Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Prof. Arief Budiman Telah Menulis Opini yang Mendiskreditkan KPU?

Selasa, 7 Mei 2019 15:51 WIB

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Prof. Arief Budiman Telah Menulis Opini yang Mendiskreditkan KPU?

Sebuah opini yang dimuat laman suaramerdeka.id. menjadi viral di media sosial. Opini yang mendiskreditkan KPU itu diduga mencatut nama Prof. Dr. Arief Budiman, Guru Besar Universitas Melbourne, Australia.

Opini tersebut diberi judul “Kecurangan Itu Terstruktur Sistematis dan Masif”. Penulis menyoroti perbedaan hasil suara pada situng KPU dan adanya kesalahan yang massif. Termasuk dugaan pergerakan angka kemenangan pasangan Jokowi-Amin yang seperti disengaja menyesuaikan Quick Count.

Situs suaramerdeka.id menayangkan opini dari Prof. Arief Budiman, namun pihak keluarga membantah Arief pernah menulisnya.

PEMERIKSAAN FAKTA

Berdasarkan penelusuran Tempo.co, laman suaramerdeka.id tidak berafiliasi dengan Suara Merdeka Grup yang membawahi Koran Suara Merdeka dan suaramerdeka.com.

Pada situs pencarian informasi domain who.is, suaramerdeka.id sengaja menutup semua akses informasinya. Namun informasi ini dapat dilihat melalui perangkat daring viewdns.info yang menjelaskan bahwa domain suaramerdeka.id tergolong media siber pendatang baru. Domain tersebut baru dibuat pada 12 April 2018.  

Klarifikasi dari pihak keluarga juga telah menyebar di media sosial, termasuk di Facebook.

Atas nama Keluarga Prof. Arief Budiman, Santi K Budiman, membantah bila opini yang dimuat laman suaramerdeka.id tersebut merupakan tulisan Arief Budiman.  

Berikut klaifikasi yang disebarkan akun Santi K Budiman:

Di hari pertama bulan Ramadhan, mari meluruskan hal-hal yang kusut.

Pernyataan dari keluarga Prof. Dr. Arief Budiman:

  1. Berita yang diterbitkan suaramerdeka.id yang mendiskreditkan KPU yang ditulis oleh Prof. Dr Arief Budiman adalah PALSU. Kami belum pernah dihubungi atau menghubungi "redaksi" situs ini.
  2. Ayah saya, Arief Budiman, sangat mendukung dan menghargai kinerja KPU.
  3. Berita palsu tentang KPU menghina kerja keras KPU, menghina pahlawan demokrasi yang meninggal dalam tugas serta keluarga mereka, dan menghina intelektualitas ayah saya. Meskipun masih mengikuti berita, beberapa tahun terakhir ayah saya tidak aktif menulis lagi.
  4. id tidak ada hubungannya dengan koran Suara Merdeka.
  5. Situs koran Suara Merdeka yang benar adalah www.suaramerdeka.com

Laman Kumparan.com telah mengabarkan kondisi terakhir saudara kandung mendiang Soe Hok Gie tersebut. Saat ini memori Arief Budiman disebutkan semakin menurun, membuat kebiasaan Arief sedikit terhambat. Misal, sejak 2010, Arief menolak untuk menerima tawaran menulis. Arief berkukuh, menulis membutuhkan tanggung jawab besar. Peristiwa yang dilengkapi fakta dan data, harus diingat-ingat betul olehnya.

"Menulis bukan karena dia enggak mau, tapi memorinya enggak mendukung. Tahun 2010, terakhir ada orang yang meminta tulisannya. Biasanya dulu kalau diminta dia akan cepat menulis, tapi waktu itu dia bilang susah untuk menulis, karena enggak bisa menulis tanpa ingat peristiwa kecilnya," ujar menantu Arief, Dodi Ambardi, kepada kumparan, Kamis (31/5).

Tak cuma dikenal sebagai aktivis '66, Arief Budiman adalah seorang intelektual yang mumpuni, idealis, dan tetap kritis kepada ketidakadilan. Usai menamatkan studi di UI, Arief melanjutkan pendidikan hingga ke Harvard, AS. Sepulang dari Harvard dengan mengantongi gelar PhD, Arief mengajar di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga.

Usai pensiun sebagai dosen di Melbourne University, Arief pulang ke Salatiga. Kendati penyakitnya sudah menyerang sebelum ia pensiun, tapi, kata Dodi, saat itu Arief masih bisa mengurusi kampus. Namun kini, Arief hanya bisa menghabiskan aktivitasnya, termasuk berobat jalan di rumah.

 

KESIMPULAN

Berdasarkan semua bukti yang ada, informasi yang tersebar ini tidak akurat.

 

ZAINAL ISHAQ