[Fakta atau Hoaks] Benarkah Larva yang Masuk ke Kulit Ini Berasal dari Kaleng Minuman?
Rabu, 29 Januari 2020 11:27 WIB
Video yang memperlihatkan pengambilan larva di dalam bibir seorang pria beredar di grup percakapan WhatsApp. Video itu menyebar dengan narasi bahwa larva tersebut berasal dari kaleng minuman. Ketika seseorang minum secara langsung dari kaleng itu, tanpa gelas ataupun cangkir, larva tersebut akan menempel di bibir.
Dalam video itu, terlihat bahwa bibir seorang pria yang bengkak sedang ditetesi dengan cairan coklat dan salep bening. Kemudian, oleh seorang tenaga medis, bibir pria itu dipencet. Lalu, keluarlah larva tersebut dari bibir pria itu. Larva yang berwarna putih dengan bintik-bintik hitam tersebut kemudian dicabut dari dalam kulit bibir pria itu dengan pinset.
Adapun narasi lengkap yang menyertai video itu berbunyi, "Jangan minum langsung minuman yang bersoda dari kaleng. Bir atau minuman beralkohol atau minuman manis lainnya, lebih baik gunakan gelas atau cangkir. Spesies binatang ini sangat kecil menempel di kaleng. Kemudian menempel di bibir kita atau Anda dan menggali lubang ke dalam kulit Anda atau kita, seperti yang Anda lihat di video tersebut."
Gambar tangkapan layar video pengambilan larva di dalam bibir seorang pria.
Benarkah larva yang masuk ke bibir dalam video di atas berasal dari kaleng minuman?
PEMERIKSAAN FAKTA
Untuk memeriksa klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mengambil thumbnail video yang beredar di media sosial itu dan memasukkannya ke reverse image tools Google. Hasilnya, ditemukan sejumlah kanal di YouTube yang mengunggah video tersebut pada Oktober 2019, salah satunya kanal Carlos Athila.
Video itu dibagikan oleh kanal Carlos Athila pada 23 Oktober 2019. Kanal ini memberikan video itu judul berbahasa Portugis, "Tirando Berne da Boca", yang berarti "Mengeluarkan Berne dari Mulutnya".
Berdasarkan petunjuk tersebut, Tempo menelusuri informasi mengenai berne. Menurut situs resmi Institute of Food and Agricultural Sciences Extension University of Florida (IFAS UF), berne adalah human bot fly atau lalat bot manusia yang memiliki nama ilmiah Dermatobia hominis. Lalat ini hidup di wilayah Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Biasanya, larva lalat tersebut bersarang di tubuh manusia, atau disebut miasis.
Sebagian penjelasan mengenai larva lalat bot manusia atau human bot fly di situs resmi Institute of Food and Agricultural Sciences Extension University of Florida.
Dikutip dari situs resmi Queensland Museum, lalat bot manusia tidak bertelur di kulit manusia secara langsung. Lalat ini menumpangkan telurnya ke nyamuk. Nyamuk itulah yang kemudian secara tidak sengaja menyuntikkan telur-telur lalat itu saat menggigit manusia. Jika tidak diobati, larva itu akan hidup selama 1-2 bulan di bawah kulit sebelum akhirnya keluar dan menjadi kepompong.
Menurut IFAS UF, kasus miasis pada manusia biasanya dilaporkan oleh orang-orang yang baru saja kembali dari Amerika Tengah atau Amerika Selatan. Sepanjang 1974-2005, tercatat 33 kasus miasis yang dilaporkan di Jepang oleh warga negaranya yang pernah melakukan perjalanan ke Amerika Tengah atau Amerika Selatan.
Dikutip dari situs media Detik.com, pada Januari 2013, dua pelancong asal Australia, Ally Vagg dan Bryan Williams, mesti dirawat di rumah sakit di Bolivia karena bersarang larva lalat bot manusia di dalam kulit mereka. Saat itu, mereka tengah berlibur di kawasan Amazon. Mereka mendapatkan luka gigitan yang mereka pikir gigitan nyamuk.
Namun, lama-kelamaan, mereka merasakan ada sesuatu yang merayap di dalam kulit. Seperti dilansir dari News Australia, dokter berhasil mengeluarkan tujuh larva lalat itu dari luka pada perut, punggung, dan kaki keduanya. Vagg dan Williams pun dirawat di rumah sakit di Bolivia hingga akhir Februari 2013.
Menurut IFAS UF, ketika bersarang di kulit manusia, larva lalat bot manusia akan menyebabkan lesi pada kulit yang mengeras dan kadang-kadang terasa sakit. Lesi itu pun kerap mengeluarkan nanah. Dalam beberapa kasus, pasien dapat merasakan larva itu bergerak ketika mereka mandi atau menutup luka.
Ada beberapa pengobatan untuk miasis. Cara paling konvensional adalah dengan prosedur bedah sederhana. Larva dikeluarkan dari kulit dengan membedah luka menggunakan pisau bedah. Cara lainnya, luka ditetesi dengan cairan atau zat yang kental. Larva akan keluar sendiri untuk bernapas sehingga bisa dicabut dengan pinset. Setelah melakukan salah satu prosedur tersebut, antibiotik mesti diberikan untuk mencegah infeksi.
KESIMPULAN
Berdasarkan pemeriksaan fakta di atas, narasi bahwa larva yang masuk ke bibir dalam video di atas berasal dari kaleng minuman merupakan narasi yang keliru. Larva itu adalah larva dari lalat bot manusia. Lalat ini tidak bertelur di kulit manusia secara langsung, melainkan menumpangkan telurnya ke nyamuk. Nyamuk itulah yang kemudian menyuntikkan telur-telur lalat itu saat menggigit manusia.
ANGELINA ANJAR SAWITRI
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id