Sebagian Benar: Narasi yang Menghubungkan Penggunaan Kontrasepsi Suntik dan Tumor Otak

Selasa, 11 Februari 2025 17:44 WIB

Sebagian Benar: Narasi yang Menghubungkan Penggunaan Kontrasepsi Suntik dan Tumor Otak

Sebuah konten di Threads [arsip] dan Instagram memuat klaim bahwa penggunaan kontrasepsi KB suntik dapat menyebabkan tumor otak pada perempuan.

Konten itu dibagikan bersama foto seorang perempuan yang wajahnya bengkak dengan bekas jahitan di belakang telinga kanannya. Narasi pada konten tersebut berisi imbauan yang diklaim bersumber dari seorang dokter tanpa nama yang jelas asal Kuching (Malaysia), Jakarta, dan Surabaya agar warga menghentikan KB.

Benarkah penggunaan KB suntik bisa menyebabkan seorang wanita mengalami tumor otak seperti yang dikatakan narasi yang beredar tersebut?

PEMERIKSAAN FAKTA

Dosen Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, dr. Muhammad Ardian Cahya Laksana, SpOG(K) Subsp Obginsos., M.Kes. mengatakan, risiko KB suntik dalam menyebabkan tumor otak masih perlu penelitian lebih lanjut.

Risiko tersebut, kata dia, bisa saja terjadi pada individu yang rentan saat menggunakan KB suntik dalam jangka waktu panjang. “Namun sekali lagi, hal ini masih perlu diteliti lebih lanjut,” kata Ardian kepada Tempo, 8 Februari 2025.

Ardian menjelaskan, berdasarkan penelitian yang ada saat ini, risiko absolut penggunaan KB suntik masih sangat rendah atau dalam taraf aman. Setidaknya ada dua penelitian di luar negeri yang berusaha melihat keterkaitan antara penggunaan alat kontrasepsi hormonal (termasuk KB suntik) dalam jangka waktu panjang dengan meningkatnya risiko tumor otak (glioma).

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Lene Andersen dan tim yang terbit di jurnal ilmiah Br J Clin Pharmacol edisi 26 Oktober 2014. Penelitian dengan pendekatan kasus-kontrol nasional di Denmark ini berfokus pada wanita berusia 15 hingga 49 tahun yang memiliki diagnosis pertama kali glioma yang diverifikasi secara histologis antara tahun 2000 dan 2009. Setiap kasus dicocokkan dengan delapan kontrol populasi berdasarkan usia menggunakan pengambilan sampel set risiko.

Penelitian itu menyimpulkan, penggunaan kontrasepsi hormonal jangka panjang dapat meningkatkan risiko glioma pada wanita yang lebih muda. Risiko juga bisa meningkat tergantung durasi penggunaan kontrasepsi hormonal. Wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal selama lima tahun atau lebih memiliki OR 1,9, menunjukkan risiko hampir dua kali lipat. Kontrasepsi hormonal yang dimaksud dalam penelitian tersebut di antaranya KB pil, KB suntik, KB koyo, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), dan cincin vagina.

Namun, penelitian ini tidak dapat menyesuaikan faktor reproduksi tertentu seperti usia pertama kali menstruasi, atau ukuran antropometri seperti indeks massa tubuh (BMI), karena faktor-faktor ini tidak dicatat. Sehingga, membutuhkan penelitian lebih lanjut dan pengumpulan data yang lebih komprehensif.

Penelitian kedua dilakukan Noémie Roland dan tim yang terbit di jurnal ilmiah BMJ edisi 27 Maret 2024. Penelitian menggunakan data dari catatan rumah sakit di Prancis untuk mengidentifikasi kasus meningioma intrakranial. Mereka mengambil data 18.061 wanita yang menjalani operasi intrakranial untuk meningioma dalam rentang waktu 1 Januari 2009 hingga 31 Desember 2018.

Hasilnya, ditemukan risiko lebih tinggi pada mereka yang menggunakan jenis progestogen tertentu dalam jangka waktu lama—medrogestone (5 mg), injeksi medroxyprogesterone acetate (150 mg), dan promegestone (0,125, 0,25, 0,5 mg)—dengan meningioma intrakranial yang memerlukan pembedahan.  

Progestogen digunakan untuk berbagai tujuan medis, seperti pengendalian kelahiran, terapi hormon, dan mengobati gangguan ginekolog. 

Namun hasil penelitian kedua ini mungkin tidak dapat digeneralisasi untuk penggunaan progestogen untuk indikasi lain, peningkatan dosis, atau penggunaan jangka panjang, karena penelitian ini dilakukan dalam kondisi penggunaan tertentu di Prancis.

Efek Samping KB Suntik

Ardian menjelaskan, efek samping KB suntik 3 bulanan yang sering terjadi adalah keluhan gangguan haid seperti berhentinya siklus haid (amenorea), muncul flek, dan haid yang tidak teratur. Menurutnya, masyarakat perlu memahami bahwa perubahan dalam haid dan muncul flek tersebut adalah efek samping yang aman dan bukan masalah kesehatan pribadi. 

“Namun, seseorang harus segera ke dokter bisa mengalami perdarahan terus-menerus,” kata Ardian lagi.

American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) mengingatkan bahwa Informasi hasil penelitian terbaru mengenai risiko kontrasepsi harus diterjemahkan secara hati-hati sebelum dijelaskan kepada masyarakat. Misalnya penelitian di Perancis tahun lalu memang menunjukkan bahwa wanita di Perancis yang menggunakan medroksiprogesteron asetat mungkin memiliki sedikit peningkatan risiko meningioma. Akan tetapi risiko keseluruhan meningioma pada populasi umum tetap sangat rendah.

Selain itu, tenaga kesehatan yang mendampingi warga yang memilih kontrasepsi agar  menggunakan pendekatan pengambilan keputusan bersama. Tujuannya agar pengguna kontrasepsi mendapatkan informasi informasi terkini dan akurat tentang kemanjuran, manfaat non-kontrasepsi, dan risiko yang terkait dengan kontrasepsi hormonal dan nonhormonal.

KESIMPULAN

Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang menyatakan KB suntik dapat menyebabkan tumor otak adalah klaim yang sebagian benar.

Meskipun ada dua riset yang merujuk risiko itu, dua riset tersebut memiliki sejumlah kelemahan atau keterbatasan sehingga membutuhkan penelitian lebih lanjut dengan data yang lebih komprehensif. 

TIM CEK FAKTA TEMPO

** Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]