Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Keliru, Klaim Penyakit Cacar Monyet Akibat Hubungan Sesama Jenis

Jumat, 4 Oktober 2024 08:15 WIB

Keliru, Klaim Penyakit Cacar Monyet Akibat Hubungan Sesama Jenis

Sebuah akun media sosial X mengunggah video pendek berdurasi 2 menit 20 detik tentang penyakit cacar monyet yang ditimbulkan oleh perilaku seks sejenis. Video tersebut merupakan potongan dari acara Indonesia Lawyers Club yang dipandu Karni Ilyas pada menit ke-01:17:09 hingga 01:20:01.

Salah seorang narasumber yang dihadirkan adalah Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Dewi Inong Irana. Menurutnya, perilaku seksual sesama jenis lewat dubur menimbulkan penyakit-penyakit baru yang belum ada obatnya. Penyakit yang muncul antara lain HIV/AIDS pada tahun 1981 di Amerika Serikat, Sarkoma Kaposi generasi baru (virus HHV8-mutasi virus Herpes kelamin) pada tahun 2016 di Amerika Serikat, dan Cacar monyet (Monkeypox) tahun 2022-Eropa dan Amerika.

Sejak video tersebut diunggah pada 14 September 2024, video sudah ditayangkan sebanyak 104,9 ribu kali dan disukai 1.432. Benarkah penyakit Cacar Monyet (MPox) yang baru ditemukan, berasal dari hubungan pecinta sesama jenis?

PEMERIKSAAN KLAIM

Tim Cek Fakta Tempo memverifikasi klaim di atas dengan mewawancarai ahli virologi dari Universitas Airlangga, Dr. Arif Nur Muhammad Ansori, M.Si. Menurut Arif, pendapat yang menyatakan bahwa Mpox berasal dari hubungan sesama jenis (homoseksual) adalah tidak benar dan tidak dapat dipercaya.

“Sebagai ilmuwan, saya perlu menekankan bahwa penyakit Mpox tidak terbatas pada orientasi seksual tertentu. Mpox adalah penyakit virus yang disebabkan oleh Monkeypox virus (MPXV) yang penularannya dapat terjadi melalui kontak erat, baik itu kontak kulit dengan kulit, melalui cairan tubuh, maupun benda yang terkontaminasi oleh virus, seperti pakaian atau seprai tempat tidur,” kata Arif kepada Tempo, Senin, 30 September 2024.

Beberapa kasus awal Mpox memang teridentifikasi pada komunitas yang memiliki hubungan seksual sesama jenis. Namun, hal tersebut tidak berarti bahwa Mpox adalah penyakit khusus homoseksual.

“Virus ini tidak mengenal batasan orientasi seksual, jenis kelamin, atau usia. Siapa pun yang melakukan kontak erat dengan individu yang terinfeksi dapat tertular,” jelasnya.

Oleh karena itu, sangat penting bagi masyarakat untuk mendasarkan pemahaman tentang penyakit pada data ilmiah yang valid, bukan pada stigma atau prasangka. Penyebaran informasi yang salah hanya akan memperburuk keadaan dengan menimbulkan ketakutan yang tidak berdasar serta menciptakan diskriminasi terhadap kelompok tertentu.

“Mari kita fokus pada langkah-langkah pencegahan yang tepat, seperti menjaga kebersihan diri, menghindari kontak erat dengan orang yang terinfeksi, dan mengikuti panduan kesehatan dari otoritas terkait. Dengan memahami penularan virus ini secara ilmiah, kita bersama dapat melindungi diri sendiri dan masyarakat dengan lebih baik,” terang Arif.

Dikutip dari laman World Health Organization (WHO), Mpox (sebelumnya dikenal sebagai cacar monyet) adalah penyakit virus yang disebabkan oleh virus ortopoks yang disebut virus cacar monyet. Penyakit ini menyebar terutama melalui kontak dekat dengan seseorang yang mengidap mpox, menyebabkan ruam yang menyakitkan, pembesaran kelenjar getah bening, dan demam. Hal ini dapat membuat orang sangat sakit dan meninggalkan bekas luka.

Penyakit ini terutama menyebar dari orang ke orang melalui kontak dekat. Ini termasuk, namun tidak terbatas pada, kontak seksual. Penularan terjadi melalui paparan cairan tubuh; lesi pada kulit atau permukaan mukosa bagian dalam, seperti di mulut atau tenggorokan; partikel pernafasan; dan benda-benda yang terkontaminasi.

Mpox merupakan penyakit zoonosis, artinya penyakit ini dapat menyebar dari hewan ke manusia. Penyakit ini ditemukan di hutan hujan tropis di Afrika tengah, timur dan barat, dimana mamalia kecil seperti tupai, tikus berkantung Gambia, dormice, dan berbagai spesies monyet mungkin menjadi pembawa penyakit ini.

Sejak Mei 2022, Mpox telah menyebar secara global, dengan kasus-kasus yang dilaporkan dari negara-negara yang sebelumnya tidak terdokumentasikan penularan mpox. Penyebaran di sebagian besar negara saat ini berasal dari manusia dan bukan hewan.

UN News https://news.un.org/en/story/2024/08/1153361 melansir, MPox berasal dari Republik Demokratik Kongo pada tahun 1970, mpox diabaikan di sana.

“Sudah waktunya untuk bertindak tegas untuk mencegah terulangnya sejarah,” kata Dimie Ogoina, ketua Komite Darurat Peraturan Kesehatan Internasional, yang memberikan nasihat kepada WHO mengenai masalah tersebut.

Penyakit menular yang endemik di Afrika Tengah dan Barat ini kemudian menyebabkan wabah global pada tahun 2022, yang menyebabkan darurat kesehatan masyarakat WHO pada bulan Juli karena penyakit ini menjadi wabah di banyak negara.

Setelah serangkaian konsultasi dengan para ahli global, WHO mulai menggunakan istilah baru “mpox” sebagai sinonim untuk cacar monyet.

Apa yang diketahui oleh para ilmuwan adalah bahwa virus ini juga mungkin bertahan selama beberapa waktu pada pakaian, selimut, handuk, benda-benda, barang elektronik, dan permukaan yang pernah disentuh oleh pengidap mpox. Orang lain yang bersentuhan dengan barang-barang tersebut bisa saja tertular tanpa terlebih dahulu mencuci tangan sebelum menyentuh mata, hidung, dan mulut.

KESIMPULAN

Hasil verifikasi Tempo tentang klaim penyakit yang baru ditemukan, cacar monyet, berasal dari hubungan sesama jenis adalah keliru

Penyakit ini sudah ada sejak tahun 1970 yang berasal dari hewan mamalia kecil dan spesies monyet. Beberapa kasus awal Mpox memang teridentifikasi pada komunitas yang memiliki hubungan seksual sesama jenis. Namun, hal tersebut tidak berarti bahwa Mpox adalah penyakit khusus homoseksual.

TIM CEK FAKTA TEMPO

** Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]