Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Keliru, Klaim Cacar Monyet Sama Dengan Herpes Zoster Dan Efek Samping Vaksin Covid-19

Selasa, 22 Oktober 2024 14:10 WIB

Keliru, Klaim Cacar Monyet Sama Dengan Herpes Zoster Dan Efek Samping Vaksin Covid-19

Sejumlah konten di Facebook oleh akun ini, ini, ini, dan ini memuat klaim bahwa monkeypox (mpox) sama dengan herpes zoster atau cacar api dan efek samping dari vaksinasi Covid-19 jenis mRNA. Konten tersebut disertai video yang memperlihatkan berita Kompas TV tentang perawatan orang-orang sakit Mpox di Afrika.

Klaim itu disebut berasal dari Wolfgang Wodarg, seorang dokter di Jerman. Berikut tulis narasinya: Dokter Jerman Wolfgang Wodarg menawarkan pandangan alternatif mengenai cacar monyet lebih dari dua tahun yang lalu: Apa yang dianggap sebagai cacar monyet, dalam banyak kasus, sebenarnya adalah herpes zoster, salah satu efek samping yang diketahui dari vaksin COVID-19. Cacar adalah momok lain yang diciptakan untuk menutupi efek samping vaksin mRNA.

Namun, benarkah Mpox adalah herpes zoster dan merupakan efek samping vaksinasi Covid-19 jenis mRNA?

PEMERIKSAAN FAKTA

Mpox dan herpes zoster merupakan dua jenis yang berbeda meski sama-sama tergolong jenis cacar dan disebabkan oleh virus. Mpox adalah penyakit yang disebabkan oleh virus cacar monyet (MPXV), salah satu spesies virus dari genus Orthopoxvirus. Sementara herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan varicella-zoster virus (VZV).

Cacar Monyet

Dilansir website Badan Kesehatan Dunia (WHO), Mpox atau Monkeypox adalah penyakit yang disebabkan cacar monyet dengan gejala ruam kulit atau lesi mukosa yang dapat berlangsung 2–4 minggu disertai demam, sakit kepala, nyeri otot, nyeri punggung, energi rendah, dan pembengkakan kelenjar getah bening.

Penularan virus cacar monyet bisa terjadi melalui kontak dekat dengan orang yang menderita penyakit tersebut, atau benda yang terkontaminasi, misal penggunaan jarum suntik bergantian. Bisa juga melalui kontak dengan hewan yang terinfeksi.

Penularan pada bayi juga bisa terjadi saat kehamilan, kelahiran ataupun setelah kelahiran. Orang yang memiliki banyak pasangan seksual juga memiliki risiko lebih tinggi tertular Mpox. 

Namun dibutuhkan lebih banyak penelitian untuk mengetahui secara lebih detail dan lengkap, bagaimana virus ini menular. Termasuk untuk mengetahui hewan apa saja yang bisa menampung dan menularkannya pada manusia.

Pengobatannya sejauh ini dilakukan dengan perawatan suportif, tergantung gejala yang muncul, seperti nyeri dan demam. Perawatan dilakukan dengan cara memberi perhatian ketat pada nutrisi, hidrasi, perawatan kulit, pencegahan infeksi sekunder dan pengobatan infeksi penyerta, termasuk untuk HIV jika ada.

Herpes Zoster

Sementara herpes zoster, juga dari laman WHO, merupakan penyakit akut yang sangat menular yang disebabkan oleh VZV, anggota famili virus herpes. Penyakit yang diketahui hanya menular di antara manusia ini juga disebut cacar air dan cacar ular.

Sebanyak 10 sampai 20 persen orang yang dihinggapi virus ini, akan menyimpannya di ganglia (kelompok sel) saraf, dan kemudian di masa depan aktif lagi hingga menimbulkan sakit herpes zoster. 

Kategori yang rentan terserang penyakit ini adalah orang berusia di atas 50 tahun atau orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Bahkan pada pada neonatus dan orang dengan gangguan kekebalan tubuh, akibatnya bisa menjadi fatal.

Herpes zoster ditandai dengan gejala ruam gatal yang biasanya muncul di kulit kepala dan wajah dan awalnya disertai demam dan malaise. Ruam tersebut secara bertahap akan menyebar ke badan dan ekstremitas (anggota gerak pada tubuh manusia).

Vesikel atau ruang di dalam sel, secara bertahap akan mengering dan muncul krusta yang kemudian menghilang dalam jangka waktu satu hingga dua minggu. Kondisi kesehatan bisa lebih rumit bila pasien juga menderita pneumonia atau ensefalitis (radang otak), dan orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

Mpox dan Covid-19 Tidak Berkaitan

Konten yang beredar mengatakan bahwa narasi Mpox berkaitan dengan vaksin Covid-19 berasal dari orang Jerman bernama Wolfgang Wodarg. Menurut pemeriksa fakta asal Jerman, DW.com, Wodarg adalah seorang dokter dan mantan anggota Partai Sosial Demokrat (SPD) Bundestag Jerman.

Ia kemudian bergabung dengan The Grassroots Democratic Party of Germany (dieBasis) yang merupakan partai kecil penolak lockdown yang berkaitan dengan Covid-19 di Jerman. Video dirinya membicarakan penyebab Mpox dirilis tahun 2022.

Namun, ahli mikrobiologi dan imunologi dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health di Amerika Serikat, Kari Moore Debbink, menyatakan Mpox bukan penyakit yang disebabkan vaksin Covid-19.

“Vaksin COVID mRNA digunakan secara global, sementara kasus Mpox biasanya ditemukan di negara-negara tertentu di Afrika, dengan beberapa kasus rendah di luar wilayah tersebut. Oleh karena itu, tidak ada hubungan geografis antara penggunaan vaksin COVID mRNA dan kasus mpox," kata Debink.

Profesor penyakit menular di Vanderbilt University Medical Center di Nashville, Amerika Serikat, William Schaffner, juga membantah narasi yang beredar. "Ini adalah dua virus yang sangat berbeda, dan tentu saja, vaksin melawan COVID tidak ada hubungannya dengan Mpox," kata Schaffner.

Dilansir pemeriksa fakta asal Prancis, AFP, beberapa akademisi di bidang kesehatan menyatakan Mpox tidak berkaitan dengan Covid-19 ataupun vaksin Covid-19. Mereka adalah dokter spesialis penyakit menular dan mikrobiolog di Fakultas Kedokteran Li Ka Shing, Universitas Hong Kong, Yuen Kwok-Yung, dan profesor epidemiologi penyakit menular di London School of Hygiene and Tropical Medicine, David Heymann.

"Tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa epidemi cacar monyet terkait dengan vaksin," kata David Heymann kepada AFP pada Juni 2022.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH mengatakan bahwa penyakit Mpox bukan efek samping dari vaksinasi Covid-19. Vaksin Covid-19 baru diedarkan secara masif tahun 2021, sementara WHO mencatat Mpox pertama kali diketahui menyerang manusia pada 1970 di Kongo, Afrika.

“Jadi, penyakit Mpox ini tidak dapat dikatakan karena efek samping dari vaksin COVID-19. Itu tidak ada hubungannya,” kata Syahril.

Dia mengatakan virus Mpox menular lewat kontak langsung seperti berjabat tangan, bergandengan, termasuk juga kontak seksual. Dilansir CNBC.com, WHO mencatat bahwa 99 persen penderita Mpox adalah laki-laki.

KESIMPULAN

Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan Mpox adalah penyakit yang sama dengan herpes zoster dan merupakan efek samping dari vaksinasi Covid-19 jenis mRNA adalah klaim keliru.

Mpox merupakan penyakit yang disebabkan virus cacar monyet (MPXV), herpes zoster berasal dari varicella-zoster virus (VZV), dan Covid-19 dari virus Sars-Cov-2. Sejumlah dokter spesialis dan akademisi di bidang kesehatan juga mengatakan narasi yang beredar tersebut salah.

TIM CEK FAKTA TEMPO

**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id