Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Menag Fachrul Razi Sebut Allah Bukan dari Arab?

Jumat, 1 November 2019 17:24 WIB

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Menag Fachrul Razi Sebut Allah Bukan dari Arab?

Artikel yang menyebut bahwa Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi menyerukan agar imam-imam di masjid berdoa dengan bahasa Indonesia karena Allah bukan dari Arab beredar di media sosial. Artikel itu dimuat di laman Emput News pada Kamis, 31 Oktober 2019, dengan judul "Menag: Allah Bukan dari Arab, Jadi Kalau Berdoa di Masjid Pakai Bahasa Indonesia saja".

Gambar tangkapan layar berita di situs Emput News terkait Menteri Agama Fachrul Razi.

Berikut isi lengkap artikel tersebut:

Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi menyerukan imam-imam di masjid untuk memanjatkan doa menggunakan Bahasa Indonesia. Sebab menurutnya Allah bukan dari Arab.

“Dalam berdoa gunakan juga bahasa Indonesia agar umat dan masyarakat mengerti, karena tidak semua umat, warga bangsa ini mengerti bahasa Arab,” ujar Fachrul Razi.

Hal itu ia sampaikan ketika membuka Lokakarya Peningkatan Peran dan Fungsi Imam Tetap Masjid, di suatu hotel di Manggadua, Jakarta Pusat, sebagaimana dilansir dari laman resmi Kemenag pada Kamis (31/10/2019).

Fachrul Razi mengatakan doa memakai bahasa Arab tetap dipertahankan namun doa menggunakan Bahasa Indonesia bisa disisipkan saat memberi khutbah.

Lebih lanjut Kemenag dalam waktu dekat akan memberikan pelatihan untuk menambah pengalaman, keilmuan dan wawasan para imam masjid di Indonesia, agar terus dapat memberikan syiar dan dakwah rahmatan lil alamin kepada masyarakat.

“Para imam juga harus ditanamkan nilai-nilai Pancasila yang cinta Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu tentunya penguasaan keislaman,” ucap Fachrul Razi.

“Dalam waktu dekat kita akan membuat pelatihan-pelatihan para imam masjid, yang bekerjasama dengan ormas-ormas seperti Nahdhatul Ulama, Muhammadiyah dan ormas lainnya,” katanya.

Benarkah Menag Fachrul Razi menyebut bahwa Allah bukan dari Arab sehingga umat Islam lebih baik berdoa dengan bahasa Indonesia?

PEMERIKSAAN FAKTA

Menggunakan mesin pencarian Google, Tim CekFakta Tempo menelusuri berita di media-media arus utama yang memuat ucapan Fachrul Razi seperti yang ditulis Emput News. Lewat penelusuran itu, Tempo menemukan isi artikel Emput News serupa dengan isi berita di situs Okezone.

Berita yang berjudul "Menag Fachrul Razi Serukan Berdoa Pakai Bahasa Indonesia di Masjid" itu dimuat pada 31 Oktober 2019 pukul 07.23. Namun, oleh penulis artikel Emput News, kalimat kedua paragraf pertama berita Okezone itu diubah.

Gambar tangkapan layar berita di lama Okezone terkait Menteri Agama Fachrul Razi.

Kalimat kedua paragraf pertama berita Okezone berbunyi, "Sebab menurutnya tidak semua umat Islam bisa bahasa Arab." Sementara kalimat kedua paragraf pertama artikel Emput News berbunyi, "Sebab menurutnya Allah bukan dari Arab." Adapun kalimat lainnya dalam artikel Emput News sama persis dengan isi berita Okezone tersebut.

Terkait doa dengan bahasa Indonesia, menurut isi berita Okezone, Fachrul Razi pun tidak berniat untuk mengganti doa dengan bahasa Arab dengan bahasa Indonesia. Menurut purnawirawan jenderal TNI ini, doa dengan bahasa Arab tetap dipertahankan. Namun, doa dengan bahasa Indonesia bisa disisipkan saat memberi khotbah.

KESIMPULAN

Pemeriksaan fakta di atas menunjukkan bahwa Menag Fachrul Razi tidak menyatakan bahwa Allah bukan dari Arab. Terkait pernyataan agar imam-imam di masjid berdoa dengan bahasa Indonesia pun bukan untuk menggantikan doa dengan bahasa Arab. Menurut Fachrul Razi, doa dengan bahasa Indonesia bisa disisipkan saat para imam memberi khotbah.

ANGELINA ANJAR SAWITRI

Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cekfakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id