Keliru, Vaksin Covid-19 Menyebabkan Infertilitas pada Wanita
Rabu, 30 Agustus 2023 18:57 WIB
Sebuah akun di Instagram pada 15 Agustus 2023 mengunggah video wawancara dengan seorang laki-laki dan perempuan tentang efek vaksin Covid-19 terhadap alat reproduksi perempuan, salah satunya infertilitas. Perempuan tersebut menyatakan bahwa ia tidak divaksin sama sekali. Laki-laki tersebut menanyakan Apakah Anda beli sertifikat vaksin?
Ya tentu saja, kata perempuan itu. “Kamu tidak bisa memaksa untuk memasukkan sesuatu dalam tubuhku. Banyak teman perempuanku tidak bisa punya anak setelah divaksin. Tingkat kesuburan mereka menurun drastis,” lanjutnya. Sebanyak 1 persen penduduk dunia jadi kaya karena Covid-19. Satu persen mengontrol 99 persen.
Sejak diunggah, video tersebut sudah disukai 10.071 netizen. Benarkah klaim bahwa vaksin Covid-19 menyebabkan kemandulan?
PEMERIKSAAN FAKTA
Dikutip dari situs NBC News kekhawatiran bahwa vaksin Covid-19 dapat menyebabkan kemandulan adalah salah satu alasan yang diberikan orang untuk menghindari vaksinasi. Meskipun tidak ada bukti bahwa vaksin Covid-19 menyebabkan masalah pada kesuburan, menjadi sakit parah akibat penyakit ini berpotensi menyebabkan hal tersebut, kata para ahli reproduksi, sehingga vaksinasi menjadi semakin penting.
Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa infeksi SARS-CoV-2 berpotensi berdampak pada kesuburan pria, kesuburan wanita, dan kesehatan kehamilan seseorang yang terinfeksi. Hal ini diungkapkan oleh seorang ahli endokrinologi reproduksi dan profesor di Fakultas Kedokteran Universitas Emory di Atlanta, Dr. Jennifer Kawwass.
"Dan pada saat yang sama tidak ada bukti bahwa vaksin ini memiliki dampak negatif pada kesuburan pria atau wanita," ujarnya.
Situs National Library of Medicine mempublikasikan dari 1.406 penelitian yang disaring, 29 di antaranya dimasukkan ke dalam tinjauan sistematis. Penelitian-penelitian tersebut dilakukan di Israel (34,5%), Amerika Serikat (24,1%), Rusia (20,7%), Cina (10,3%), Italia (3,5%), Amerika Utara (3,5%), dan Turki (3,5%). Kualitas yang kurang baik (34,5%), cukup (58,6%) dan baik (6,9%).
Meta-analisis sub kelompok berdasarkan jenis vaksin tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan: antara kelompok yang divaksinasi dengan vaksin mRNA dan yang tidak divaksinasi terkait tingkat kehamilan secara biokimiawi; sebelum dan sesudah vaksinasi dengan Gam-COVID-Vac terkait kadar testosteron, FSH dan LH; sebelum dan sesudah vaksinasi dengan vaksin BNT162b2 terkait volume sperma.
Kesimpulannya, berdasarkan penelitian yang telah dipublikasikan sejauh ini, tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan adanya hubungan antara vaksin COVID-19 dengan gangguan kesuburan pada pria atau wanita.
Epidemiologi dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman mengatakan, tidak ada dasar ilmiah yang kuat yang bisa menyimpulkan bahwa vaksin itu menyebabkan kemandulan atau infertilitas.
Menurutnya fenomena yang terjadi saat ini adalah baru, dimana teori konspirasi atau hoaks terhadap vaksin muncul sebelum vaksin tersebut dirilis. “Hal ini pertama dalam sejarah manusia. Sebelumnya, teori konspirasi atau hoax itu muncul setelah vaksinnya dirilis, berbeda dengan vaksin Covid-19,” katanya melalui pesan suara kepada Tempo, 24 Agustus 2023.
Dalam proses riset vaksin yang bekerja itu sistem, bukan hanya diawasi satu dua orang tapi juga disupervisi oleh WHO. Keamanan, efektivitas, dan hasilnya terus dipantau secara berjenjang dan bertahap.
“Meskipun itu sudah dirilis dan ini sudah tahun keempat pandemi, vaksin tersebut terus dipantau. Jadi ketika dia sudah diberikan pada publik, yang namanya pengawasan itu tidak berhenti,” jelas Dicky.
Artinya, ketika teori konspirasi mengatakan ada gangguan tertentu seperti pembekuan darah dan lain sebagainya, kalau itu signifikan, tidak menunggu waktu, badan kesehatan nasional apakah di Amerika atau di Eropa bahkan WHO akan membekukan atau menarik vaksin tersebut.
“Apalagi ini masalah infertilitas. Jadi bukan tidak ada yang mengawasi,” lanjutnya.
Memang ada fakta bahwa sebagian kecil perempuan yang menerima vaksin mendapat gangguan menstruasi, dan itu ada datanya. Tetapi tidak signifikan, tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat yang bisa menyimpulkan bahwa vaksin tersebut menyebabkan kemandulan atau infertilitas.
“Jadi sejauh ini saya bisa menyampaikan tidak ada bukti atau belum ada bukti ilmiah yang bisa mendukung statement kelompok anti vaksin,” tegas Dicky.
KESIMPULAN
Hasil pemeriksaan unggahan yang mengklaim bahwa vaksin Covid-19 menyebabkan kemandulan pada perempuan adalah keliru.
Beberapa penelitian menyatakan sebagian kecil perempuan mengalami gangguan menstruasi setelah divaksin. Namun hal tersebut tidak bisa dijadikan dasar yang kuat bahwa vaksin menyebabkan terjadinya kemandulan pada perempuan.
TIM CEK FAKTA TEMPO
**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]