Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Ribuan Warga Negara China Mulai Berdatangan ke Indonesia Setelah Pengumuman Pemenang Pilpres 2019?

Selasa, 2 Juli 2019 07:57 WIB

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Ribuan Warga Negara China Mulai Berdatangan ke Indonesia Setelah Pengumuman Pemenang Pilpres 2019?

Video yang diunggah akun Timothy Raisah Timothy menjadi viral di media sosial, Sabtu, 29 Juni 2019. Video itu berisi suasana di terminal keberangkatan Bandara Sultan Syarif Kasim, Pekanbaru, disertai narasi ribuan orang China sudah berdatangan ke Indonesia.

“Baru satu hari diumumkan menang...ribuan orang cina sdh berdatangan...bagaimana nasib pribumi serta anak cucu kita nanti...,” tulis akun Timothy Raisah Timothy.

Sejak diunggah, video tersebut telah mendapat 18 komentar, 11.503 kali dibagikan dan ditonton lebih dari 285 ribu kali.

 

PEMERIKSAAN FAKTA

Video viral berdurasi satu menit 29 detik tersebut kemungkinan besar diambil menggunakan handphone. Video tersebut menyorot ratusan calon penumpang bermata sipit dan mengenakan seragam kaos olahraga. Mereka membawa koper-koper besar.

Suasana dan arsitektur bandara juga identik dengan Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II di Kota Pekanbaru.

"Di Bandara Sultan Syarif Kasim orang China aja semua," ujar seorang perempuan pada video itu.

Berdasarkan penelusuran Tempo.co, lokasi dan arsitektur bandara di video itu memang benar di Bandara Pekanbaru, tepatnya di Terminal Keberangkatan.

Tempo.co juga menemukan video berbeda yang memperlihatkan warga dengan seragam kaos olahraga yang sama dengan yang digunakan para calon penumpang di bandara dalam video yang diunggah akun Timothy Raisah Timothy.

Tepatnya pada menit ke 0:42 sampai 0:47. Dua orang pria sedang berboncengan motor mengiringi perjalanan rombongan wisatawan dari arah Bandara Bandara Sultan Syarif Kasim, Pakanbaru. Mereka mengenakan seragam olahraga dengan kombinasi warna merah dan putih. Pada bagian punggung juga tertera nama.

Video berdurasi 8 menit 03 detik itu diberi diunggah akun Budak Bagan Asli melalui kanal YouTube, 16 Juni 2019. Video tersebut diberi judul: “Wisatawan Padati Kota Bagansiapiapi-Even Ritual Bakar tongkang 2019.

Melalui laman Tempo.co, Divisi Imigrasi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Provinsi Riau membantah ada “serbuan” warga negara asing China ke Riau lewat bandara di Kota Pekanbaru.

“Mereka akan berangkat dengan pesawat dengan rute penerbangan domestik, setelah mengikuti acara Bakar Tongkang di Kabupaten Rokan Hilir, Riau.”

Mas Agus santosa mengkhawatirkan video dengan narasi yang tidak benar itu menimbulkan opini negatif di masyarakat. "Sudah ada beberapa opini yang negatif, mudah-mudahan tidak semuanya negatif dari opini masyarakat. Kasihan yang mudah terhasut.”

Executive General Manager Bandara SSK II, Jaya Tahoma Sirait, juga membantah isu serbuan WNA China di Bandara Pekanbaru. "Mereka itu wisatawan yang habis menghadiri Bakar Tongkang. Kita sebagai operator bandara, tentu harus melayani," kata Jaya Tahoma Sirait.

Laman Inews.id menyebutkan sedikitnya 50.000 warga Tionghoa asal Kota Bagansiapiapi datang ke Ibu Kota Kabupaten Rokan Hilir di daerah pesisir Provinsi Riau. Kedatangan mereka untuk mengikuti tradisi ritual Bakar Tongkang.

Ritual ini merupakan tradisi turun-temurun bagi warga Tionghoa Bagansiapiapi untuk menghormati nenek moyang mereka. Hal ini membuat puluhan ribu perantau yang kini tinggal di berbagai kota, baik di dalam dan luar negeri seperti pulang kampung, khusus untuk menghadiri Ritual Bakar Tongkang.

"Mereka ada yang sekarang tinggal di Singapura, Australia, Jakarta, Surabaya, Semarang, Medan dan Pekanbaru. Para perantau yang datang menginap di hotel, wisma, klenteng dan mess yayasan,” ujar Panitia Pelaksana Bakar Tongkang, Randy Gunawan kepada wartawan di Bagansiapiapi, Rabu (19/6/2019). Dia menjelaskan, ada 15 hotel dan puluhan mess yang digunakan untuk penginapan selama Bakar Tongkang.

"Bila ada tamu-tamu kami yang datang, tapi tak ke bagian hotel atau tak ada rumah keluarga, panitia telah menyiapkan penginapan di mess klenteng," kata Randy yang juga Ketua Yayasan Budi Marga.

Bakar Tongkang merupakan tradisi penghormatan terhadap leluhur dan masyarakat keturunan Tionghoa Bagansiapiapi. Tradisi ini sudah ada sejak dahulu kala sebagai bentuk penghormatan sekaligus menandai hari kelahiran Dewa Khi Ong Ya Atau Dewa Laut yang jatuh setiap tanggal 16 bulan Mei penanggalan Imlek, yang disebut dengan “Go Ge Cap Lak”.

Proses Ritual Bakar Tongkang dimulai dari Klenteng Ing Hok Kiong yang merupakan klenteng tertua di Kota Bagansiapiapi. Dari klenteng tersebut, para peserta Bakar Tongkang bergotong royong dengan bahu-membahu secara bergantian mengeluarkan replika tongkang atau kapal yang sudah disiapkan sejak beberapa bulan lalu.

KESIMPULAN

Berdasarkan sumber yang ada, pernyataan ini menggunakan fakta dan data yang benar, namun cara penyampaian atau kesimpulannya keliru serta mengarahkan ke tafsir yang salah.