Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Pesan Berantai Soal Aksi Balas Dendam Para Pembegal dan Geng Motor pada Selasa Malam Besok?

Senin, 27 April 2020 19:05 WIB

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Pesan Berantai Soal Aksi Balas Dendam Para Pembegal dan Geng Motor pada Selasa Malam Besok?

Pesan berantai soal bakal digelarnya aksi balas dendam oleh para pembegal dan geng motor pada Selasa malam besok beredar di WhatsApp pada Senin, 27 April 2020. Pesan berantai yang isinya diklaim berasal dari Divisi Humas Mabes Polri itu pun menghimbau warga untuk tidak keluar rumah hingga Rabu dini hari, 29 April 2020.

Di bagian awal pesan berantai itu, terdapat narasi bahwa polisi akan melakukan razia besar-besaran di seluruh Indonesia. Razia ini digelar karena banyak kerabat para pembegal atau geng motor yang akan melakukan balas dendam. Balas dendam itu disebabkan oleh banyaknya rekan mereka yang ditangkap, ada juga yang dibakar, oleh warga.

"Mereka berkata: 'Bahwasannya kami para pembegal motor akan membalas dendam atas perlakuan masyarakat yang main bakar terhadap anggota kami, bahkan akan lebih kejam dan brutal di jalanan'. Mereka berjanji, setiap ada pengendara sepeda motor di pagi sampai malam dan dini hari, akan dibacok dan dicincang," demikian narasi dalam pesan berantai tersebut.

Di bagian akhir, terdapat pula narasi yang berbunyi, "Mulai jam 10 malam besok sampa dengan dini hari, penduduk dilarang beraktivitas di keluar rumah disebabkan adanya teror balas dendam dari komplotan pembegal dan geng motor. Tadi siang kantor polsek dilempari kertas yang bertuliskan: 'Nyawa harus dibayar dengan nyawa dan kami akan bertumbuh menjadi besar'."

Gambar tangkapan layar pesan berantai di WhatsApp yang berisi klaim soal aksi balas dendam para pembegal dan geng motor.

Apa benar pesan berantai soal aksi balas dendam para pembegal dan geng motor itu?

PEMERIKSAAN FAKTA

Untuk memeriksa klaim tersebut, Tim CekFakta mula-mula memasukkan kata kunci "aksi balas dendam pembegal dan geng motor" ke mesin pencarian Google. Hasilnya, ditemukan bahwa narasi tersebut pernah beredar pada 2016. Bantahan mengenai adanya aksi itu pernah dimuat oleh Detik.com pada 11 November 2016. Ketika itu, narasi yang beredar sama persis dengan narasi dalam pesan berantai di atas, yakni:

Pihak kepolisian akan melakukan Razia besar2an di semua titik.Razia dilakukn dengan gabungan mulai dari Mabes, Polda, Polres hingga Polsek. Karena banyak kerabat para Pembegal atau Genk motor yang akan membalas dendam dikarenakan rekan2 mereka banyak yg tertangkap & ada juga yang dibakar.

Mereka berkata: "bahwasannya kami para pembegal motor akan membalas dendam atas perlakuan masyarakat yang main bakar terhadap angota kami, bahkan akan lebih kejam & brutal di jalanan".

Mereka berjanji setiap ada pengendara sepeda motor di pagi sd malam & dini hari akan dibacok dan dicincang.Tlg sebarkn informasi ini bhw mulai jam 10 malam besok sampai dengan dini hari, penduduk dilarang beraktifitas keluar rumah disebabkn adanya teror balas-dendam dr komplotan pembegal dan Genk motor.

Tadi siang kantor Polsek dilempari kertas yang bertulisan, "Nyawa harus dibayar dengan Nyawa dan kami akan bertumbuh menjadi besar,"

Para warga dihimbau JANGAN keluar pada mlm & dini hari utk sementara, jika TIDAK ada hal-hal yang mendesak.Demikian pesan dr Humas Mabes-Polri.Bantu Share yaa ..demi keselamatan kwn2 & keluarga kita.Tks.

Saat itu, Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar, menegaskan bahwa pesan berantai tersebut hoaks. Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Biro Penerangan Mabes Polri ketika itu, Brigadir Jenderal Agus Rianto. "Berita seperti ini sudah beberapa kali beredar. Mudah-mudahan masyarakat tidak terprovokasi," kata Agus.

Dilansir dari Liputan6.com, pesan berantai itu beredar setelah adanya aksi anggota geng motor yang berniat balas dendam dengan menembak anggota geng lain. Peristiwa ini terjadi di Jatiasih, Bekasi, Jawa Barat, pada 9 Oktober 2016 sekitar pukul 04.00 WIB.

Penembakan itu bermula saat Tribowo, pria berusia 20 tahun asal Cilangkap, Jakarta Timur, berkendara ke daerah Jatiasih untuk balas dendam dan mencari geng motor yang menyerang kelompoknya. Sebelumnya, rekan korban, Paul Martin Manurung, mengalami luka tembak di bagian leher saat melewati Jalan Raya Kodau, Pondok Gede, Bekasi, pada 9 Oktober 2016 sekitar pukul 03.00 WIB.

Tak terima kawannya ditembak, Tribowo dan rekan-rekannya menyisir Jalan Raya Kodau yang mengarah ke Jatiasih. Tribowo cs pun menyerang sekelompok pemuda yang sedang berkumpul di depan Gang H Puro, Jatimekar, Jatiasih. Namun, Tribowo lebih dulu dipepet dan ditembak dengan senjata airsoft gun. Tribowo pun tersungkur dan tewas di tempat.

Pesan berantai yang sama pun pernah menyebar di media sosial pada 2017, 2018, 2019, dan 2020. Pada 2017, pesan berantai itu beredar di Sumatera Utara, yang juga telah dibantah oleh polda setempat. Juru bicara Polda Sumut, Komisaris Besar Rina Sari Ginting menegaskan bahwa rencana aksi balas dendam para pelaku begal tersebut tidak ada. "Hoaks itu muncul sejak 10 Oktober lalu," katanya dikutip dari Jawapos.com pada 20 Oktober 2017.

Hari ini, 27 April 2020, Polri juga sudah membantah pesan berantai mengenai razia polisi karena bakal adanya aksi balas dendam para pembegal atau geng motor. Saat ini, kepolisian sedang melaksanakan Operasi Ketupat 2020 dalam rangka pengamanan Hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriah.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, pesan berantai soal aksi balas dendam para pembegal dan geng motor pada Selasa malam besok di atas keliru. Pesan berantai tersebut sudah beredar sejak 2016 dan terus dibagikan setiap tahunnya hingga saat ini. Polisi juga telah menegaskan bahwa pesan berantai itu hoaks.

IKA NINGTYAS

Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id