Sebagian Benar, Klaim Muhaimin soal Penambahan Jumlah Pabrik Gula akan Kurangi Ketergantungan Impor

Kamis, 7 Desember 2023 19:00 WIB

Sebagian Benar, Klaim Muhaimin soal Penambahan Jumlah Pabrik Gula akan Kurangi Ketergantungan Impor

Calon wakil presiden nomor urut 1, Muhaimin Iskandar, menyatakan keinginannya untuk memperbanyak produksi gula dalam negeri saat berkampanye di Pasar Raya Padang, Sumatera Barat, Senin, 4 Desember 2023. Menurutnya, langkah itu mesti ditempuh demi mengurangi ketergantungan impor gula. 

Calon wakil presiden nomor urut 1 Muhaimin Iskandar bersalaman dengan warga saat tiba di makam ulama kharismatik Aceh Syeikh Abdurrauf Bin Ali Al-Fansury atau Teungku Syiah Kuala di Banda Aceh, Selasa, 5 Desember 2023. Dalam kampanye di Aceh Muhaimin berziarah ke makam ulama besar sekaligus dijadwalkan mengunjungi sejumlah pondok pesantren, mengisi kuliah umum, blusukan ke pasar dan orasi politik. ANTARA FOTO/Khalis Surry

“Kita harus memperbanyak pabrik gula baru yang skala mikro maupun besar,” ucap Muhaimin, dikutip dari Kompas.com. Baginya, tak ada jalan lain selain menambah produksi gula dalam negeri untuk memastikan stok aman. 

Benarkah memperbanyak pabrik gula dapat mengurangi ketergantungan impor pasokan gula?

PEMERIKSAAN KLAIM

Dosen Kebijakan Publik dari Universitas Brawijaya, M. Rizki Pratama mengingatkan bahwa Indonesia merupakan negara importir gula dalam wujud raw sugar nomor satu terbesar dunia dengan realisasi impor tahun 2021 mencapai 5,46 juta ton. Data kondisi pabrik gula ini berdasarkan Outlook Tebu Indonesia 2022 yang diterbitkan oleh Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal, Kementerian Pertanian.

“Pada dasarnya, ini dikarenakan kemampuan produksi gula dalam negeri tidak sepadan dengan konsumsi gula sehingga diperlukan impor,” kata dia, Kamis, 7 Desember 2023.

Rizki menjelaskan, pabrik gula di Indonesia hanya tersebar di 12 provinsi, dengan Provinsi Jawa Timur sebagai produsen terbesar. Rata-rata produksi gula di Provinsi Jatim selama tahun 2018-2022 sebesar 1,05 juta ton per tahun, dan berkontribusi sebesar 47,34% terhadap produksi gula Indonesia. 

Berdasarkan hasil estimasi Ditjen Perkebunan untuk tahun 2022, gula hablur produksi Jatim mencapai 1,05 juta ton, jauh lebih tinggi jika dibandingkan provinsi penghasil gula lainnya. Sedangkan kesepuluh provinsi penghasil gula lainnya hanya mampu memproduksi gula sebesar 494,22 ribu ton pada tahun 2022. Total produksi gula pada tahun 2023 diperkirakan mencapai 2,61 juta ton.

Padahal seiring perkembangan jumlah penduduk dan industri berbahan baku gula, konsumsi domestik gula Indonesia tahun 2022 saja diproyeksikan mencapai 6,76 juta ton.

Rizki menyimpulkan, usulan Cak Imin untuk memperbanyak pabrik gula dapat menjadi solusi, akan tetapi juga perlu diperhatikan tentang luasan dan produktivitas lahan tebu nasional dan sumber daya manusia yang mendukungnya. “Tanpa peningkatan dari kedua determinan tersebut, pembangunan pabrik tebu juga tidak akan menurunkan ketergantungan impor gula,” tegasnya.

Sementara itu, peneliti The Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Krisna Gupta, menyoroti keperluan impor gula Indonesia ini akibat adanya ketimpangan antara produksi dan konsumsi. Ia menegaskan, untuk membangun pabrik gula, tebu diperlukan sebagai bahan mentah.

Berdasarkan data Statistik Tebu Indonesia 2022 dari Badan Pusat Statistik, saat ini total areal perkebunan tebu adalah 490,000 hektar atau naik 17,89% dibandingkan lima tahun sebelumnya. “Namun, rata-rata pertumbuhan produksi tebu selama 10 tahun terakhir cenderung turun 0,72% per tahun,” ujarnya.

Akibatnya, produksi gula relatif stagnan di kisaran 2,4 juta ton pada 2022 atau naik tipis dibanding tahun sebelumnya. Bahkan hanya naik sekitar 8,29% dibandingkan 5 tahun silam. “Artinya, rendemen tebu di Indonesia masih tergolong rendah.

Krisna menambahkan, pabrik gula bisa membantu mengurangi impor gula. “Tapi jika pabrik bertambah, impor tebu akan naik. Kecuali jika ada peningkatan luas lahan dan jumlah petaninya juga. Di level harga yg sekarang, ini berat dilakukan,” pungkasnya.

KESIMPULAN

Hasil verifikasi klaim bersama ahli menunjukkan bahwa memperbanyak pabrik gula tidak dapat diandalkan menjadi satu-satunya jalan untuk mengurangi ketergantungan impor pasokan gula. Langkah ini harus disertai perluasan dan produktivitas lahan tebu nasional dan sumber daya manusia yang mendukungnya. 

Tanpa peningkatan dari kedua determinan tersebut, pembangunan pabrik tebu juga tidak akan menurunkan ketergantungan impor gula. 

**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]

Artikel ini merupakan hasil kolaborasi program Panel Ahli Cek Fakta The Conversation Indonesia bersama Kompas.com dan Tempo.co, didukung oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI)