Keliru, Konten tentang Pemasangan Microchip Melalui Vaksinasi di Indonesia
Rabu, 22 Mei 2024 17:41 WIB
Sebuah konten berisi klaim tentang penyuntikan microchip ke tubuh manusia melalui vaksin beredar di media sosial Facebook [arsip]. Pengunggah konten menyebut bahwa bahwa Covid-19 dan virus penyebabnya, SARS-CoV-2 adalah hoaks sehingga tidak perlu vaksinasi.
Berikut ini narasi lengkap yang diunggah penyebar konten: “Sudah sampai TV Indonesia. Perhatikan baik-baik jangan mau sampai anda dipasang ya. Apalagi anda ditakut-takuti Covid dan virus. Semua itu hoax. Jangan mau sampai di vaksin ya! Semua didesain untuk total kontrol penuh terhadap populasi agar anda tidak punya apa-apa di masa mendatang. Alias rumah, mobil, motor, sertifikat rumah semua akan mereka ambil”.
Benarkah suntikan vaksin Covid-19 mengandung chip yang berisi informasi rekam medik dan data-data pribadi yang akan digunakan sebagai total kontrol populasi?
PEMERIKSAAN FAKTA
Tim Cek Fakta Tempo menelusuri foto yang diunggah akun di atas dengan bantuan Google Lens dan mesin pencarian YouTube. Hasilnya, foto yang diunggah adalah hasil tangkapan layar tayangan di kanal YouTube CBS Evening News ini. Gambar tersebut ada di detik ke-48. Pada tahun 2017, foto yang sama sudah pernah beredar di media sosial dengan klaim chip 666.
CBS memberi judul video, berjudul “Wisconsin Company Offers to Implant Microchips in Employees” yang diunggah pada 26 Juli 2017. Video menjelaskan bahwa sebuah perusahaan di Wisconsin, Amerika Serikat memiliki inovasi terbaru dengan menanamkan microchip di tangan untuk menggantikan kunci tradisional untuk membuka pintu, menggunakan mesin fotokopi, dan bahkan membeli makanan di kafetaria. Pemilik Three Square Market di Wisconsin mengatakan setidaknya 50 dari 80 karyawannya telah mendaftar menjadi bionik.
Dikutip dari laman Republika.co.id, Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman saat itu, Amin Soebandrio, mengatakan bahwa vaksin Covid-19 yang digunakan di Indonesia tidak mengandung chip elektronik. Masyarakat diminta tidak perlu khawatir untuk menjalani vaksinasi. "Tidak ada chip elektronik masuk ke dalam vaksin yang disuntikkan itu," kata Amin.
Amin menuturkan, vaksin Covid-19 tersebut berbentuk larutan jernih dan hanya mengandung bahan aktif seperti protein dan bahan-bahan lain yang diperlukan untuk menstabilkan dan mengawetkan vaksin tersebut.
Bahan aktif berfungsi untuk merangsang aktivitas sistem kekebalan tubuh sehingga lebih mampu melawan penyakit. Untuk bisa disuntikkan ke dalam tubuh, maka bahan aktif tersebut harus diberikan dalam larutan yang disebut buffer atau larutan penyangga.
"Vaksin di dalamnya jumlahnya kecil sekali jadi untuk bisa disuntikkan dia harus berada dalam bentuk cairan," tutur Amin.
CNBC Indonesia melansir bahwa pandemi Covid-19 menimbulkan banyak teori di tengah masyarakat. Selain virus ini disebut konspirasi, ada pula yang mengaitkannya dengan vaksin Covid-19. Salah satu teori menyangkut vaksin adalah di setiap suntikan mengandung microchip yang akan digunakan oleh pemerintah atau elit global seperti Bill Gates untuk melacak warga.
Spesialis Penyakit Menular Pediatric Fakultas Kedokteran Universitas Maryland Matt Laurens mengatakan meski ada video yang viral mengklaim chip dalam vaksin membuat lengan orang menjadi magnet, konspirasi tersebut salah. "Pertama, itu tidak mungkin sejauh ukuran yang dibutuhkan untuk microchip itu," kata Laurens dilansir dari CNBC International, Rabu, 6 Oktober 2021.
Kedua, microchip itu harus memiliki sumber daya yang terkait, dan selain itu, sumber daya itu harus mengirimkan sinyal melalui setidaknya satu inci otot, lemak, dan kulit ke perangkat jarak jauh, yang sekali lagi, tidak bisa. "Maka teori ini tidak masuk akal," ujarnya.
KESIMPULAN
Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan bahwa Indonesia mulai memasang microchip melalui vaksin untuk mengontrol populasi adalah keliru.
Salah satu teori menyangkut vaksin adalah di setiap suntikan mengandung microchip yang akan digunakan oleh pemerintah atau elit global seperti Bill Gates untuk melacak warga. Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman saat itu, Amin Soebandrio, mengatakan bahwa vaksin COVID-19 yang digunakan di Indonesia tidak mengandung chip elektronik.
Spesialis Penyakit Menular Pediatric Fakultas Kedokteran Universitas Maryland Matt Laurens juga mengatakan, meski ada video yang viral mengklaim chip dalam vaksin membuat lengan orang menjadi magnet, konspirasi tersebut salah.
TIM CEK FAKTA TEMPO
**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]