Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Keliru, Gambar Pergeseran Tanah Setelah Gempa Cianjur

Senin, 28 November 2022 17:17 WIB

Keliru, Gambar Pergeseran Tanah Setelah Gempa Cianjur

Sebuah akun Facebook mengunggah video reels dengan narasi pergeseran tanah akibat gempa Cianjur yang terjadi November 2022 ini.

Reels tersebut menyematkan kalimat, “Setelah gempa terjadi pergeseran tanah. Sungguh mengerikan harta yang selama ini dicari tak ada gunanya”.

Video ini juga disematkan emoji menangis dengan pemberian lokasi bertuliskan di Cianjur. Pada bagian bawah video disematkan kalimat, “Musibah sesekali terjadi untuk menjadi pengingat bagi hati yang lalai. Doa terbaik untuk para korban”.

Hingga tulisan ini dibuat, video reels ini mendapat 23,5 ribu suka dan dibagikan 6.500 kali.

PEMERIKSAAN FAKTA

Berdasarkan penelusuran Tempo dengan pencarian gambar terbalik milik Yandex, potongan video tersebut identik dengan tayangan Kompas TV di YouTube tanggal 6 Oktober 2018. Video tersebut bukan pergerakan tanah di Cianjur melainkan hasil citra satelit saat likuifaksi di Kecamatan Petobo, Sulawesi Tengah, usai gempa pada akhir September 2018. 

Sumber: YouTube Kompas TV

Dilansir Tempo, setelah terjadi gempa Palu dan Donggala, terjadi fenomena likuifaksi tanah di komplek perumahan Petobo, Sulawesi Tengah. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 66.926 rumah. Jumlah kerusakan terbanyak ditemukan salah satunya di daerah yang mengalami fenomena likuifaksi yaitu di Balaroa dan Petobo.

Geologi Teknik dari Pusat Air Tanah Dan Geologi Lingkungan Badan Geologi, Taufik Wira Buana kepada Tempo, mengatakan likuifaksi adalah proses hilangnya kekuatan tanah, daya dukung tanah, karena proses pencairan atau pembubaran akibat efek guncangan gempa bumi. Efek likuifaksi ada yang bersifat lokal dan ada yang menjangkau dalam area yang luas.

Tentang Gempa di Cianjur

Gempa terjadi pada 21 November 2022, dengan kekuatan M 5,6, berpusat di Sukabumi dengan pusat  gempa pada koordinat 6,86° LS; 107,01° BT, atau tepatnya berlokasi di darat wilayah Sukalarang, Sukabumi, Jawa Barat, pada kedalaman 11 km.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono melalui akun Twitter-nya menuliskan, gempa Sukabumi-Cianjur yang terjadi pada 21 November 2022 merupakan jenis gempa tektonik kerak dangkal (shallow crustal earthquake). Jenis gempa ini dipicu aktivitas sesar aktif pada zona sistem Sesar Cimandiri. 

Dilansir Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi, kedalaman dan data mekanisme sumber dari BMKG dan GFZ Jerman, kejadian gempa bumi ini diakibatkan oleh aktivitas sesar aktif yang lokasinya berada pada bagian timur laut zona sesar Cimandiri.

Sesar Cimandiri  memiliki tiga segmen sesar aktif yaitu Segmen Cimandiri di selatan, Segmen Nyalindung-Cibeber di tengah dan Segmen Raja Mandala di Utara.

Dilansir Tempo.co, penelitian Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran menyebutkan Sesar Cimandiri merupakan sebuah sesar atau patahan yang berada di bagian barat Jawa Barat. Segmen bagian barat Sesar Cimandiri membentang dari Pelabuhanratu, Sukabumi, sampai Perbukitan Walat. Sedangkan segmen bagian timur sesar ini membentang dari perbatasan Sukabumi, Cianjur, dan membentang hingga Gunung Tangkuban Parahu.

Segmen Cimandiri membentang sepanjang 23 kilometer dan menyimpan potensi gempa hingga maksimum 6,7 magnitudo. 

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta, Tim Cek Fakta Tempo menyimpulkan video reels berjudul "Setelah Gempa Terjadi Pergeseran Tanah" adalah keliru.

Tidak terjadi likuifaksi atau pergeseran tanah saat gempa Cianjur. Gempa Cianjur merupakan gempa tektonik kerak dangkal yang dipicu aktivitas sesar Sesar Cimandiri. 

Masyarakat diminta mewaspadai bencana lanjutan berupa tanah longsor dan banjir bandang.  Hal ini bisa terjadi karena lereng perbukitan jadi rapuh setelah terjadi gempa ditambah curah hujan tinggi.

TIM CEK FAKTA TEMPO

** Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id