Menyesatkan: Video Presiden Ukraina yang Disebut Lakukan Serangan Teroris

Rabu, 4 Juni 2025 14:27 WIB

Menyesatkan: Video Presiden Ukraina yang Disebut Lakukan Serangan Teroris

SEBUAH akun di TikTok [arsip] membagikan video Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada 2 Juni 2025. Video itu diikuti dengan narasi, Presiden Zelensky dalam pernyataan rekaman tersebut mengakui berada di balik serangan teroris terhadap Rusia. 

Konten itu beredar setelah Ukraina melancarkan serangan drone “jaring laba-laba” ke pangkalan udara Rusia sehari sebelumnya, 1 Juni 2025. Narasi yang disebarkan lewat video itu berbunyi: “117 drone digunakan untuk menyerang pangkalan udara Rusia. Zelensky mengonfirmasi bahwa Kiev berada di balik serangan teroris tersebut. Fuhrer Ukraina mengklaim jumlah operator UAV yang terlibat sama.”

Namun, benarkah Zelensky menyatakan pemerintahannya berada di balik aksi teror di Rusia?

PEMERIKSAAN FAKTA

Tempo memverifikasi video tersebut menggunakan layanan pencarian gambar terbalik milik Google, menggunakan aplikasi transkripsi, membandingkan dengan berita-berita kredibel di internet, serta mewawancarai pakar. 

Ukraina melancarkan salah satu operasi pesawat tak berawak terbesarnya yang disebut “jaring laba-laba” terhadap Rusia pada Minggu, 1 Juni 2025. Serangan tersebut ditujukan ke lima pangkalan udara jauh di dalam wilayah Rusia yakni Murmansk, Irkutsk, Ivanovo, Ryazan, dan Amur. Serangan ini terjadi setelah Rusia menginvasi Ukraina sejak 24 Februari 2022. 

Hasil verifikasi Tempo menunjukkan, video Presiden Zelensky dalam konten yang beredar sama dengan yang diunggah saluran YouTube Mojo Story pada Minggu, 2 Juni 2025. Dalam rekaman itu, sesungguhnya Zelensky memuji atas keberhasilan operasi pasukan militernya menyerang pangkalan udara Rusia menggunakan 117 drone penyerang tersebut.

Tempo menerjemahkan pernyataan Zelensky dalam bahasa Ukraina tersebut dengan aplikasi transkrip berbasis kecerdasan buatan, Transcribe, Dalam video, Zelensky mengatakan, serangan pada 1 Juni 2025 itu telah dipersiapkan selama enam bulan. Salah satu persiapannya, mereka menempatkan pasukan dan unit drone di sebuah bangunan dekat pangkalan udara Rusia.

“Operasi ini sungguh unik. Hal yang paling menarik, dan sekarang sudah bisa diungkapkan kepada umum, (bahwa) kantor kami berada di wilayah Rusia, terletak di sebelah FSB (Dinas Keamanan Federal) Rusia, di salah satu wilayah mereka,” kata Zelensky dalam video tersebut.

Zelensky tidak menyatakan sebagai kelompok teroris di belakang serangan terhadap Rusia. 

Kementerian Pertahanan Rusia dalam sebuah pernyataan, Minggu, 1 Juni 2025 yang dilansir dari NDTV, menyebut operasi Ukraina itu sebagai serangan teror. Rusia mengklaim semua serangan di lapangan udara militer di wilayah Ivanovo, Ryazan, dan Amur berhasil digagalkan. Tidak ada korban jiwa yang dilaporkan baik dari pihak prajurit maupun warga sipil. 

Kepala Pusat Studi Eropa dan Eurasia di Universitas Airlangga, Surabaya, Radityo Dharmaputra, mengatakan, klaim tindakan Ukraina sebagai aksi terorisme adalah tidak akurat. Sebab operasi ‘jaring laba-laba’ itu hanya menargetkan pangkalan militer. 

“Berbeda dengan teror karena menargetkan masyarakat sipil untuk menciptakan ketakutan,” kata alumnus Johan Skytte Institute, Political Studies di University of Tartu, Estonia kepada Tempo, Selasa 3 Juni 2025. 

Radityo menjelaskan, operasi Ukraina ke Rusia pada 1 Juni harus dilihat sebagai konteks perang, setelah Rusia menginvasi Ukraina sejak Februari 2022. Dalam situasi perang militer, seharusnya menargetkan militer dan kawasan militer, bukan pemukiman dan masyarakat sipil sebagaimana hukum perang yang berlaku. 

Meski operasi Ukraina cukup mengejutkan, Radityo menegaskan, hal itu sebagai strategi dan taktik perang yang normal terjadi. 

Perang Rusia-Ukraina menyebabkan korban di kedua belah pihak. Berdasarkan data yang dihimpun Russia Matters, proyek yang diluncurkan Belfer Center for Science and International Affairs di Harvard Kennedy School per 12 Maret 2025, korban sipil yang terbunuh di Rusia mencapai 388 orang. Sedangkan korban sipil di Ukraina jauh lebih besar yakni 12.654 orang. 

Dari korban militer, diperkirakan lebih dari 700 ribu orang militer Rusia tewas dan terluka per Januari 2025. Sedangkan dari Ukraina, terdapat 400 ribu militer yang tewas dan terluka dalam periode yang sama.

Dikutip dari Statista, jumlah korban sipil di Ukraina selama invasi Rusia yang diverifikasi oleh Komisioner Tinggi untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) dari 24 Februari 2022 hingga 30 April 2025, mencapai 45.001 orang termasuk anak-anak. Dari jumlah tersebut, sebanyak 31.867 orang dilaporkan terluka. Namun, OHCHR menegaskan bahwa angka sebenarnya mungkin lebih tinggi.

Jumlah korban sipil di Ukraina sejak invasi Rusia pada 24 Februari 2022 hingga 30 April 2025. Sumber: Statista, Mei 2025

KESIMPULAN

Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan video itu menampilkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengakui pihaknya berada di balik aksi teror di wilayah Rusia adalah klaim yang menyesatkan.

TIM CEK FAKTA TEMPO

**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]