Keliru: Varian Omicron XBB Lebih Ganas dan Tidak Mudah Dideteksi
Senin, 2 Juni 2025 19:49 WIB

SEBUAH teks beredar di media sosial berisi klaim tentang Omicron XBB, varian virus Covid-19 Omicron, sub varian XBB yang marak akhir-akhir ini. Varian ini mematikan dan tidak mudah dideteksi sehingga dianjurkan agar setiap orang memakai masker. Virus ini lima kali lebih ganas dari varian delta, dan tingkat kematiannya lebih tinggi.
Orang yang terjangkit, disebut tidak mengalami batuk maupun demam. Melainkan mengalami nyeri sendi, sakit pada kepala, leher, punggung bagian atas, pneumonia, dan pada umumnya nafsu makan berkurang. Virus varian ini tidak ditemukan di nasofaring, dan langsung mempengaruhi "jendela" paru-paru dalam waktu yang lebih singkat, dan mulai menunjukkan tanda-tanda pneumonia.
Tempo mendapat permintaan pembaca untuk memeriksa benarkah ada varian Omicron XBB yang mematikan dari jenis Covid pertama dan tidak mudah dideteksi kembali merebak?
PEMERIKSAAN FAKTA
Tempo memverifikasi klaim itu dengan bantuan mesin penelusuran Google dan wawancara ahli. Hasilnya, narasi yang disebarkan tersebut tidak berdasarkan fakta dan bukti ilmiah.
Pesan berantai tersebut, sebenarnya telah beredar pada 2023 saat dunia baru saja selesai menghadapi pandemi COVID-19. Tempo pada 11 Desember 2023 mempublikasikan artikel bahwa varian XBB Omicron lebih ganas adalah tidak benar.
Meski tidak ganas, subvarian Omicron XBB memiliki sifat immune escape, yang meningkatkan kemampuannya menginfeksi manusia sehingga penyebaran virus semakin meningkat.
“Immune escape adalah kemampuan virus untuk menghindari sistem kekebalan tubuh kita. Tubuh kita memproduksi antibodi untuk mengenali protein spesifik dari virus tadi. Apabila mutasi (virus) terjadi pada gen yang mengatur produksi protein, maka ada perubahan ekspresi protein yang tidak dapat dikenali oleh antibodi yang spesifik dengan protein sebelumnya,” kata Riris Andono kepada Tempo, Jumat, 8 Desember 2023.
Asisten Profesor Monash University Indonesia dan virology di Oxford University Clinical Research Unit (OUCRU) Indonesia, Henry Surendra, kasus COVID-19 yang disebabkan oleh varian XBB memiliki gejala lebih ringan dan risiko kematian yang lebih rendah dibandingkan kasus infeksi varian pre-delta dan delta.
Henry menyatakan telah mempublikasikan penelitian terkait varian XBB yang bisa diakses di sini. “Infeksi karena varian XBB justru lebih ringan dibandingkan varian pre delta dan delta,” kata Henry kepada Tempo, 26 Mei 2025.
Hal senada disampaikan Epidemiolog Indonesia dari Griffith University Australia, Dicky Budiman bahwa tidak benar klaim varian covid omicron XBB mematikan dan tidak terdeteksi.
Pertama bahwa secara ilmiah, fakta varian omicron XBB yang termasuk varian XBB 1.5, sudah sulit dijumpai bahkan terdeteksi saat ini. Bahkan mungkin sudah tidak ada ya karena sudah digantikan dengan turunan-turunan yang jauh lebih jauh lagi dari itu.
“Varian ini bukan turunan yang lebih mematikan atau lebih parah tapi bahkan lebih ringan gejalanya namun kemampuan menginfeksinya jauh lebih tinggi atau lebih mudah. Dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak pernah menyatakan bahwa XBB lima kali lebih toksik atau mematikan daripada varian delta,” kata Dicky Budiman, 30 Mei 2025.
Terkait klaim bahwa Omicron XBB tanpa ada gejala batuk atau demam, langsung menyerang paru dan tidak terdeteksi tes PCR, menurut Dicky klaim itu juga tidak benar. XBB tetap dapat dideteksi melalui tes PCR dan virus ini tetap bereplikasi di saluran pernafasan atas sehingga tes dari nasofaring juga masih relevan. Tidak ada bukti ilmiah yang menyatakan virus langsung ke paru-paru tanpa melalui hidung dan tenggorokan.
“Tentang klaim gejala umum seperti nyeri punggung, hilang nafsu makan, pneumonia, dan lain-lain, sekali lagi faktanya bahwa gejala COVID bervariasi tapi tidak unik untuk varian tertentu. Semua hampir sama,” kata Dicky.
Dikutip dari situs BBC.com bahwa XBB1.5 adalah cabang dari varian Covid Omicron yang mendominasi secara global dan muncul setelah varian Alfa, Beta, Gamma, serta Delta. XBB.1.5 merupakan revolusi dari XBB dan pertama kali diidentifikasi di India pada Agustus 2022, tetapi belum diklasifikasikan sebagai "Variant of Concern (VOC)" oleh otoritas kesehatan.
Mutasi XBB mampu mengalahkan pertahanan kekebalan tubuh, tetapi kualitas yang sama ini juga mengurangi kemampuannya untuk menginfeksi sel manusia.
Profesor Wendy Barclay dari Imperial College London mengatakan XBB.1.5 memiliki mutasi yang dikenal sebagai F486P, yang mampu mengikat sel sambil terus menghindari kekebalan. Itu membuatnya lebih mudah menyebar.
Dia mengatakan perubahan evolusioner ini seperti "batu loncatan", karena virus berevolusi untuk menemukan cara baru melewati mekanisme pertahanan tubuh. Pada Rabu, 4 Januari 2023, Ilmuwan dari WHO mengkonfirmasi XBB.1.5 memiliki "keunggulan dalam pertumbuhan", dibandingkan dengan semua sub-varian lain yang diketahui sejauh ini.
Namun, mereka mengatakan tidak ada indikasi pertumbuhan itu lebih serius atau berbahaya dari varian Omicron sebelumnya.
KESIMPULAN
Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa klim ada varian Omicron XBB yang mematikan dari jenis Covid pertama dan tidak mudah dideteksi kembali merebak adalah keliru.
TIM CEK FAKTA TEMPO
**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]