Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menyesatkan, Soekarno Meminjamkan 57 Ribu Ton Emas ke John F. Kennedy

Kamis, 25 Agustus 2022 13:50 WIB

Menyesatkan, Soekarno Meminjamkan 57 Ribu Ton Emas ke John F. Kennedy

Sebuah akun Facebook mengunggah video yang membahas presiden RI pertama, Soekarno, yang meminjamkan 57 ribu ton emas kepada presiden ke-35 Amerika Serikat, John F. Kennedy.

Video berjudul Hutang Triliun Dolar Amerika Serikat ke Indonesia ini menarasikan:

Percaya atau tidak, sejak dahulu sampai hari ini harusnya hidup bergelimang harta. Bukan karena Indonesia punya banyak hal, namun kita punya piutang besar sekali dari negara-negara di dunia, khususnya Amerika Serikat. Sejak zaman penjajahan tidak terhitung jumlah harta nenek moyang yang diboyong keluar.

Dinarasikan juga, salah satu harta yang dimiliki Indonesia adalah 57 ribu ton emas yang konon dipinjam oleh Amerika kepada Indonesia. Presiden Amerika Serikat John F Kennedy meminta belas kasih  Presiden Sukarno untuk meminjam harta ini untuk pembangunan Amerika. Sukarno pun menyetujuinya dalam perjanjian Green Hilton Memorial Agreement.

Video berdurasi 7:59 menit ini diunggah tanggal 7 Agustus 2022. Sampai tulisan ini dibuat mendapat 11 ribu tanda suku, 1.800 komentar dan disaksikan 500 ribu pengguna Facebook.

Tangkapan layar video yang beredar di Facebook tentang klaim piutang Indonesia dari Amerika Serikat yang tertuang dalam Green Hilton Memorial Agreement.

Apakah Amerika Serikat benar-benar berhutang triliun Dolar Amerika Serikat ke Indonesia?

PEMERIKSAAN FAKTA

Hasil pemeriksaan fakta menunjukan cerita tentang harta peninggalan era Presiden Soekarno muncul dengan berbagai versi. Cerita-cerita ini muncul dengan klaim-klaim yang sulit untuk dibuktikan dan dipertanggungjawabkan. Dalam beberapa kasus, cerita seperti ini berkaitan dengan penipuan. Belum ada fakta dan penelitian sejarah yang kredibel terkait hal ini. 

Untuk verifikasi narasi video ini, Tempo menonton video sampai selesai dan memeriksa sumber klaimnya. Klaim tersebut dibandingkan dengan sumber resmi pemerintah Indonesia  dan pemberitaan media kredibel.

Tempo juga menelusuri fragmen video dengan Yandex, Fake News Debunker by InVid, dan Google Images.

Fakta 1: 57 ribu ton emas dalam perjanjian Green Hilton Memorial Agreement

Mengenai perjanjian Green Hilton Memorial Agreement tersebut, beredar di berbagai situs, di antaranya bibliotecapleyades.net, blog-blog, YouTube, dan Facebook. Cerita dan klaim-klaim yang bertebaran di internet tersebut, dibukukan oleh Safari ANS pada tahun 2014 dengan judul Harta Amanah Soekarno dan diterbitkan oleh Phoenix Publishing.

Safari ANS mengklaim pada sinopsis buku ini, ia menuliskan berdasarkan investigasi selama belasan tahun. Ia menyebutkan bahwa saatnya bangsa Indonesia mengakui keberadaan aset tersebut  yang bermuara pada The Green Hilton Memorial Agreement. Perjanjian ini juga diklaim ditandatangani oleh Soekarno dan John F. Kennedy pada Kamis, 14 November 1963 pukul 16.00 waktu Washington DC.

Namun, keaslian dokumen itu diragukan. Dikutip dari Detik, sejarawan dari LIPI Asvi Warman pernah meminta Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) melakukan uji terhadap dokumen itu lantaran dua hal.

Pertama, Asvi menyoroti cap stempel yang dipakai Presiden Indonesia. Seharusnya, cap itu bergambar padi, kapas, dan bintang. Namun dalam dokumen The Green Hilton Memorial Agreement, cap stempel Presiden Indonesia malah bergambar Garuda Pancasila. 

Kedua, AS tidak pernah menyinggung perjanjian The Green Hilton Memorial Agreement dalam dokumen yang telah dirilis untuk publik.

Dilansir YKPP 65, Aswi mengatakan, setelah 1965 Presiden Soekarno jatuh miskin dan kondisinya memprihatinkan.

“Pasca 1965, Soekarno sudah miskin tidak ada uang pensiun. Bung Karno membutuhkan uang lalu Sidarto menjumpai mantan kepala rumah tangga dapatlah USD 10 ribu yang dikirim ke Wisma Yaso. Uang itu dititip ke Megawati di kaleng biskuit supaya nggak ketahuan. Kalau dia kaya, kenapa harus minta-minta uang itu,” jelas Asvi.

Soekarno, kata Aswi, untuk mengobati dirinya saja sulit karena tak ada uang. Bahkan untuk merawat gigi, Bung Karno membayar dokter Heng Kian dengan sebuah pulpen cinderamata dari negara lain.

Klaim Safari ANS berikutnya, dalam buku tersebut ia mengatakan bahwa The Green Hilton Memorial Agreement yang ditandatangani Soekarno dan John F. Kennedy pada Kamis, 14 November 1963 pukul 16.00 waktu Washington DC.

Dari catatan sejarah, pada 14 November 1963, posisi John F Kennedy di Amerika Serikat. Catatan John F. Kennedy Presidential Library And Museum, John F Kennedy menyebutkan bahwa ia berada di Auditorium Departemen Luar Negeri Washington DC sedang menjawab pertanyaan wartawan tentang penangkapan Universitas Yale Frederick C. Barghoorn di Moskwa karena menjadi mata-mata. Termasuk menjawab pertanyaan soal isu Vietnam, soal Kongres AS yang menolak program bantuan internasional, legislasi yang tertunda, serta isu pengakuan Honduras dan Republik Dominika.

Kemudian dilansir The American Presidency Project  pada pukul 15.15, Kennedy berpidato di Elkton Maryland untuk meresmikan  peresmian jalan tol baru di Delaware dan Maryland. Kemudian terbang ke New York untuk menghadiri Kongres Organisasi Industri (AFL-CIO) diadakan di Americana Hotel di New York City tanggal 15 November 1963. 

Berdasarkan catatan di atas pada tanggal 14 November 1963, tidak ada pertemuan antara Soekarno dan John F. Kennedy.

Fakta 2: Pertemuan Presiden Kennedy dan Presiden Soekarno

Foto karya Abbie Alpheus Rowe pada 24 April 1961, pukul 09.30 di Andrews Air Force Base, Maryland, Amerika Serikat. (Sumber: John F. Kennedy Presidential Library And Museum)

Pada menit ke 2:18, video ini menampilkan fragmen foto hitam putih Presiden Soekarno dan Presiden Kennedy. Hasil penelusuran menunjukkan bahwa foto ini merupakan karya fotografer Gedung Putih, Abbie Alpheus Rowe tanggal 24 April 1961, pukul 09.30 am di Andrews Air Force Base, Maryland, Amerika Serikat.

Dilansir John F. Kennedy Presidential Library And Museum, pada tanggal 24 April 1961, Presiden John F. Kennedy menyambut Presiden Indonesia Ahmed Sukarno di Pangkalan Angkatan Udara Andrews, Maryland. Petugas protokol Departemen Luar Negeri Clement E (kiri) dan Menteri Luar Negeri Chester Bowles (kanan) turut mendampingi Kennedy.

Dilansir Kompas.com, dalam buku Indonesia Melawan Amerika: Konflik Perang Dingin 1953-1963 (2008) karya Baskara T Wardaya dikisahkan, pertemuan Kennedy dan Soekarno terkait dengan Irian Barat. Kala itu, Irian Barat diperebutkan Indonesia dan Belanda.

Kennedy menanyakan mengenai pentingnya Irian Barat bagi Indonesia. Menurut Kennedy, orang yang tinggal di wilayah tersebut adalah ras Melanesia. Belanda juga memiliki keuangan yang lebih untuk mengelola wilayah tersebut. 

"Mengapa Anda menginginkan Irian Barat?" kata Kennedy. Soekarno menjawab, Irian Barat merupakan wilayah Indonesia dan harus kembali jadi bagian Indonesia.

Fakta 3: Penandatangan Perjanjian Green Hilton Memorial Agreement Disaksikan Banyak Orang

Sumber: Nationaal Archief

Pada menit ke 3:39, video ini menampilkan fragmen foto hitam putih. Berdasarkan pencarian Tempo, foto identik dengan foto karya Bilsen, Joop van/Anefo diambil tanggal 12 Desember 1949 di Amsterdam.

Dilansir, Nationaal Archief Belanda, Perdana Menteri Dress berpidato di hadapan Ratu Belanda Ratu Juliana dan Wakil Presiden Republik Indonesia Mohammad Hatta di Istana Dam, Amsterdam. Dalam foto ini tampak Perdana Menteri Dr Willem Drees (kanan, berdiri), Ratu Juliana,  Moh Hatta, dan Menteri Urusan Kolonial J.A Sassen (kiri).

Sumber: Nationaal Archief

Pada hari itu, Ratu Juliana menandatangani penyerahan kedaulatan Hindia Belanda kepada Indonesia. Wakil Presiden Hatta dan Perdana Menteri Dress juga menandatangani perjanjian tersebut. Penyerahan kedaulatan yang didahului oleh Konferensi Meja Bundar (KMB). 

Kasus Penipuan terkait Harta Amanah Soekarno

Dilansir Detik.com, ada 10 kasus penipuan berkedok pencairan Harta Amanah Soekarno. Motif penipuan ini sama, korban diceritakan tentang harta peninggalan Soekarno dan Raja-raja Nusantara. 

Caranya, pelaku penipuan memperlihatkan dokumen yang dianggap sebagai bukti keberadaan harta tersebut. Dokumen tersebut dibuat sedemikian rupa agar terlihat kuno. Sebagai ahli waris, masyarakat dapat mencairkan dan mengambil  harta tersebut dengan syarat menyetorkan sejumlah uang. 

Pelaku penipuan ini tidak hanya orang Indonesia, tapi juga warga negara asing bernama James Lindon Graham.

Dilansir media New Zealand Stuff, selama 10 tahun, Graham mengambil uang korbannya dengan skema biaya lanjutan. Ia mengklaim dirinya sebagai anak angkat mantan presiden Indonesia Soekarno dan perlu membayar biaya untuk melepaskan dana warisannya. Dana yang dihimpun mencapa 1,6 juta dolar AS.

Graham juga mengatakan kepada “investor” bahwa ia memiliki emas batangan antara US$50 juta dan US$100 juta di rekening Swiss dan sejumlah uang lainnya di seluruh dunia. Graham akhirnya ditangkap pada Juli 2009 saat mencoba meninggalkan Selandia Baru dengan tiket kelas satu sekali jalan ke Singapura.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan fakta, Tim Cek Fakta Tempo menyimpulkan bahwa narasi Soekarno meminjamkan 57 ribu ton emas ke John F. Kennedy adalah Menyesatkan.

Sejauh ini dokumen asli keberadaan Green Hilton Memorial Agreement yang berisi peminjaman 57 ribu ton emas dari Soekarno ke John F. Kennedy masih diragukan. 

Foto pertemuan antara John Kennedy dan Soekarno seperti termuat dalam video itu adalah pertemuan pada 1961 dan keduanya membahas masalah Irian Barat. 

Sedangkan foto yang diklaim bagian dari perjanjian Green Hilton Memorial Agreement adalah foto tahun 1949. 

TIM CEK FAKTA TEMPO

** Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id