Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Australia Berencana Bunuh 2 Juta Kucing Liar dengan Sosis Beracun?

Kamis, 6 Februari 2020 11:51 WIB

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Australia Berencana Bunuh 2 Juta Kucing Liar dengan Sosis Beracun?

Kabar bahwa pemerintah Australia berencana membunuh 2 juta kucing liar dengan menjatuhkan sosis beracun dari pesawat beredar di media sosial. Kabar itu diunggah oleh akun Instagram Info Dunia, @infoduniaa_, pada 31 Januari 2020 lalu.

Akun Info Dunia menyebut bahwa kabar itu berasal dari media Amerika Serikat, The New York Times. Berikut isi lengkap informasi yang diunggah akun tersebut:

"Pemerintah Australia menjatuhkan sosis yang sudah dibubuhi racun dari udara di lokasi seluas ribuan hektar untuk membunuh jutaan ekor kucing liar.

Ini adalah salah satu cara yang digunakan pemerintah untuk memenuhi target membunuh 2 juta ekor kucing liar pada 2020 untuk melindungi spesies hewan asli Australia.

Selain menggunakan makanan beracun, pemerintah juga memerangkap dan menembak kucing-kucing liar.

Menurut harian The New York Times, kucing-kucing liar itu akan mati dalam waktu 15 menit setelah menyantap sosis beracun yang dibuat dari campuran daging kanguru, lemak ayam, bumbu, rempah, dan tentu saja, racun."

Gambar tangkapan layar unggahan akun Instagram Info Dunia.

Apa benar pemerintah Australia berencana membunuh 2 juta kucing liar dengan sosis beracun?

PEMERIKSAAN FAKTA

Tim CekFakta Tempo mencari berita asli yang dikutip akun Info Dunia itu di mesin pencarian Google dengan kata kunci "killing millions of cats". Hasilnya, The New York Times memang pernah menurunkan berita yang berjudul "Australia Is Deadly Serious About Killing Millions of Cats" pada 25 April 2019.

Dalam artikel itu, pemerintah Australia menargetkan pengurangan 2 juta kucing liar yang dianggap sebagai predator utama bagi spesies-spesies asli Australia. Hasil penelitian sejumlah ilmuwan menunjukkan, di Taman Nasional Kakadu di Australia utara misalnya, mamalia asli yang bisa diamati semakin berkurang.

Selain mamalia, kucing liar diprediksi telah membunuh sekitar 377 juta burung dan 649 juta reptil di Australia setiap tahunnya. Di Amerika, angkanya lebih tinggi. Para ilmuwan memperkirakan bahwa kucing liar telah membunuh 1,3-4 miliar burung dan 6,3-22,3 miliar mamalia di Amerika setiap tahunnya.

"Kucing liar adalah ancaman nyata dan ancaman yang sangat signifikan bagi kesehatan ekosistem kita," kata mantan Menteri Lingkungan Hidup Australia, Josh Frydenberg, kepada The New York Times.

Menjatuhkan sosis beracun dari pesawat hanyalah salah satu upaya pemerintah Australia untuk mengurangi jumlah kucing liar. Selain menjatuhkan sosis beracun, pemerintah Australia berupaya membunuh kucing liar dengan menjebak, menembak, dan meracun dengan berbagai cara lainnya.

Kucing liar memang dianggap bukan spesies asli Australia. Hasil tes genetik menunjukkan bahwa kucing di Australia berasal dari Eropa. Menurut seorang peneliti, kucing dibawa oleh armada kapal Inggris yang mendarat di sekitar Sydney pada 1788. Saat itu, kucing-kucing dibawa untuk mengurangi populasi tikus di kapal. Pada 1820-an, kucing-kucing yang kemudian hidup secara liar itu bergeser ke wilayah pesisir bagian tenggara Australia. Dari sana, mereka menyebar dengan begitu cepat.

Gambar tangkapan layar berita di The New York Times.

Berdasarkan arsip berita Tempo, pemerintah Australia, yang mengumumkan rencananya untuk memulai pemusnahan kucing liar pada 2015, telah menjanjikan AUS$ 5 juta (sekitar Rp 46 miliar) bagi kelompok masyarakat yang dapat membantu pemerintah memusnahkan kucing liar.

Tapi, rencana itu mendapatkan berbagai kecaman dan yang mengejutkan, para konservasionis ada di antara para kritikus itu. Tim Doherty, ahli ekologi konservasi dari Deakin University Australia, setuju bahwa kucing liar menyebabkan matinya berbagai spesies asli Australia. Tapi, Doherty juga menilai pemusnahan itu didasarkan pada data yang kurang tepat.

Meskipun pemerintah Australia telah mengumumkan kebijakan untuk membunuh jutaan kucing liar itu sejak 2015, sejumlah media baru menurunkan beritanya pada 2019. Organisasi pemeriksa fakta Amerika, Snopes, pun memverifikasi laporan-laporan dari media mengenai rencana pemerintah Australia itu pada 29 April 2019 dan menyatakan bahwa informasi itu benar adanya.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta di atas, informasi bahwa pemerintah Australia berencana membunuh 2 juta kucing liar dengan sosis beracun adalah informasi yang benar. Kebijakan itu diambil karena kucing liar dianggap sebagai predator bagi spesies-spesies asli Australia. Meskipun begitu, rencana pemerintah Australia tersebut menuai protes dari sejumlah ahli konservasi.

IKA NINGTYAS

Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id