Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Foto-foto Pembantaian Unta Pasca Kebakaran Hutan di Australia?

Senin, 20 Januari 2020 15:03 WIB

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Foto-foto Pembantaian Unta Pasca Kebakaran Hutan di Australia?

Foto-foto yang diklaim berisi pembantaian unta di Australia viral di media sosial. Foto-foto itu disebarkan dengan narasi bahwa pemerintah Australia menembak mati puluhan ribu unta karena dianggap menghabiskan cadangan air. Menurut narasi itu, pembantaian ini dilakukan pasca terjadinya kebakaran hutan di Australia.

Salah satu halaman di Facebook yang membagikan foto-foto tersebut adalah Kajian Ust. Adi Hidayat Lc., yakni pada Selasa, 14 Januari 2020. Halaman ini menulis, "Pasca kebakaran hebat, kini Australia memburu puluhan ribu unta dengan cara ditembak mati dengan alasan unta menghabiskan banyak cadangan air. Astagfirullah."

Gambar tangkapan layar unggahan halaman Facebook Kajian Ust. Adi Hidayat Lc. yang memuat narasi keliru soal foto-foto yang diunggahnya.

Hingga artikel ini dimuat, unggahan foto-foto tersebut telah direspons lebih dari 1.100 kali, dikomentari sebanyak 196 kali, dan dibagikan sebanyak 484 kali.

Benarkah foto-foto yang diunggah halaman Kajian Ust. Adi Hidayat Lc. adalah foto-foto pembantaian unta pasca kebakaran hutan di Australia?

PEMERIKSAAN FAKTA

Foto 1

Foto ini merupakan foto karya Jack Carmody. Foto tersebut pernah dimuat oleh situs media The New Daily dalam beritanya yang berjudul "Kawanan unta liar yang berkembang pesat menimbulkan kekacauan bagi para petani Australia".

Dalam berita yang dipublikasikan pada 11 Agustus 2019 itu, foto tersebut diberi keterangan "unta liar membuat hidup petani Australia yang dilanda kekeringan lebih sulit".

Menurut berita itu, Carmody adalah salah satu petani Australia yang mengklaim harus menembak dua unta setiap menitnya untuk melindungi ternak miliknya sekaligus menghemat air.

Selain foto di atas, dalam berita itu, terdapat pula foto-foto lain karya Carmody yang memperlihatkan unta-unta liar yang ia tembak mati. Sepanjang 2019, Carmody telah menembak lebih dari 2.500 unta liar di peternakannya.

*****

Foto 2

Foto ini pernah dimuat oleh berbagai situs berbahasa Cina, salah satunya QQ.com pada 9 November 2019, dalam artikel-artikel mengenai unta yang mati kehausan. Menurut artikel-artikel tersebut, setelah mati, tubuh unta akan membengkak dan kemudian meledak jika terkena suhu yang tinggi.

Unta yang mati dalam foto itu pun pernah didokumentasikan oleh situs Ixigua.com dalam sebuah video. Video yang bercerita tentang unta yang mati kehausan tersebut dipublikasikan pada Juli 2019.

*****

Foto 3

Foto ini bersumber dari situs DirectorsNotes.com. Foto tersebut memperlihatkan salah satu bagian dari film dokumenter yang diproduksi pada 2018, Judas Collar. Film itu bercerita tentang perburuan unta liar di pedalaman Australia dengan alat pelacak yang bernama Judas Collar.

*****

Foto 4

Foto ini merupakan gambar tangkapan layar dari video yang diunggah kanal YouTube produsen kamera GoPro pada 9 September 2016. Video ini memperlihatkan kawanan unta di pedalaman Australia yang digiring oleh helikopter menuju ke sebuah kandang.

*****

Foto 5

Foto ini berasal dari video yang dimuat situs media BBC dalam beritanya yang berjudul "Australia, rumah bagi kawanan unta terbesar di dunia". Dalam berita yang dipublikasikan pada 19 Mei 2013 itu, video tersebut diberi keterangan "petani Ian Conway menunjukkan kepada Simon Reeve (penulis BBC) cara menangkap unta".

Menurut Reeve, terdapat sekitar 750 ribu unta di pedalaman Australia yang mulai menimbulkan masalah. Unta diimpor ke Australia dari Arab, India, dan Afghanistan pada abad ke-19 sebagai alat transportasi dan hewan pekerja. Tapi, setelah tidak lagi dibutuhkan, unta-unta tersebut dilepaskan ke alam liar.

Tanpa adanya predator alami di Australia, unta-unta itu berkembang biak dengan pesat. Salah satu masalah terbesarnya adalah unta meminum banyak air. Mereka pun merusak lahan pertanian serta pompa dan pipa air. Unta-unta itu juga dinilai bakal menghancurkan habibat karena merusak pohon dan memakan rerumputan.

Untuk menanggulangi masalah itu, pada 2010, pemerintah Australia menyetujui proyek pengendalian unta. Proyek ini dilakukan dengan memusnahkan unta atau mengumpulkannya untuk dijual.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta di atas, klaim bahwa foto-foto di atas berisi pembantaian unta pasca kebakaran hutan di Australia merupakan klaim yang menyesatkan. Selain foto pertama, empat foto di atas bukan foto pembantaian Unta. Foto-foto di atas pun sudah beredar sebelum terjadinya kebakaran di Australia pada akhir 2019 lalu hingga awal 2020 ini.

ZAINAL ISHAQ

Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id