Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Virus Corona Wuhan Sudah Ditemukan Sejak 2012 oleh Ali Mohamed Zaki?

Jumat, 31 Januari 2020 09:59 WIB

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Virus Corona Wuhan Sudah Ditemukan Sejak 2012 oleh Ali Mohamed Zaki?

Narasi bahwa virus Corona sudah ditemukan sejak 2012 oleh seorang ahli virus bernama Ali Mohamed Zaki beredar di media sosial. Narasi itu menyebar di tengah mewabahnya virus Corona bernama 2019-nCoV yang pertama kali muncul di Wuhan, Cina, pada Desember 2019 lalu.

Salah satu akun yang mengunggah narasi itu adalah akun DeliCool di Facebook, yakni pada Senin, 27 Januari 2020. Akun ini mengawali narasinya dengan menulis, "Copas. Yang lagi rame, Coronavirus! Ternyata sudah ada dari tahun 2012 dan berasal dari mana? Arab! Silahkan baca artikel dari link di bawah. Copy dari FB-nya Mas Ramadhan Syukur."

Akun ini lalu membagikan tautan berita dari The Guardian yang berjudul "Coronavirus: is this the next pandemic?". Menurut berita itu, seperti yang ditulis oleh akun ini, seorang ahli virus dari Rumah Sakit Dr. Soliman Fakeeh di Arab Saudi, Ali Mohamed Zaki, menemukan infeksi pada salah satu pasiennya dari virus Corona. "Flu biasa juga disebabkan oleh Coronavirus. Begitu juga infeksi SARS yang jauh lebih mematikan. Tapi kali itu beda."

Akun DeliCool melanjutkan, "Untuk mengingatkan ilmuwan lain, Zaki mem-posting catatannya ke proMED, sistem pelaporan internet yang dirancang untuk secara cepat berbagi rincian penyakit menular dan wabah. Gara-gara laporan ilmiah tersebut, Zaki harus kembali ke tanah kelahirannya di Mesir, kontraknya di rumah sakit diputus. Di bawah tekanan dari Kementerian Kesehatan Arab Saudi, Zaki dipecat."

Di bagian akhir, akun DeliCool mengatakan bahwa, sejak penemuan pada 2012 itu, bukan tidak mungkin virus tersebut sudah menjalar ke seluruh dunia. "Termasuk yang parah di Wuhan, China. Virus yang sementara diduga (dan belum terbukti) berasal dari sup kampret dan ular."

Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook DeliCool yang memuat narasi sesat mengenai ahli virologi Ali Mohamed Zaki.

Benarkah virus Corona Wuhan sudah ditemukan sejak 2012 oleh Ali Mohamed Zaki?

PEMERIKSAAN FAKTA

Tim CekFakta Tempo mula-mula memeriksa berita dari The Guardian yang dibagikan akun Facebook DeliCool. Berita itu memang menceritakan kisah Ali Mohamed Zaki, ahli virologi dari RS Dr. Soliman Fakeeh di Jeddah, Arab Saudi, yang menemukan virus Corona yang tidak pernah muncul sebelumnya pada 2012. Berita tersebut dimuat oleh The Guardian lebih dari enam tahun yang lalu, tepatnya pada 15 Maret 2013.

Tempo pun menelusuri informasi lain mengenai Ali Mohamed Zaki. Dikutip dari artikel berjudul "Tensions linger over discovery of coronavirus" yang dimuat situs jurnal sains internasional, Nature.com, pada 14 Januari 2013, virus yang ditemukan oleh Zaki tersebut merupakan jenis virus yang mematikan, setidaknya di tiga negara di Timur Tengah.

Menurut penelitian yang dilakukan Ron Fouchier, ahli virologi dari Erasmus Medical Center (EMC) yang merupakan kawan Zaki, virus tersebut berkaitan erat dengan virus dari kelelawar. Zaki mengumumkan penemuannya itu di ProMED pada September 2012. Sejak saat itu, virus tersebut dinamai Human Betacoronavirus 2c EMC (HCoV-EMC).

Dikutip dari situs media Liputan6.com, virus Corona yang ditemukan oleh Ali Mohamed Zaki adalah virus Corona jenis Middle East Respiratory Syndrom Coronavirus (MERS-CoV). Informasi ini berasal dari US National Library of Medicine National Institutes of Health, khususnya dari International Journal of Health Sciences.

Menurut artikel berjudul "Middle East Respiratory Syndrome (MERS)-An update" dalam jurnal tersebut, virus MERS-CoV pertama kali dilaporkan pada 24 September 2012 oleh Ali Mohamed Zaki, ahli virus asal Mesir yang bekerja di rumah sakit di Jeddah, Arab Saudi. MERS-CoV adalah Betacoronavirus dan menyebar dari satu orang ke orang lainnya yang berada dalam jarak dekat.

Situs NatureAsia.com juga pernah memuat artikel wawancara bersama Ali Mohamed Zaki, yakni pada 2 Juni 2014. Dalam artikel itu, Zaki bercerita tentang bagaimana virus MERS-CoV pertama kali terdiagnosa, bagaimana dia melakukan berbagai penelitian untuk mengungkap jenis virus tersebut, bagaimana dia berkonflik dengan pemerintah Arab Saudi, dan sebagainya.

Gambar tangkapan layar artikel wawancara ahli virologi Ali Mohamed Zaki yang dimuat di situs NatureAsia.com.

MERS-CoV dan Virus Corona Wuhan

Dikutip dari situs media Kompas.com, sebelum jenis virus Corona di Wuhan yang bernama 2019-nCoV muncul, ada beberapa jenis virus Corona yang pernah menjadi penyebab wabah. Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan MERS adalah wabah yang pernah terjadi sebelumnya, yang disebabkan oleh virus Corona yang datang dari hewan.

Melansir The Guardian, meskipun MERS diyakini ditularkan dari unta, inang utama dari kedua virus Corona penyebab SARS dan MERS tersebut kemungkinan besar adalah kelelawar. Oleh karena itu, virus Corona Wuhan pun diduga berasal dari kelelawar atau ular, yang kemudian ditransmisikan ke manusia melalui spesies perantara.

Berdasarkan arsip pemberitaan Tempo, peneliti mikrobiologi dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Sugiyono Saputra, mencatat bahwa tiga jenis virus Corona yang bersifat mematikan (SARS-CoV, MERS-CoV, dan 2019-nCoV) berasal dari jenis hewan yang sama sebagai perantara alaminya, yakni kelelawar.

Menurut Sugiyono, walaupun memungkinkan, interaksi langsung antara kelelawar dengan manusia sebenarnya sangatlah jarang. "Tapi virus tersebut dapat pula menginfeksi hewan lainnya, dan hewan perantara tersebutlah yang lebih sering berinteraksi langsung dengan manusia," ujar Sugiyono pada 24 Januari 2020.

Dalam kasus SARS pada 2002-2003, Sugiyono menjelaskan bahwa hewan perantaranya adalah musang dan rakun, selain kelelawar itu sendiri. Dalam kasus MERS pada 2012, hewan perantaranya adalah unta. "Sedangkan pada kasus terbaru, material genetik 2019-nCoV merupakan rekombinasi dari material genetik virus yang berasal dari kelelawar dan ular," katanya.

Hipotesis itu, menurut Sugiyono, berasal dari material genetik 2019-nCoV yang diambil dari sampel korban meninggal yang ternyata memiliki kesamaan dengan material genetik ular. Data tersebut diketahui setelah membandingkan sampel virus itu dengan lebih dari 200 jenis virus Corona dari berbagai hewan yang dijual di sebuah pasar di Wuhan, di mana sejumlah korban infeksi pertama diketahui pernah mendatanginya.

"Rekombinasi yang dimaksud adalah gabungan antara bagian selubung virus Corona asal kelelawar yang dikenal dapat menginfeksi manusia dan material genetik virus Corona yang berasal dari ular," kata Sugiyono sembari menambahkan bahwa spesies ular yang dimaksud adalah Bungarus multicinctus dan Naja atra atau Kobra Cina.

Guru Besar Biologi Molekur Universitas Airlangga Surabaya, Chairul Anwar Nidom, mengatakan struktur virus Corona Wuhan sangat unik. Virus ini mirip dengan virus SARS-CoV dan virus Corona yang ditemukan pada kelelawar (bat-CoV). "Tapi ada sedikit potongan DNA/RNA yang sangat berbeda sehingga punya cluster yang berada di luar kedua kelompok tersebut," ujarnya.

Nidom mengatakan, dilihat dari struktur tersebut, virus Corona Wuhan sebagian besar berasal dari SARS dan kelelawar. Namun, hingga kini, belum ada analisis yang mendalam mengenai potongan kecil yang membuat virus Corona Wuhan unik. "Bisa saja dari macam-macam hewan," ujar penerima gelar doktor dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga tersebut.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta di atas, narasi bahwa virus Corona Wuhan sudah ditemukan sejak 2012 oleh ahli virus Ali Mohamed Zaki adalah narasi yang menyesatkan. Virus Corona yang ditemukan oleh Zaki adalah virus Corona jenis MERS-CoV, bukan jenis 2019-nCoV. Virus Corona 2019-nCoV pun pertama kali dilaporkan di Wuhan, Cina, bukan di Arab Saudi.

IBRAHIM ARSYAD

Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id