Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Ada Wartawan Asing Ditangkap di Hong Kong Karena Mengibarkan Bendera Bintang Kejora?

Rabu, 4 September 2019 15:23 WIB

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Ada Wartawan Asing Ditangkap di Hong Kong Karena Mengibarkan Bendera Bintang Kejora?

Dua video yang diklaim berisi tentang wartawan asing ditangkap di Hong Kong karena mengibarkan bendera Bintang Kejora di Papua beredar di sejumlah grup WhatsApp pada Selasa, 3 September 2019.

Dalam video pertama yang berdurasi 21 detik, terekam lima polisi berseragam lengkap yang menangkap seorang pria. Namun, pria itu terlihat berontak dan menolak penangkapan itu.

Sementara dalam video kedua yang berdurasi 1 menit 41 detik, terlihat sejumlah pria dan wanita asing berada di atas bukit mengibarkan bendera Bintang Kejora, bendera yang biasanya digunakan pendukung Organisasi Papua Merdeka. Ada pula beberapa pria yang membawa kamera untuk mendokumentasikan aksi rekannya itu.

Gambar tangkapan layar video yang diklaim berisi rekaman wartawan asing yang mengibarkan bendera Bintang Kejora di Papua.

Artikel ini akan memeriksa:

  • Benarkah pria dalam video pertama ditangkap polisi Hong Kong karena telah mengibarkan bendera Bintang Kejora di Papua?
  • Benarkah pria dalam video kedua merupakan orang yang sama dengan pria dalam video pertama?

PEMERIKSAAN FAKTA

Video pertama yang menampilkan seorang pria yang ditangkap oleh polisi Hong Kong terjadi di stasiun kereta bawah tanah Hong Kong pada 31 Agustus 2019. Video itu diunggah dalam empat seri di akun Twitter antiELAB pada 1 September 2019.

Dalam video pertama, pria tersebut berteriak mengajukan protes, "Tell me why? I want to go that way! This is Hong Kong, not China!" Video berikutnya menunjukkan bagaimana akhirnya polisi menjatuhkan pria itu ke tanah dan menggiringnya. Pria itu masih terus memprotes upaya polisi tersebut.

Gambar tangkapan layar unggahan di Twitter yang berisi video penangkapan seorang pria di Hong Kong.

Situs Epoch Time, media yang berbasis di New York, Amerika Serikat, mengunggah video utuh yang memperlihatkan bahwa awal mulanya pria tersebut berbicara keras kepada penumpang lain. Dia mengatakan telah tinggal di Hong Kong selama 24 tahun dan sedang dalam perjalanan ke rumahnya, yang dekat dengan stasiun kereta bawah tanah Raja Lai.

"Mengapa Beijing ingin melukai orang-orang Hong Kong?" kata pria itu kepada penumpang kereta bawah tanah lainnya. "Mengapa Beijing ingin melukaimu?"

Pria itu juga mengkritik rezim Cina karena tidak memenuhi janjinya untuk mengizinkan otonomi Hong Kong di bawah kerangka yang dikenal sebagai "satu negara, dua sistem" ketika kembali dari kekuasaan Inggris pada 1997.

“Mengapa mereka (Beijing) ingin mengambil apa yang mereka janjikan? Mereka menjanjikan otonomi tingkat tinggi," kata pria itu.

Kurang dari sehari setelah insiden itu, beredar laporan yang menyebut bahwa media-media Cina menerbitkan berita bohong karena mencurigai pria yang ditangkap itu sebagai "komandan" CIA di Hong Kong.

Pemeriksaan fakta ini menunjukkan pria yang ditangkap oleh polisi Hong Kong tersebut tidak terkait dengan Papua.

Video Kedua

Tim CekFakta Tempo kemudian menelusuri apakah pria dalam video pengibaran bendera Bintang Kejora adalah orang yang sama dengan pria dalam video pertama dan apakah kedua video ini saling terkait.

Sebelum beredar di grup WhatsApp, video pengibaran bendera Bintang Kejora oleh sejumlah warga negara asing itu banyak diunggah di YouTube. Narasinya pun sejenis.

Akun Deva Wirathama, misalnya, mengunggah video itu pada 22 November 2017 dengan judul “Geger. Ternyata Mereka Ini Dalang dari Gerakan OPM”. Video ini telah ditonton sebanyak 26.578 kali.

Tim CekFakta Tempo mendapatkan video ini merupakan potongan dari sebuah video kampanye yang berjudul "Climb for West Papua-Facing Your Fear" yang diunggah oleh akun Free West Papua Campaign Australia di Facebook pada 24 Mei 2017.

Video versi asli berdurasi 10 menit 50 detik dan tidak terjadi di Papua, melainkan di Sydney, Australia. Video tersebut diproduksi sebagai upaya solidaritas terhadap orang-orang Papua Barat.

Video itu berkisah tentang seorang manajer sebuah hotel di Sydney, Jake Toivonen, yang punya fobia terhadap ketinggian. Namun, demi menyatakan solidaritas terhadap orang-orang Papua Barat, Toivonen memutuskan untuk menghadapi ketakutannya secara langsung.

Dengan bantuan ahli panjat tebing, Cam Leadle, Toivonen mendaki tebing Sweet Dream di Blue Mountains, Sydney. Dukungan Toivonen pun tidak berhenti di situ. Dia dengan bangga mengangkat bendera Bintang Kejora di ketinggian 180 meter.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta di atas, pengibaran bendera Bintang Kejora oleh seorang warga negara asing dalam video kedua adalah bentuk solidaritas terhadap Papua Barat. Lokasinya pun di Sydney, Australia, bukan di Papua. Pria ini juga bukan orang yang sama dengan pria yang ditangkap oleh polisi Hong Kong dalam video pertama. Dengan demikian, video yang tersebar di grup WhatsApp itu adalah sesat.

IKA NINGTYAS

Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cekfakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id