Keliru: Pesan Berantai dari Yusril Ihza Mahendra tentang Cengkeraman Cina

Senin, 4 Agustus 2025 08:59 WIB

Keliru: Pesan Berantai dari Yusril Ihza Mahendra tentang Cengkeraman Cina

SEBUAH pesan berantai yang diklaim berasal dari tulisan Menteri Koordinator Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, Imigrasi, dan Pemasyarakatan, Yusril Ihza Mahendra, beredar di WhatsApp baru-baru ini. Konten yang sama juga dapat diakses di Facebook [arsip].

Pesan itu memuat judul mengenai cengkeraman Cina yang membebani generasi muda Indonesia. Cengkeraman oleh Cina ini menjadi salah satu dari empat serangan lain yakni Komunis, Yahudi, Syiah, dan para munafik. 

Tempo menerima permintaan pembaca untuk memverifikasi konten tersebut. Benarkah pesan berantai itu berasal dari tulisan Yusril Ihza Mahendra?

PEMERIKSAAN FAKTA

Tempo memverifikasi narasi tersebut menggunakan sumber-sumber dari media kredibel di Indonesia. Hasilnya, pesan berantai tersebut pernah beredar sejak 2017 dan tidak berasal dari tulisan Yusril Ihza Mahendra.

Jejak pesan berantai tersebut pernah dipublikasikan oleh situs media Rmol.id edisi 13 April 2017. Narasi itu beredar menjelang putaran kedua masa pemungutan suara Pilkada Jakarta yang diikuti oleh pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno serta pasangan pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni. Selama Pilkada tersebut, Basuki alias Ahok yang berlatar belakang peranakan Cina dan Kristen, banyak mendapatkan ujaran kebencian.

Pemungutan suara Pilkada Jakarta putaran pertama berlangsung pada 15 Februari 2017. Saat itu, pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat menempati posisi pertama dengan 42,96 % suara. Di posisi kedua, Anies Baswedan-Sandiaga Uno dengan 39,97% suara dan pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni yang mendapatkan 17,06% suara. 

Karena belum ada pasangan yang meraih 50 persen+1 suara sebagai syarat menang, maka Pilkada Jakarta berlangsung dua putaran. Putaran kedua tersebut digelar pada 19 Februari 2017.

Dalam artikel di RMOL tersebut, Yusril membantah bahwa pesan berantai tersebut berasal dari tulisannya. Dia mengatakan gaya bahasa pesan tersebut tidak seperti miliknya. Dia meminta agar masyarakat tidak lagi meneruskan atau menyebarkan pesan yang berisi kebohongan tersebut.

"Saya tegaskan sekali lagi bahwa ini hoax, bukan tulisan saya. Ada kata "saudaraku seiman" yang tidak biasa digunakan oleh seorang muslim seperti saya," kata Yusril dikutip dari situs RMOL.

Tahun 2018 narasi serupa disebar kembali, dan mendapatkan bantahan lagi dari Yusril. Dikutip dari Bisnis.com, dia mengutuk keras pesan bohong yang mencomot namanya.  

Pada tahun ini, isi pesan berantai ditambah dengan narasi, sekitar 200 juta orang Cina akan pindah warga negara sebagai WNI, umat Muslim dipaksa untuk meninggalkan agamanya, serta pemilu di level pusat hingga daerah akan dimenangkan oleh Cina. 

Pesan berantai tersebut beredar, menjelang Pemilu 2019 yang diikuti Joko Widodo dan Prabowo Subianto.

KESIMPULAN

Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan pesan berantai tentang lima kekuatan besar yang menyerang Indonesia secara sistematis yang ditulis Prof Yusril Ihza Mahendra adalah klaim keliru.

TIM CEK FAKTA TEMPO

**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]