Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Keliru, Presiden Tanzania Meninggal karena Dibungkam Demi Agenda Kontrol Populasi Lewat Vaksinasi

Senin, 12 April 2021 11:54 WIB

Keliru, Presiden Tanzania Meninggal karena Dibungkam Demi Agenda Kontrol Populasi Lewat Vaksinasi

Video pendek yang berjudul "Kematian Janggal Presiden Tanzania" beredar di Instagram. Video ini beredar tak lama setelah Presiden Tanzania John Magufuli meninggal pada 17 Maret 2021. Menurut video itu, terdapat spekulasi bahwa Magufuli sebenarnya dibungkam untuk mensukseskan "The Great Reset", agenda World Economic Forum (WEF) untuk mengontrol populasi dunia melalui vaksinasi.

Berdurasi satu menit, video itu berisi gabungan foto dan video yang terkait dengan kematian Magufuli. Video itu memuat narasi sebagai berikut:

"Pada bulan Maret lalu, Presiden Tanzania John Magufuli dikabarkan meninggal dunia karena sakit jantung setelah hilang dari publik selama dua minggu lebih. Beliau adalah salah satu tokoh terkenal di Afrika karena skeptis virus corona dan menolak lockdown atau pun vaksinasi. John Magufuli kemudian digantikan oleh Samia Suluhu Hassan, sosok yang pernah menjabat sebagai wakil presiden di sana. Namun, keraguan baru pun muncul setelah diketahui bahwa Samia Suluhu adalah salah satu bagian member dari World Economic Forum (WEF). WEF merupakan organisasi non-profit yang terdiri dari para pemimpin elite yang gencar mempromosikan agenda 'The Great Reset'. Agenda ini memanfaatkan pandemi untuk melancarkan aksi mereka mengontrol populasi dunia, seperti mevaksin seluruh umat manusia sebelum tahun 2030. Berbagai spekulasi mengklaim, Mantan Presiden Tanzania itu dibungkam untuk menyukseskan agenda tersebut."

Akun ini membagikan video tersebut pada 6 April 2021. Hingga artikel ini dimuat, video itu telah ditonton lebih dari 171 ribu kali.

Gambar tangkapan layar unggahan di Instagram yang memuat klaim keliru terkait meninggalnya Presiden Tanzania John Magufuli.

PEMERIKSAAN FAKTA

Berdasarkan verifikasi Tim CekFakta Tempo, 'The Great Reset' bukanlah agenda untuk mengontrol populasi dunia di tengah pandemi Covid-19 melalui vaksinasi. Kematian Presiden Tanzania John Magufuli pun disebut karena gagal jantung. Berikut ini fakta-fakta atas klaim dalam video di atas:

Klaim 1: Presiden Tanzania John Magufuli dibungkam untuk mensukseskan 'The Great Reset'

Fakta:

Kematian Magufuli diumumkan oleh wakil presidennya, Samia Suluhu Hassan, dan disiarkan di sejumlah televisi setempat. Suluhu menjelaskan bahwa Magufuli meninggal karena gagal jantung. Dikutip dari National Public Radio (NPR), Magufuli sudah tidak muncul di depan publik sejak akhir Februari 2021. Hal ini memunculkan spekulasi bahwa dia sedang sakit.

Saingan politik utama Magufuli, Tundu Lissu, menduga presiden menderita Covid-19. Lissu berkata, "Ini adalah presiden yang menyangkal Covid-19, yang berusaha untuk menutupinya, yang dengan tegas menolak untuk mengambil tindakan apa pun untuk memerangi pandemi, yang telah mengacungkan hidungnya ke dunia, menolak kerjasama internasional atau regional untuk menangani Covid-19 dan sekarang dia terjangkit Covid-19. Itu adalah keadilan puitis bagi saya."

Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa Magufuli meninggal karena dibungkam untuk mensukseskan agenda "The Great Reset".

Sumber: NTV Kenya dan NPR

Klaim 2: "The Great Reset" adalah agenda World Economic Forum (WEF) untuk mengontrol populasi dunia melalui vaksinasi.

Fakta:

"The Great Reset" adalah inisiatif dari WEF yang telah dikonseptualisasikan oleh pendiri dan Ketua Eksekutif WEF, Klaus Schwab, dan telah berkembang selama beberapa tahun terakhir. Hal tersebut didasarkan pada penilaian bahwa perekonomian dunia sedang dalam kesulitan yang parah. Schwab berpendapat bahwa situasinya telah menjadi jauh lebih buruk karena banyak faktor, termasuk efek pandemi yang menghancurkan masyarakat global, revolusi teknologi, dan konsekuensi dari perubahan iklim.

Schwab menuntut bahwa "dunia harus bertindak bersama dan cepat untuk mengubah semua aspek masyarakat dan ekonomi kita, dari pendidikan hingga kontrak sosial dan kondisi kerja. Setiap negara, dari Amerika Serikat hingga Cina, harus berpartisipasi, dan setiap industri, dari minyak dan gas hingga teknologi, harus diubah. Singkatnya, kita membutuhkan 'Penyetelan Ulang Besar' kapitalisme."

Konsep ini kemudian berkembang menjadi teori konspirasi dan diklaim untuk mengontrol populasi dunia melalui vaksinasi. Vaksinasi sendiri bukan untuk mengontrol populasi manusia, tapi mencegah populasi terinfeksi Covid-19.

Sumber: situs resmi WEF, Indian Express, dan BBC

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa kematian Presiden Tanzania John Magufuli adalah bentuk pembungkaman untuk mensukseskan "The Great Reset", agenda WEF untuk mengontrol populasi dunia melalui vaksinasi, keliru. Pemerintah Tanzania telah mengumumkan bahwa Magufuli meninggal karena gagal jantung. "The Great Reset" pun merupakan agenda untuk memulihkan ekonomi dunia pasca pandemi, bukan untuk mengontrol populasi dunia melalui vaksinasi.

TIM CEK FAKTA TEMPO

Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id