Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menyesatkan, Video Gempa Bumi Magnitudo 10,3 Membelah 25 Kecamatan

Senin, 19 Desember 2022 14:00 WIB

Menyesatkan, Video Gempa Bumi Magnitudo 10,3 Membelah 25 Kecamatan

Sebuah akun Facebook membagikan video dengan narasi gempa bumi dengan kekuatan Magnitudo 10,3 membelah 25 kecamatan.

Video berjudul "Gempa Magnitudo 10,3, Membelah 25 Kecamatan" itu memperlihatkan orang-orang berlarian di jalan, rumah-rumah runtuh, dan sejumlah gedung bertingkat tampak bergoyang. Gambar yang sama diputar berulang-berulang.

Narator video mengatakan gempa bumi dengan Magnitudo 3,1 mengguncang Kota Bogor. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat titik gempa berada di darat 15 kilometer barat daya Bogor. BMKG melaporkan gempa terjadi pukul 08.00 WIB. Sejauh ini belum ada laporan terkait kerusakan akibat gempa ini.

Sejak diunggah pada Minggu, 11 Desember 2022, video ini sudah mendapat 2,2 ribuan tanggapan, 725 komentar dan 348 ribu kali tayang. Namun, benarkah video dan narasi gempa magnitudo 10,3 dengan durasi 8 menit 4 detik tersebut?

PEMERIKSAAN FAKTA

Hasilnya, video tersebut gabungan dari kejadian gempa bumi di tempat dan waktu yang berbeda-beda. Seperti, di Nepal pada 2015, Jepang tahun 2011, Trinidad dan Tobago tahun 2018, dan Alaska tahun 2018. Kekuatan gempa di setiap negara tidak sama.

Lalu, video itu tidak berhubungan dengan bencana gempa Cianjur, Jawa Barat pada 21 November 2022 lalu. Tidak itu saja, apa yang diucapkan narator juga tidak berkaitan dengan video, termasuk soal jumlah kecamatan yang terdampak.

Untuk memverifikasi kebenaran klaim tersebut, Tim Cek Fakta Tempo memfragmentasi video itu menjadi gambar dan menelusurinya menggunakan Google Reverse Image dan Yandex Image Search.

Video 1

Fragmen 1

Potongan video detik ke-14 menunjukkan keadaan yang dramatis ketika orang-orang berlarian meninggalkan kendaraannya saat terjadi gempa bumi. Rekaman gempa yang melanda ibu kota Nepal, Kathmandu pada 25 April 2015 itu berkekuatan 7,9 skala Richter.

Dikutip dari media ABC, sebanyak 5.489 orang diketahui tewas dalam gempa tersebut, menurut pembaruan dari Pusat Operasi Darurat Nasional. Sementara itu, lebih dari 100 lainnya tewas di negara tetangga India dan China.

Banyak warga Nepal, termasuk beberapa di distrik Gorkha yang menjadi pusat gempa, sedang menunggu bantuan tanpa makanan atau tempat berlindung.

Tingkat kerusakan yang pasti di daerah pedesaan yang jauh belum jelas dengan koordinator bantuan memperingatkan bahwa ukuran yang luas dan kurangnya jalan di negara Himalaya akan mempersulit upaya untuk mencapai korban.

Jadi, video tersebut tidak berkaitan dengan yang disampaikan narator, terkait gempa Cianjur, Jawa Barat, pada 21 November 2022, dan kekuatannya juga berbeda, bukan 10,3 melain 7,9 SR.

Video 2

Fragmen 2

Pada menit ke-1:20, terlihat puluhan orang duduk di lantai berdesak-desakan. Setelah ditelusuri, peristiwa ini merupakan rekaman saat gempa bumi berkekuatan Magnitudo 9,1 terjadi di Bandara Narita, Jepang, pada 11 Maret 2022. Rekaman tersebut diunggah seorang warga di akun YouTube-nya dengan judul "Japan Earthquake March 2011 - Narita Airport".

Perdana Menteri Jepang, Naoto Kan, mengatakan gempa yang sangat kuat telah menyebabkan kerusakan yang luar biasa di wilayah yang luas. Gempa yang terjadi itu mendorong Layanan Cuaca Nasional AS mengeluarkan peringatan tsunami untuk setidaknya 50 negara dan wilayah.

“Pusat gempa utama Jumat terletak di lepas Prefektur Miyagi, sekitar 230 mil (370 kilometer) timur laut Tokyo,” kata Survei Geologi AS, dikutip dari CNN.

Video 3

Fragmen 3

Video berikutnya menit ke-3:29 menunjukkan seorang lelaki sedang berlindung di bawah meja saat terjadi gempa bumi di Alaska, Negara Bagian Amerika Serikat. Potongan video ini sudah pernah tayang di akun resmi YouTube CBS News, 1 Desember 2018, berjudul "CBS Anchorage, Alaska station experiences aftershock from earthquake live on air".

Gempa itu terjadi 30 November 2018, saat itu kru KTVA Alaska selesai dari siaran berita, namun kemudian gempa berkekuatan Magnitudo 7,0 melanda. Semua orang dievakuasi dari gedung sampai aman untuk masuk dan liputan kembali dimulai. Saluran 11 sepanjang hari memberikan informasi penting tentang kerusakan jalan, sekolah, dan gempa susulan.

Fakta terbaru mengungkapkan bahwa korban jiwa akibat gempa Cianjur berkekuatan Magnitudo 5,6 pada Senin 21 November 2022 lalu mencapai 600 orang.

"Laporan resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana yang meninggal dunia 334 orang, ternyata ada sekitar 600-an korban jiwa berdasarkan hasil pendataan kami di lapangan," ujar Herman Suherman di Pendopo Kabupaten Cianjur, Sabtu, 10 Desember 2022, dikutip dari arsip Tempo.

Bukan hanya korban jiwa, tetapi juga rumah yang rusak tersebar di 16 kecamatan mencapai kurang lebih 58 ribu rumah. Gempa bumi dengan Magnitude (M) 5,6 berada di darat 10 km barat daya Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Bencana alam ini terjadi pada Senin, 21 November 2022 pukul 13.21 WIB.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta, video dan narasi mengenai gempa Magnitudo 10,3, membelah 25 kecamatan, adalah menyesatkan.

Pasalnya, video tersebut gabungan dari kejadian gempa bumi di tempat dan waktu yang berbeda-beda. Seperti, di Nepal pada 2015, Jepang tahun 2011, Trinidad Tobago 2018 dan Alaska 2018. Kekuatan gempa di setiap negara tidak sama.

Lalu, video itu tidak berhubungan dengan bencana gempa Cianjur, Jawa Barat pada 21 November 2022 lalu. Apa yang diucapkan narator juga tidak berkaitan dengan narasi dan isi video, termasuk soal jumlah kecamatan yang terdampak.

TIM CEK FAKTA TEMPO

** Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id