Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Video Kembang Api Olimpiade Tokyo yang Akhirnya Dinyalakan di Gunung Fuji?

Selasa, 18 Agustus 2020 13:42 WIB

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Video Kembang Api Olimpiade Tokyo yang Akhirnya Dinyalakan di Gunung Fuji?

Video pendek yang memperlihatkan pertunjukan kembang api di depan sebuah gunung dengan puncak bersalju beredar di media sosial. Kembang api dalam video itu diklaim sebagai kembang api untuk upacara pembukaan Olimpiade Tokyo yang batal yang akhirnya dinyalakan di depan Gunung Fuji, Jepang.

Di Facebook, video itu dibagikan salah satunya oleh akun Endang Poerbowati, yakni pada 14 Agustus 2020. Akun ini pun memberikan narasi sebagai berikut: “Kembang api untuk pembukaan Olimpiade di Tokyo yang dibatalkan karena pandemi covid-19, akhirnya dinyalakan di depan Gunung Fuji karena kembang api tidak bisa disimpan hingga tahun depan.”

Hingga artikel ini dimuat, video tersebut telah ditonton lebih dari 15 ribu kali dan dibagikan lebih dari 500 kali.

Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Endang Poerbowati.

Apa benar video di atas merupakan video kembang api Olimpiade Tokyo yang akhirnya dinyalakan di Gunung Fuji?

PEMERIKSAAN FAKTA

Untuk memverifikasi klaim itu, Tim CekFakta Tempo mula-mula memasukkan kata kunci “Tokyo Olympic firework” ke kolom pencarian YouTube. Lewat cara ini, ditemukan video yang sama yang pernah dipublikasikan pada 1 Desember 2015 oleh kanal hiramu55bocaboca. Video itu berjudul "FWsim Mount Fuji Synchronized Fireworks Show2".

Kanal tersebut memberikan keterangan dalam bahasa Jepang yang menyatakan bahwa video tersebut dibuat untuk memperingati didaftarkannya Gunung Fuji sebagai Warisan Budaya Dunia. Pertunjukan kembang api yang disertai musik dalam video itu merupakan hasil dari program simulasi komputer. Musik latar video itu berasal dari Philharmonia Orchestra/Riccardo Muti.

“Ini adalah pekerjaan baru pertama dalam waktu satu tahun. Seperti karya sebelumnya, latar belakang didasarkan pada khayalan 'pertunjukan kembang api skala besar yang diadakan pada musim dingin di Danau Kawaguchi bekerja sama dengan Koperasi Perikanan Danau Kawaguchi, dalam rangka memperingati pendaftaran Gunung Fuji sebagai Warisan Budaya Dunia."

Kanal hiramu55bocaboca memang mengkhususkan diri pada video-video pertunjukan kembang api. Seluruh videonya, termasuk yang berlatar belakang Gunung Fuji, dibuat dengan FWSim, sebuah aplikasi untuk menambahkan kembang api virtual dalam video atau membuat pertunjukan kembang api dengan musik favorit.

Hingga kini, kanal hiramu55bocaboca telah mengunggah enam video yang mensikronisasi pertunjukan kembang api berlatar belakang Gunung Fuji dengan musik yang berbeda-beda. Video pertamanya, dirilis pada 5 November 2014 berjudul "FWsim Mount Fuji Synchronized Fireworks Show" dan video keenamnya, diunggah pada 16 Februari 2020, berjudul "FWsim Mount Fuji Synchronized Fireworks Show6 (Simulation)".

Pelaksanaan Olimpiade Tokyo sendiri diumumkan ditunda hingga 23 Juli 2021 karena pandemi Covid-19. Sejumlah organisasi pemeriksa fakta, seperti BoomLive dan Associated Press, juga telah memverifikasi video tersebut dan menyatakannya sebagai video simulasi, bukan pertunjukan kembang api karena olimpiade yang batal.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video di atas merupakan video kembang api Olimpiade Tokyo yang akhirnya dinyalakan di Gunung Fuji, Jepang, keliru. Video tersebut adalah video simulasi yang dibuat dengan program komputer oleh kanal hiramu55bocaboca yang ditujukan untuk memperingati didaftarkannya Gunung Fuji sebagai Warisan Budaya Dunia.

IKA NINGTYAS

Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id