Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sebagian Benar, Klaim Mengenai Indonesia Alami Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I Tertinggi Sejak Tahun 2015

Selasa, 25 Juni 2024 20:16 WIB

Sebagian Benar, Klaim Mengenai Indonesia Alami Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I Tertinggi Sejak Tahun 2015

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I-2024 merupakan pertumbuhan triwulan I tertinggi sejak tahun 2015.

"Solidnya pertumbuhan ekonomi di triwulan I tersebut juga dikonfirmasi oleh berbagai lembaga rating yang memberikan asesmen positif bahwa ketahanan ekonomi Indonesia tetap terjaga didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil," ujar Airlangga dalam keterangannya, Selasa, 7 Mei 2024.

Benarkah pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I-2024 yang tercatat 5,11 persen secara tahunan (year-on-year) merupakan pertumbuhan triwulan I tertinggi sejak tahun 2015?

PEMERIKSAAN KLAIM

Peneliti Intelligence Unit Lead and Sustainable Growth Lab, Think Policy, Alexander Michael Tjahjadi, membenarkan pernyataan Airlangga Hartarto. Berdasarkan data pertumbuhan ekonomi Indonesia versi Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi triwulan I tahun ini merupakan yang tertinggi sejak 2019 dalam periode yang sama secara tahunan (yoy). 

Namun, capaian pertumbuhan ekonomi tersebut tak terlepas dari faktor pemilihan umum (pemilu). Dikutip dari Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, pemilu berkorelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi. Pemilu serentak untuk pertama kalinya dari level nasional hingga kabupaten/kota ini juga mendorong terjadinya injeksi likuiditas dalam jumlah besar ke perekonomian akibat adanya pengeluaran kampanye dan belanja publik.

Tak hanya itu, besarnya dampak pengganda di perekonomian akan memicu konsumsi domestik selama tahun 2024. Sebab, pemilu di tingkat provinsi dan kabupaten/kota diperkirakan akan terjadi menjelang akhir tahun. 

Michael menambahkan, korelasi positif ini terlihat dari komponen lembaga nonprofit rumah tangga (LNPRT) yang pertumbuhannya 23%. Adapun lembaga nonprofit mencakup organisasi kemasyarakatan, organisasi sosial, lembaga keagamaan, organisasi profesi dan serikat buruh, organisasi kebudayaan, olahraga, dan rekreasi, serta partai politik. “Dari list itu, kemungkinan partai politik (sebagai penyumbang terbesar),” tuturnya.

Meski begitu, klaim positif pertumbuhan ekonomi perlu diperiksa secara mendetail, terutama dari sektor yang menjadi penopang pertumbuhan selama ini: konsumsi rumah tangga.

Dalam periode yang sama pada tahun politik, dia menyoroti pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga pada Pemilu 2024 adalah yang terendah: 4,91%. Bandingkan dengan triwulan I 2014 dan 2019 yang masing-masing 5,23% dan 5,02%. 

“Pemerintah sepatutnya mencermati tren konsumsi rumah tangga yang menurun selama pemilu, tak hanya mengumbar angka pertumbuhan secara umum,” ujar Michael.

Panjangnya periode transisi kekuasaan hingga pemerintahan baru menjabat juga diperkirakan memperpanjang periode sentimen wait-and-see oleh sektor swasta. Artinya, ini berpotensi menghambat laju pertumbuhan ekonomi dan investasi.

KESIMPULAN

Pernyataan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I-2024 adalah pertumbuhan triwulan I tertinggi sejak tahun 2015, adalah sebagian benar.

Berdasarkan data pertumbuhan ekonomi Indonesia versi Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi triwulan I tahun ini merupakan yang tertinggi sejak 2019 dalam periode yang sama secara tahunan (yoy). Bukan sejak tahun 2015.

Namun, capaian pertumbuhan ekonomi tersebut tak terlepas dari faktor pemilihan umum, terutama partai politik (sebagai penyumbang konsumsi terbesar). Pemerintah sepatutnya mencermati tren konsumsi rumah tangga yang justru menurun selama pemilu.

**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]

Artikel ini merupakan hasil kolaborasi program Panel Ahli Cek Fakta The Conversation Indonesia bersama Kompas.com dan Tempo.co, didukung oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI)