[Fakta atau Hoaks] Benarkah Anies Baswedan Pernah Berfoto dengan Pimpinan ISIS?
Selasa, 10 Desember 2019 14:50 WIB
Foto Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bersama politikus Partai Keadilan Sejahtera(PKS), Hidayat Nur Wahid, serta ulama asal Mesir yang berkewarganegaraan Qatar, Yusuf al-Qaradawi, kembali beredar di media sosial. Dalam foto itu, terdapat tulisan yang menyebut Yusuf Qardhawi sebagai pimpinan Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS.
Selain itu, terdapat pula tulisan yang berbunyi: "Ini bukti Anis bas edan anggota ISIS. Bersama Bersama Syekh Yusuf Al-Qaradhawi di kediamannya di Doha, 15 Feb 2019".
Salah satu akun yang mengunggah foto itu adalah akun Facebook Hasan Haikal, yakni pada Kamis, 5 Desember 2019. Akun ini membagikan foto tersebut dengan narasi: "Boikot Yahudi jahiliyah Bani monaslimin #bubarkanPKS".
Sejak diunggah, foto tersebut telah disukai hingga 107 kali, dikomentari hingga 73 kali, dan dibagikan hingga 53 kali.
Gambar tangkapan layar unggahan akun Hasan Haikal di Facebook.
Benarkah ulama asal Mesir yang berkewarganegaraan Qatar, Yusuf al-Qaradawi, yang berfoto dengan Anies Baswedan dan Hidayat Nur Wahid merupakan pimpinan ISIS?
PEMERIKSAAN FAKTA
Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, foto Anies Baswedan bersama Hidayat Nur Wahid dan Yusuf al-Qaradawi di atas telah beredar sejak 2017. Dengan menggunakan reverse image tools Yandex, dapat ditemukan jejak digital bahwa foto tersebut ramai dibagikan di Twitter dan forum Kaskus pada Februari-Maret 2017.
Namun, sejauh ini, belum ada bukti yang mendukung pernyataan bahwa Yusuf al-Qaradawi berafiliasi dengan ISIS. Dikutip dari laman Kumparan.com, Qaradawi adalah ahli ijtihad (tafsir) yang lahir di Kairo, Mesir, pada September 1926.
Pada 1949, saat berusia 23 tahun, Qaradawi pernah dipenjara karena terlibat gerakan Ikhwanul Muslimin. Setahun sebelumnya, Ikhwanul Muslimin dibekukan oleh Perdana Menteri Mesir Muhammad Fahmi Naqrasyi karena dicurigai terlibat upaya pengeboman dan pembunuhan.
Keterlibatan Qaradawi dengan Ikhwanul Muslimin bermula dari pertemuannya dengan Hassan al-Banna, pendiri organisasi tersebut. Sembari aktif di Ikhwanul Muslimin, Qaradawi menempuh studi di berbagai kampus, salah satunya Universitas Al-Azhar, Kairo.
Pada 1961, Qaradawi sempat pindah ke Qatar. Setelah merampungkan studi PhD-nya di Universitas Al-Azhar pada 1973, ia mendirikan Fakultas Syariah dan Studi Islam di Universitas Qatar pada 1977. Ia juga membentuk Pusat Penelitian Sirah dan Sunah.
Kiprah Qaradawi di Qatar membuatnya memperoleh kewarganegaraan Qatar dan tinggal di ibu kota negara itu, Doha. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Majelis Fatwa Mesir, Ketua Persatuan Cendekiawan Muslim Internasional, serta Ketua Dewan Pengawas Islamic American University.
Dikutip dari situs media Inggris, Telegraph, Yusuf al-Qaradawi pernah mengecam deklarasi khilafah yang digaungkan pemimpin ISIS, Abu Bakar al-Baghdadi, pada 2014. Saat itu, Baghdadi menyebut dirinya khalifah yang bernama Ibrahim.
Menurut Qaradawi, deklasari itu melanggar hukum syariah dan memiliki konsekuensi yang berbahaya bagi kaum Sunni di Irak dan pemberontakan di Suriah. "Khalifah pun hanya dapat diberikan oleh seluruh kaum muslim, bukan oleh satu kelompok," kata Qaradawi.
Dikutip dari situs Turnbackhoax.id yang pernah memeriksa fakta foto itu pada 2017, Yusuf al-Qaradawi bukan pentolan atau pendiri ISIS. Bahkan, beberapa pernyataannya mengkritisi sepak terjang ISIS. Qaradawi merupakan aktivis Ikhwanul Muslimin di Mesir.
Berdasarkan arsip pemberitaan Tempo, pada Juni 2017, Arab Saudi bersama Bahrain, Mesir, dan Uni Emirat Arab memang memasukkan Yusuf al-Qaradawi dalam daftar teroris bersama 58 orang dan 12 organisasi yang berbasis di Qatar.
Pengumuman ini diterbitkan oleh keempat negara itu secara bersamaan setelah memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar. Namun, dimasukkannya Qaradawi dalam daftar itu terkait dengan sokongan Qatar terhadap organisasi terlarang di Mesir, Ikhwanul Muslimun.
Tudingan lain yang dialamatkan ke Qatar adalah mendukung kelompok teroris yang beroperasi di Timur Tengah. Namun, tudingan itu berkali-kali dibantah oleh Qatar. Keempat negara tersebut masih memberikan kesempatan kepada Qatar untuk memperbaiki hubungan, tapi dengan syarat.
Syarat itu adalah harus menutup stasiun televisi Al-Jazeera, menghentikan operasional pangkalan militer Turki, dan memutuskan hubungan politik dengan Iran. Seluruh persyaratan tersebut ditolak karena dianggap mencampuri kedaulatan negaranya. Sikap Qatar ini mendapatkan dukungan dari Turki dan Iran.
Gambar tangkapan layar berita di Liputan6.com terkait pertemuan Yusuf al-Qaradawi bersama Presiden ke-6 Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono.
Dilansir dari laman Liputan6.com, pada Januari 2007, Yusuf al-Qaradawi pernah berkunjung ke Indonesia dan bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono serta pimpinan MPR, yakni Hidayat Nur Wahid dan Aksa Mahmud. Qaradawi datang ke Indonesia atas undangan Presiden SBY. Sebelumnya, pada April 2006, SBY menemui Qaradawi di Qatar dalam kunjungan kenegaraan di Timur Tengah.
Dalam kesempatan ini, Qaradawi memuji keberhasilan Indonesia sebagai negara muslim terbesar dalam menerapkan demokrasi. Selain itu, ia mengungkapkan keprihatinannya atas musibah yang menimpa Indonesia. Ia mengatakan muslim adalah satu. Jika tubuh muslim Indonesia sakit, seluruh muslim di dunia juga merasakan kepedihannya.
Pada Januari 2009, dikutip dari situs Kompas.com, Hidayat Nur Wahid juga sempat bertemu dengan Yusuf al-Qaradawi. Saat itu, Hidayat menjadi salah satu anggota delegasi yang dipimpin Qaradawi dalam pertemuan dengan Raja Arab Saudi Abdullah bin Abdul Aziz.
Politikus lain yang pernah bertemu dengan Yusuf al-Qaradawi adalah Fadli Zon, politikus Partai Gerindra. Fadli bertemu dengan Qaradawi di Doha, Qatar. Pertemuan itu diabadikan oleh Fadli dalam foto yang diunggahnya di Twitter pada 21 Januari 2018.
KESIMPULAN
Berdasarkan pemeriksaan fakta di atas, ulama asal Mesir yang berkewarganegaraan Qatar, Yusuf al-Qaradawi, yang berfoto bersama Anies Baswedan dan Hidayat Nur Wahid bukan pimpinan ISIS, melainkan tokoh Ikhwanul Muslimin. Dengan demikian, unggahan akun Hasan Haikal termasuk menyesatkan karena cara penyampaian atau kesimpulannya keliru serta mengarahkan ke tafsir yang salah.
ZAINAL ISHAQ
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id