[Fakta atau Hoaks] Benarkah Ledakan di Beirut Lebanon Diakibatkan Serangan Bom Nuklir?
Kamis, 6 Agustus 2020 15:46 WIB
Narasi yang menyebut ledakan di Beirut, Lebanon, diakibatkan oleh serangan bom nuklir beredar di media sosial. Narasi itu dilengkapi dengan dua video yang memperlihatkan ledakan besar yang terjadi di Beirut pada 4 Agustus 2020. Hingga 6 Agustus 2020 pagi, tercatat sebanyak 135 orang tewas akibat ledakan itu.
Di YouTube, narasi itu terdapat dalam judul video yang diunggah oleh kanal Sanggar Tari Penthul Melikan pada 5 Agustus 2020. Video yang berdurasi sekitar 2 menit serta memperlihatkan suasana saat dan setelah ledakan terjadi itu diberi judul “Ledakan bom nuklir di Lebanon #Corps bomb in Lebanon 2020”.
Kanal lain, Jackter Official, juga mengunggah video berbeda yang diberi judul yang sama dengan video di kanal Sanggar Tari Penthul Melikan.
Ada pula narasi yang dilengkapi dengan kata-kata "perang dunia". Kanal Kita Populer misalnya, pada 4 Agustus 2020, mengunggah video ledakan Beirut dengan judul “Perang dunia ke-3? Benarkah? Pelabuhan Beirut Lebanon hancur oleh ledakan yang sangat Besar”.
Di Facebook, narasi serupa dibagikan oleh akun Abdul Tgh, yakni pada 5 Agustus 2020. Dia membagikan dua video ledakan Beirut dengan narasi, "Ledakan nuklir di Bairut Libanon perang dunia sepertinya akan di mulai."
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Abdul Tgh.
Namun, benarkah ledakan di Beirut, Lebanon, diakibatkan oleh serangan bom nuklir?
PEMERIKSAAN FAKTA
Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, video-video yang diunggah oleh sejumlah kanal YouTube dan akun Facebook tersebut memang memperlihatkan ledakan yang terjadi di Beirut, Lebanon, pada 4 Agustus 2020. Namun, ledakan tersebut bukan dipicu oleh bom nuklir dan tidak untuk memulai perang dunia.
Klaim bahwa serangan bom nuklir berada di balik ledakan itu telah beredar sebelumnya di Amerika Serikat dan Israel. Klaim itu disertai dengan penjelasan tentang terbentuknya awan yang berbentuk seperti jamur saat ledakan besar terjadi.
Dikutip dari BBC, para ahli senjata menjelaskan, jika disebabkan oleh perangkat nuklir, ledakan itu akan disertai dengan kilatan putih yang menyilaukan dan gelombang panas yang akan membakar banyak orang. Soal terbentuknya awan jamur pun tidak selalu terkait dengan bom nuklir. Menurut ahli, hal itu adalah hasil dari kompresi udara lembab yang memadatkan air dan menciptakan awan.
Para ahli senjata nuklir yang diwawancarai oleh Business Insider juga menjelaskan bahwa ledakan itu jelas tidak dipicu oleh bom atom. "Saya mempelajari senjata nuklir, dan itu bukan karenanya," ujar Vipin Narang yang mempelajari proliferasi dan strategi nuklir di Institut Teknologi Massachusetts dalam cuitannya di Twitter.
Martin Pfeiffer, kandidat doktoral di Universitas New Mexico yang meneliti sejarah manusia tentang senjata nuklir, menyebut ada tiga ciri ledakan atom nuklir, yakni adanya kilatan cahaya yang menyilaukan, denyut panas yang membakar, dan diikuti oleh radioaktif. Namun, semua tanda-tanda itu tidak ditemukan pada ledakan di Lebanon.
"Itu api yang memicu bahan peledak atau bahan kimia. Ledakan nuklir ditandai dengan kilatan putih menyilaukan dan denyut panas, atau gelombang panas, yang dapat membakar seluruh wilayah dan sangat membakar kulit manusia,” kata Pfeiffer dalam unggahannya di Twitter.
Penyebab ledakan Beirut
Berdasarkan arsip pemberitaan Tempo, sumber ledakan berasal dari sebuah gudang pelabuhan yang menyimpan 2.750 ton amonium nitrat selama enam tahun tanpa memenuhi aturan keselamatan. Gudang penyimpanan amonium nitrat itu hanya berjarak beberapa langkah dari distrik perbelanjaan dan kehidupan malam Beirut.
Al Jazeera melaporkan belum diketahui pasti tentang mengapa amonium nitrat yang biasanya digunakan untuk pupuk pertanian dan bahan peledak di pertambangan dan konstruksi itu teronggok di gudang tersebut selama bertahun-tahun. Namun, CNN melaporkan sebuah dokumen yang menjelaskan bahwa amonium nitrat itu dibawa ke pelabuhan di Beirut oleh kapal Rusia MV Rhosus pada 2013. Kapal ini singgah di Beirut dengan tujuan akhir Mozambik.
Kapal Rusia berbendera Moldova tersebut terpaksa bersandar di Beirut karena kesulitan keuangan. Awak kapal berkebangsaan Rusia dan Ukraina dikabarkan resah dengan kapal yang tak kunjung berlayar ke tujuan akhir. Menurut Direktur Bea Cukai Lebanon, Badri Daher, begitu tiba di pelabuhan di Beirut, kapal Rusia itu tidak pernah meninggalkan pelabuhan meski berulang kali diperingatkan karena membawa muatan bahan kimia yang setara dengan "bom mengambang".
Kepala bea cukai sebelum Daher, Chafic Merhi, ternyata telah menuliskan dalam suratnya yang ditujukan kepada hakim yang menangani kasus ini pada 2016 agar otoritas pelabuhan mengekspor kembali amonium nitrat yang dibawa kapal Rusia itu. Hal ini untuk menjaga keamanan pelabuhan dan mereka yang bekerja di sana karena bahaya yang dapat ditimbulkannya dalam kondisi iklim yang tidak sesuai.
Menteri Pekerjaan Umum Michel Najjar mengatakan kepada Al Jazeera bahwa ia baru mengetahui keberadaan bahan peledak yang disimpan di pelabuhan Beirut 11 hari sebelum ledakan, melalui laporan yang diberikan kepadanya oleh Dewan Pertahanan Tertinggi negara itu. "Tidak ada menteri yang tahu apa yang ada di hangar atau kontainer, dan itu bukan tugas saya untuk tahu," katanya.
Najjar pun menyatakan telah menindaklanjuti keberadaan amonium tersebut. Namun, pada akhir Juli, pemerintah Lebanon memberlakukan karantina wilayah karena meningkatnya jumlah kasus Covid-19. Najjar akhirnya berbicara dengan manajer umum pelabuhan, Hasan Koraytem, ??pada 3 Agustus.
Dia meminta Koraytem untuk mengiriminya semua dokumentasi yang relevan, sehingga bisa "melihat masalah ini". Namun, permintaan itu datang terlambat. Keesokan harinya, tepat setelah pukul 18.00 (15.00 GMT), gudang tersebut meledak, memusnahkan pelabuhan, dan menghancurkan sebagian besar Beirut.
KESIMPULAN
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa ledakan Beirut, Lebanon, disebabkan oleh serangan bom nuklir dan berkaitan dengan perang dunia, keliru. Sejumlah ahli nuklir menyebut ciri khas ledakan nuklir, seperti adanya kilatan cahaya yang menyilaukan, gelombang panas yang membakar, dan diikuti oleh radioaktif, tidak ditemukan pada ledakan Beirut. Pemerintah setempat menduga kuat bahwa sumber ledakan berasal dari gudang di pelabuhan yang menyimpan 2.750 ton amonium nitrat selama enam tahun tanpa standar keamanan.
IKA NINGTYAS
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cekfakta ini? Kirimkan ke [email protected]