Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

[Fakta atau Hoaks] Benarkah 48 Warga Korsel Tewas usai Terima Vaksin Covid-19?

Kamis, 5 November 2020 21:04 WIB

[Fakta atau Hoaks] Benarkah 48 Warga Korsel Tewas usai Terima Vaksin Covid-19?

Klaim bahwa 48 warga Korea Selatan tewas usai menerima vaksin Covid-19 beredar di media sosial. Klaim yang terdapat dalam judul artikel di blog Berita Indonwes ini, yang berbunyi “Innalilahi Wainnailahi Rojiun, 48 Orang Meninggal Usai Divaksin Corona”, beredar di tengah proses pengembangan dan uji coba klinis sejumlah vaksin Covid-19 di beberapa negara di dunia.

Menurut artikel yang dimuat pada 2 November 2020 tersebut, jumlah itu merupakan akumulasi sejak munculnya kematian usai vaksinasi yang diumumkan otoritas Korsel pada 24 Oktober 2020. “Mengetahui kabar tersebut, otoritas Singapura bereaksi dengan menangguhkan penggunaan dua vaksin influenza, SKYCellflu Quadrivalent dan VaxigripTetra bagi warganya,” demikian narasi yang tertulis dalam artikel yang disebut bersumber dari kantor berita Reuters tersebut.

Salah satu akun yang membagikan artikel Blog Berita Indonwes itu adalah akun Facebook Mbul Gembul, tepatnya pada 3 November 2020. Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah mendapatkan 41 reaksi dan 39 komentar.

Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Mbul Gembul.

Apa benar 48 warga Korsel tewas usai terima vaksin Covid-19?

PEMERIKSAAN FAKTA 

Untuk memeriksa klaim di atas, Tim CekFakta Tempo menelusuri informasi terkait dengan memasukkan kata kunci “48 people died in South Korea after receiving Covid-19 vaccine” di mesin pencari Google. Namun, tidak ditemukan berita dari media-media kredibel yang memuat informasi tersebut. Tempo juga menelusuri pemberitaan Reuters terkait kejadian itu, namun tidak ditemukan pula artikel yang menyatakan 48 warga Korsel meninggal setelah menerima vaksin Covid-19. Tempo hanya menemukan pemberitaan terkait adanya warga Korsel yang meninggal setelah menerima vaksin flu.

Dilansir dari berita Reuters pada 24 Oktober 2020, menurut Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korsel (KDCA), jumlah warga Kosel yang meninggal setelah menerima vaksin flu telah meningkat menjadi 48 orang. Meskipun begitu, pemberian vaksin kepada warga akan tetap dilanjutkan untuk mengurangi kemungkinan terkena wabah secara bersamaan, yakni flu dan Covid-19, saat musim dingin.

Direktur KDCA Jeong Eun-kyung mengatakan bahwa lembaganya tidak menemukan hubungan langsung antara pemberian vaksin flu dengan kematian 26 korban yang telah diselidiki. Sekitar 20 hasil otopsi awal kepolisian dan Layanan Forensik Nasional Korsel menunjukkan 13 korban meninggal karena penyakit kardiovaskular, serebrovaskular, dan penyakit lain yang tidak disebabkan oleh vaksinasi.

Jeong pun memaparkan tindakan pencegahan yang harus dilakukan sebelum menerima vaksin, seperti minum air yang cukup dan memberi tahu petugas kesehatan tentang kondisi medis penerima vaksin. Dia juga menyarankan penerima vaksin untuk menunggu 15-30 menit sebelum meninggalkan klinik tempat mereka disuntik vaksin. “Jika memungkinkan, dapatkan vaksin flu saat cuaca hangat, karena ada kekhawatiran bahwa suhu rendah dapat mempengaruhi penyakit kardiovaskular atau penyakit serebrovaskular,” katanya.

Hal itu juga diberitakan oleh NY Daily News pada 26 Oktober 2020. Menurut laporan NY Daily News, Korsel akan meneruskan vaksinasi flu, mengingat 48 kematian tersebut terjadi karena penyebab lain yang tidak terkait dengan vaksin. Meskipun begitu, Singapura untuk sementara menghentikan penggunaan dua jenis vaksin flu sembari terus mengevaluasinya. Di seluruh dunia, negara-negara melakukan vaksinasi terhadap flu dengan harapan terhindar dari epidemi ganda, mengingat musim flu semakin dekat dan kasus Covid-19 semakin meningkat. 

Dilansir dari Kompas.com pada 29 Oktober 2020, Singapura menjadi negara pertama yang mengumumkan penghentian penggunaan dua vaksin flu secara terbuka. Dua vaksin itu adalah SKYCellflu Quadrivalent dan VaxigripTetra. Hal ini dilakukan sebagai tindakan pencegahan  sekaligus meredam kepanikan publik yang muncul setelah adanya berita mengenai kematian di Korsel karena vaksinasi flu. Meskipun begitu, di Singapura, belum ada laporan kematian akibat vaksinasi flu.

Presiden Korsel Moon Jae-in mengatakan kematian tersebut tidak berhubungan dengan vaksin flu. Menurut dia, kematian terjadi pada mereka yang berusia 60-an tahun atau lebih dengan kondisi kesehatan yang sudah mendasari sebelumnya. Asosiasi Medis Korsel sempat merekomendasikan penangguhan sementara vaksinasi flu. Namun, berdasarkan hasil investigasi dan otopsi, dari 46 kasus, kematian sama sekali tidak terkait dengan vaksin.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), dalam panduan di situs resminya, “Vaksin flu tidak akan melindungi diri dari Covid-19. Namun, vaksinasi flu memiliki banyak manfaat penting lainnya. Vaksin flu telah terbukti mengurangi risiko penyakit flu, rawat inap, dan kematian. Mendapatkan vaksin pada flu musim gugur ini akan menjadi lebih penting dari sebelumnya, tidak hanya untuk mengurangi risiko flu, tapi juga untuk membantu melindungi potensi kelangkaan sumber daya perawatan kesehatan.”

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa “48 warga Korsel meninggal setelah menerima vaksin Covid-19” keliru. Sebanyak 48 warga Korsel memang meninggal usai mendapatkan vaksin, tapi vaksin flu, bukan vaksin Covid-19. Meskipun begitu, menurut hasil investigasi dan otopsi otoritas Korsel, tidak ada hubungan langsung antara pemberian vaksin flu dengan kematian korban yang telah diselidiki. Sekitar 20 hasil otopsi awal menunjukkan 13 orang meninggal karena penyakit kardiovaskular, serebrovaskular, dan penyakit lain yang tidak disebabkan oleh vaksinasi.

SITI AISAH

Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id