Keliru: Video Tentara Israel Menyerah pada Iran

Senin, 23 Juni 2025 20:02 WIB

Keliru: Video Tentara Israel Menyerah pada Iran

SEBUAH video beredar di Facebook [arsip] yang memperlihatkan seorang tentara Israel meminta maaf pada Iran dan memohon agar berhenti menyerang. Video itu menyebar setelah Iran membalas serangan Israel dengan membombardir Tel Aviv dan Haifa. 

Dalam video itu, seorang pria berseragam militer tampak menangis dengan latar reruntuhan gedung. Menggunakan bahasa Inggris, tentara tersebut memohon agar Iran tak lagi menyerang Israel. “We surrender, stop this destruction,” ujar tentara dalam video itu.

Namun, benarkah video tentara Israel yang menyerah pada Iran tersebut asli?

PEMERIKSAAN FAKTA

Tempo memverifikasi video itu menggunakan alat pencarian gambar terbalik dari Google dan aplikasi pendeteksi konten hasil akal imitasi (AI). Hasilnya, video tersebut dibuat menggunakan AI.

Video beresolusi lebih tinggi dipublikasikan pertama kali di saluran YouTube Our.thoughts pada 13 Juni 2025. Terdapat tanda air bertuliskan VEO di bagian kanan bawah video itu. VEO adalah nama pembuat model video AI terbaru milik Google yang mampu menghasilkan video, audio, dan teks berkualitas tinggi.

Pada klip kedua yang memperlihatkan rudal-rudal yang menghantam sebuah kota, terdapat petunjuk video itu pernah juga dipublikasikan di akun TikTok @wajideditz21. Namun video tersebut kini telah dihapus. 

Akun TikTok @wajideditz21 mulai aktif membagikan konten terkait konflik Iran dan Israel sejak pertengahan Juni 2025. Sebagian besar konten tersebut dibuat menggunakan AI.

Pemindai video dengan alat pendeteksi AI Hive Moderation juga menghasilkan 76,5 persen kemungkinan video dibuat menggunakan kecerdasan buatan. 

Analisis gambar menggunakan AI or NOT pun menunjukkan 45 persen video itu melibatkan kecerdasan buatan.

Selain itu, kanal periksa fakta asal India, Altnews.in, juga menyimpulkan video tersebut dibuat menggunakan AI dan tidak memperlihatkan kejadian nyata.

Konflik Iran-Israel

Konflik antara Israel dan Iran kini mencapai titik paling panas dalam sejarah. Israel memulai aksi militernya dengan serangan udara ke Iran pada 13 Juni 2025 lewat “Operasi Singa Bangkit" (Operation Rising Lion).  

Israel menyebut serangan ini sebagai preemptive strike untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir. Dirangkum dari Al Jazeera dan Euronews, sasaran utama serangan adalah fasilitas nuklir strategis seperti Natanz dan Isfahan, pangkalan militer penting, serta kediaman pejabat tinggi Iran di Teheran.

Namun menurut penilaian internasional, termasuk oleh komunitas intelijen Amerika Serikat, program nuklir Iran saat ini bukan untuk senjata. Teheran juga berulang kali menegaskan bahwa mereka tidak sedang membuat bom, dikutip dari CNN.

Iran kemudian membalas serangan itu dengan meluncurkan serangan besar-besaran yang menargetkan ke berbagai wilayah Israel. Target utamanya adalah instalasi militer dan fasilitas intelijen Israel, namun beberapa rudal juga mengenai permukiman sipil, termasuk di wilayah Tel Aviv.

Saling balas serangan antara Israel dan Iran telah memasuki hari kesepuluh. Situasi memburuk karena Amerika Serikat bergabung dengan Israel menyerang situs-situs nuklir Iran. Dikutip dari media Turki, Anadolu Agency, Wakil Menteri Kesehatan Iran, Iraj Harirchi, mengumumkan pada 21 Juni 2025, jumlah korban tewas akibat serangan udara Israel telah meningkat menjadi 430 orang dan lebih dari 3.500 warga sipil terluka.

Di pihak Israel, setidaknya 25 orang tewas dan lebih dari 2.500 terluka oleh serangan Iran, menurut data yang dirilis oleh otoritas setempat.

KESIMPULAN

Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan video yang beredar memperlihatkan seorang tentara Israel yang menyatakan menyerah pada Iran dan meminta tak diserang lagi adalah klaim keliru. Video itu dibuat menggunakan AI.

TIM CEK FAKTA TEMPO

**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]