Sebagian Benar: Prabowo Klaim Berhasil Atasi Krisis Beras Dibandingkan Negara Tetangga
Jumat, 11 April 2025 20:51 WIB

PRESIDEN Prabowo Subianto menggelar pertemuan bertajuk “Presiden Menjawab: Wawancara dengan 7 Jurnalis di Indonesia” di kediamannya di Hambalang, Jawa Barat, Minggu, 6 April 20025. Dimoderatori Valerina Daniel dari TVRI, ia berbincang selama 3,5 jam dan menjawab berbagai pertanyaan dari para jurnalis.
Pada menit ke-09:30, Prabowo mengungkapkan bahwa kepemimpinannya berhasil mengatasi krisis beras dibandingkan negara-negara tetangga. "Yang diperkirakan awalnya tahun 2025 krisis beras, kita berhasil mengatasi. Tetangga-tetangga kita, krisis beras, kesulitan beras".
Benarkah Indonesia sempat diprediksi mengalami krisis beras pada awal tahun 2025 dan negara-negara tetangga mengalaminya?
PEMERIKSAAN FAKTA
Tempo memeriksa klaim tersebut dengan menggunakan data terbuka, pemberitaan media kredibel, dan wawancara pakar kebijakan publik dan pertanian. Hasil verifikasi menunjukkan adanya proyeksi surplus beras tahun ini yang diperoleh dari jumlah cadangan beras yang melebihi konsumsi.
Hal ini juga didukung dengan panen beras yang berpotensi meningkat. Sehingga tidak ada prediksi mengenai krisis beras di Indonesia pada awal tahun berdasarkan data-data yang disediakan oleh lembaga negara. Demikian juga negara tetangga seperti Malaysia dan Filipina juga memiliki upaya untuk mengendalikan pasokan beras mereka.
Klaim 1: Awal tahun 2025, Indonesia diprediksi krisis beras
Fakta: Pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Khudori, mengatakan tidak pernah ada yang memprediksi Indonesia akan mengalami krisis beras pada awal 2025.
“Sependek pengetahuan saya, tidak ada yang memperkirakan bahwa awal tahun 2025 akan terjadi krisis beras,” ujar pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Khudori, melalui pesan percakapan kepada Tempo, Jumat, 11 April 2025.
Hal itu juga sesuai dengan data-data yang banyak disampaikan oleh lembaga maupun pejabat negara sendiri. Dikutip dari artikel Tempo dan paparan Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi dalam Seminar Nasional “Outlook Sektor Pertanian 2025 dan Launching Buku Transformasi Sistem Pangan pada 3 Januari 2025, stok beras Bulog per 30 Januari 2025 sebesar 1,96 juta ton. Stok ini, dinilai merupakan capaian terbaik pemerintah dalam beberapa tahun terakhir.
Stok tersebut adalah gabungan dari Stok Komersial dan Stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP). Stok komersial artinya stok beras yang diperdagangkan untuk menghasilkan keuntungan. Sedangkan CBP adalah persediaan beras dan/atau gabah yang dikuasai dan dikelola oleh pemerintah.
Bapanas mencatat total realisasi pengadaan beras dari dalam dan luar negeri sebanyak 103.427 ton. Adapun realisasi bagian dari sisa importasi 2024 mencapai 70.400 ton. Sedangkan pengadaan dalam negeri jumlahnya sebanyak 33.027 ton yang terdiri atas CBP 30.178 ton serta beras komersial 2.849 ton. Hingga Februari 2025, pemerintah mengklaim telah mendistribusi beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) sebanyak 100.960 ton kepada masyarakat.
Dilansir dari Kontan, Deputi I Bidang Ketersediaan dan Stabilitas Pangan Bapanas I Gusti Ketut Astawa menjelaskan, produksi beras nasional tahun ini diperkirakan mencapai 32 juta ton setara beras. Sementara kebutuhan konsumsi nasional hanya sekitar 31 juta ton, sehingga Indonesia berpotensi mengalami surplus 1 juta ton beras.
Selain jumlah stok beras yang mencukupi, produksi beras Indonesia sejak awal diprediksi meningkat pada 2025. Dilansir oleh Tempo Februari 2025, Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan produksi beras pada Januari-Maret tahun ini diperkirakan akan mencapai 15,06 juta ton GKG atau mengalami peningkatan sekitar 5,18 juta ton gkg atau naik 52,40 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Sumber: Berita Rilis Statistik BPS 8 April 2025
Klaim 2: Negara-negara tetangga Indonesia mengalami krisis beras.
Fakta: Krisis beras di Asia Tenggara hingga tahun ini cukup terkendali. Dosen Kebijakan Publik Universitas Brawijaya, Malang, M. Rizki Pratama, menjelaskan bahwa sejak 2013 negara-negara di ASEAN Bersama Cina, Jepang, dan Korea Selatan sepakat membentuk The ASEAN Plus Three Emergency Rice Reserve (APTERR) dengan tujuan untuk memastikan keamanan pangan di seluruh negara anggota.
Menurutnya, pernyataan presiden Prabowo terkait krisis beras di negara-negara tetangga mungkin didasarkan pada prediksi penurunan sebesar 3-6 % ekspor beras Thailand pada 2023-2024, sebagai eksportir terbesar beras di Asia Tenggara sehingga mempengaruhi seluruh negara-negara importir beras di ASEAN termasuk Indonesia, Filipina, dan Malaysia.
Di Malaysia pada 1 Maret 2025, pemerintah Negeri Jiran mempublikasikan shortage beras dan pada 3 Maret 2025 PM Malaysia Anwar Ibrahim memerintahkan percepatan suplai beras. Sementara itu pemerintah Filipina, pada 3 Februari 2025 menyatakan National Food Security Emergency karena naiknya harga beras impor hampir dua kali lipat.
“Dapat dinyatakan bahwa krisis beras di negara-negara tetangga memang terjadi, akan tetapi merupakan krisis beras yang terkendali,” ujarnya.
Pengamat pertanian Khudori menambahkan, langkah yang dilakukan pemerintah Filipina mengumumkan keadaan darurat itu agar cadangan beras yang dikelola oleh Otoritas Pangan Nasional (NFA) bisa dikeluarkan. “Undang-undang di negara itu memang demikian. Jadi, deklarasi darurat itu sebagai bagian penanganan masalah,” ujarnya.
Khudori menegaskan, Malaysia dan Filipina adalah importir netto beras. Produksi domestik mereka tidak mencukupi kebutuhan nasional, meski pangsa produksi domestik terhadap impor di Malaysia lebih bagus daripada Filipina. Sementara Filipina adalah salah satu negara importir beras besar dunia. “Berbeda dengan Indonesia yang hanya sesekali saja jadi importir besar.”
KESIMPULAN
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Tempo, pernyataan Presiden Prabowo mengenai prediksi krisis beras di Indonesia pada awal tahun 2025 dan krisis beras yang dialami negara-negara tetangga adalah sebagian benar.
Indonesia diperkirakan mengalami peningkatan produksi beras sepanjang Januari-April atau subround I 2025, mencapai 13,95 juta ton atau mengalami peningkatan sebesar 2,88 juta ton atau naik 25,99%.
Negara-negara tetangga di Asia Tenggara seperti Malaysia dan Filipina memang mengumumkan kekurangan beras dan darurat nasional. Akan tetapi hal itu merupakan krisis beras yang terkendali.
TIM CEK FAKTA TEMPO
**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]