Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Belum Ada Bukti, Narasi yang Menyebut Parfum, Pengharum Ruangan, dan Wangi Dry Clean Sebagai Penyebab Kanker

Jumat, 19 Juli 2024 18:15 WIB

Belum Ada Bukti, Narasi yang Menyebut Parfum, Pengharum Ruangan, dan Wangi Dry Clean Sebagai Penyebab Kanker

Sebuah narasi beredar di WhatsApp serta sejumlah akun Facebook mengatakan bahwa penggunaan parfum, pengharum ruangan, aromaterapi, dan dry clean sebagai penyebab kanker.

Narasi itu menceritakan terdapat seorang wanita yang suka menggunakan parfum, pengharum ruangan, dan aromaterapi. Selain itu, dia juga memberikan wewangian di berbagai ruang dan pada benda-benda miliknya. Dikatakan hal itu menyebabkan perempuan itu meninggal pada usia 31 tahun, karena kanker, jelang hari pernikahannya. Pertolongan medis, termasuk prosedur kemoterapi, dikatakan tak bisa lagi menyelamatkan nyawanya.

Narasi tersebut juga menyatakan bahwa istri Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yakni Ani Yudhoyono, juga meninggal karena kanker yang dipicu aroma wangi yang keluar dari proses pencucian pakaian tanpa air alias dry clean.

Tempo menerima permintaan pembaca untuk memeriksa kebenaran narasi tersebut. Benarkah parfum, pewangi ruangan, dan wangi dry clean bisa sebabkan kanker?

PEMERIKSAAN FAKTA

Dilansir website lembaga amal untuk penderita kanker, Australian Cancer Council, tidak ada bukti adanya keterkaitan antara penggunaan produk wewangian dengan risiko kanker pada manusia.

Dikatakan bahwa semua parfum memang mengandung bahan kimia. Namun kadarnya telah diperiksa dan diatur oleh lembaga resmi pemerintah masing-masing negara. Secara internasional lembaga seperti Research Institute for Fragrance Materials Expert Panel juga berupaya memantau kualitas parfum yang beredar.

Selain itu terdapat uji coba yang menyimpulkan paparan parfum pada tikus dapat memunculkan kanker. Namun tidak ada bukti pada manusia. Juga, percobaan pada tikus itu menggunakan parfum yang kadarnya jauh lebih tinggi dibanding produk wewangian yang beredar, sebagaimana dilaporkan The Guardian.

Di luar negeri pun beredar kekhawatiran penggunaan parfum bisa menyebabkan kanker. Namun Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Aru Wisaksono Sudoyo, juga menyatakan bahwa tidak ada bukti yang mendukung kekhawatiran tersebut. “Tidak terbukti,” kata dokter spesialis onkologi itu melalui pesan, Rabu, 17 Juli 2024.

Sementara terkait uji coba pada tikus, menurutnya tidak bisa langsung disamakan dampaknya pada manusia. Lantaran kadar dosis mematikan (LD) toksisitas pada hewan berbeda dengan manusia. “Tidak ada bukti dalam literatur (pada manusia). LD hewan belum tentu LD manusia,” kata Aru lagi.

Pemeriksa fakta Australian Associated Press (AAP) juga mengatakan narasi yang mengatakan produk parfum di toko bisa menyebabkan kanker, juga beredar di Negeri Kangguru. Namun, mereka menggolongkan narasi tersebut sebagai klaim menyesatkan. 

Pakar onkologi dan peneliti kanker di Universitas Adelaide, Profesor Ian Olver mengatakan produk parfum di toko mengandung zat yang bisa menyebabkan kanker, namun dalam jumlah kecil. Hal itu seharusnya membuat tidak ada kekhawatiran paparan yang berarti. “Secara umum, meskipun benar ada beberapa bahan kimia yang tidak sehat dalam beberapa parfum, paparannya mungkin terlalu rendah untuk memicu kanker,” kata Olver.

Secara lebih rinci, seorang farmakolog molekuler di Universitas Adelaide, Ian Musgrave, menjelaskan bahwa parfum di toko-toko mengandung ftalat yang berfungsi untuk pelarut dan penyetabil bau parfum.

Ftalat merupakan zat kimia yang bisa meniru atau mengganggu hormon tubuh. Ftalat juga digolongkan sebagai zat karsinogen atau penyebab kanker pada hewan oleh Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC). "Ftalat yang ada dalam parfum jumlahnya sangat sedikit dan biasanya tidak terkait dengan kanker. Ftalat utama dalam parfum, dietil ftalat (DEP), memiliki profil keamanan yang sangat baik," kata Musgrave.

Narasi yang beredar mengatakan bahwa Ani Yudhoyono meninggal karena terpapar wewangian dry clean. Padahal, berdasarkan penelusuran Detik.com, narasi yang beredar sejak tahun 2019 itu hoaks.

KESIMPULAN

Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan bahwa parfum, aromaterapi, pengharum ruangan dan wewangian dry clean sebagai penyebab kanker pada manusia adalah klaim yang belum ada bukti.

Penelitian yang ada telah membuktikan bahwa parfum bisa menyebabkan kanker pada hewan. Namun penelitian itu menggunakan kadar parfum yang lebih tinggi dari yang terkandung dalam produk wewangian yang beredar. Selain itu dampaknya perubahan risiko kankernya belum terbukti pada manusia.

TIM CEK FAKTA TEMPO

** Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id