikasi Tim CekFakta Tempo, pernyataan soal gagasan Trisila dan Ekasila memang pernah diucapkan oleh Megawati dan Raharto Teno Prasetyo. Pidato Megawati dalam video di atas disampaikan dalam HUT ke-44 PDIP di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta pada 2017. Sementara pidato Raharto dalam video itu disampaikan dalam acara deklarasi kampanye damai pada 26 September 2020.

Namun, Trisila dan Ekasila sebenarnya merupakan gagasan Presiden ke-1 RI Soekarno dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 1 Juni 1945. Gagasan Trisila dan Ekasila kemudian dimasukkan dalam Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) yang didukung salah satunya oleh PDIP sebagai RUU inisiatif DPR. Meski begitu, kutipan dalam meme yang diunggah di grup Facebook Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia [KAMI] tersebut bukanlah pernyataan Megawati.

Mula-mula, Tempo memeriksa video pidato Megawati itu di kanal YouTube CNN Indonesia, sesuai dengan petunjuk logo media yang tertera dalam video tersebut. Lewat cara ini, ditemukan informasi bahwa video itu berisi potongan pidato Megawati dalam HUT ke-44 PDIP di JCC Senayan, Jakarta, pada 2017. Pidato utuh berdurasi 1 jam 9 menit.

Adapun pidato kader PDIP yang maju sebagai calon wali kota petahana Pasuruan, Raharto Teno Prasetyo, disampaikan dalam acara deklarasi kampanye damai yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Pasuruan pada 26 September 2020. Video pidato Raharto itu dimuat salah satunya oleh kanal KompasTV.

Namun, Trisila dan Ekasila sebenarnya adalah gagasan Presiden Soekarno dalam rapat BPUPKI pada 1 Juni 1945. Berikut isi pidato Soekarno seperti dikutip dari CNN Indonesia dalam risalah rapat BPUPKI:

Saudara-saudara, "Dasar-dasar Negara" telah saya usulkan. Lima bilangannya. Inilah Panca Darma? Bukan! Nama Panca Dharma tidak tepat di sini. Dharma berarti kewajiban, sedang kita membicarakan dasar. Saya senang kepada simbolik. Simbolik angka pula. Rukun Islam lima jumlahnya. Apa lagi yang lima bilangannya?

(Seorang hadirin: Pandawa Lima)

Pandawa pun lima orangnya. Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan ketuhanan, lima pula bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa saya, namanya ialah Pancasila. Sila artinya asas atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan Negara Indonesia, kekal dan abadi. (peserta rapat tepuk tangan riuh).

Atau, barangkali ada saudara-saudara yang tidak suka akan bilangan lima itu? Saya boleh peras, sehingga tinggal 3 saja. Saudara-saudara tanya kepada saya, apakah "perasan" yang tiga itu?

Berpuluh-puluh tahun sudah saya pikirkan dia, ialah dasar-dasarnya Indonesia Merdeka, Weltanschauung kita. Dua dasar yang pertama, kebangsaan internasionalisme, kebangsaan dan perikemanusiaan, saya peras menjadi satu: itulah yang dahulu saya namakan socio-nationalism.

Dan demokrasi yang bukan demokrasi Barat, tetapi politiek-economische democratie, yaitu politieke demokrasi dengan sociale rechtvaardigheid, demokrasi dengan kesejahteraan. Saya peraskan pula menjadi satu: inilah yang dulu saya namakan socio-democratie. Tinggal lagi ketuhanan yang menghormati satu sama lain.

Jadi, yang asalnya lima itu telah menjadi tiga, socio-nationalism, socio-democratie, dan ketuhanan. Kalau Tuan senang kepada simbolik tiga, ambillah yang tiga ini. Tapi barang kali tidak semua Tuan-tuan senang kepada Trisila ini, dan minta satu-satu dasar saja? Baiklah, saya jadikan satu, saya kumpulkan lagi menjadi satu. Apakah yang satu itu?

.....

Jikalau saya peras yang lima menjadi tiga, dan yang tiga menjadi satu, maka dapatlah saya satu perkataan Indonesia yang tulen, yaitu perkataan "gotong-royong". Negara Indonesia yang kita dirikan negara gotong royong! Alangkah hebatnya! Negara Gotong Royong!

Gagasan Trisila dan Ekasila itu pun dimasukkan dalam RUU HIP. Dilansir dari CNN Indonesia, RUU ini didukung oleh tujuh dari sembilan fraksi di DPR sebelum disahkan sebagai RUU inisiatif DPR dalam rapat paripurna pada 12 Mei 2020. Fraksi Partai Demokrat tidak ikut dalam pembahasan, sedangkan Fraksi PKS setuju dengan catatan. Adapun tujuh fraksi yang mendukung yakni Fraksi PDIP, Golkar, Gerindra, Nasdem, PKB, PAN, dan PPP.

Belakangan, RUU tersebut mendapatkan banyak penolakan dari berbagai elemen masyarakat yang mempermasalahkan jika Pancasila diperas menjadi Trisila dan Ekasila, yang dianggap bermuatan komunisme. Setelah menjadi kontroversi, dilansir dari Republika.id, pasal mengenai Ekasila kemudian dihapus dan pemerintah juga menunda membahas RUU HIP tersebut.

Meme Megawati

Kutipan dalam meme di atas, yang berbunyi: "Kepada para pendukung saya, kelompok yang pro dengan saya, saya ingatkan 'yang mewacanakan mengubah Pancasila menjadi Ekasila itu saya dan partai saya,,' Jadi tolong, janganlah kalian goblok dengan menuduh FPI, HTI dan kelompoknya. Karena itu tidak ada buktinya.", bukanlah pernyataan Megawati. Tempo telah menelusuri kutipan itu di mesin pencari, tapi tidak ditemukan pemberitaan yang memuat kalimat tersebut yang dilontarkan oleh Megawati.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, unggahan akun Jimm Ash Sheedeq di grup Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia [KAMI] tersebut menyesatkan. Pertama, kutipan dalam meme yang memuat foto Megawati itu bukan pernyataan Ketua Umum PDIP tersebut. Meme itu berisi sindiran atas gencarnya PDIP dalam mengusulkan RUU HIP di tengah pandemi Covid-19. Megawati dan calon wali kota petahana Pasuruan, Raharto Teno Prasetyo, memang menyinggung Trisila dan Ekasila dalam video unggahan akun tersebut. Namun, Trisila dan Ekasila merupakan gagasan Soekarno dalam rapat BPUPKI pada 1 Juni 1945. Konteks pidato tersebut pun untuk mengembalikan semangat gotong royong bangsa Indonesia.

IKA NINGTYAS

Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id