Menyesatkan, Jokowi Nyatakan Perang Dengan Malaysia Akibat Puluhan WNI Tewas
Jumat, 15 Juli 2022 17:04 WIB
Laman Facebook mengunggah video berjudul BVNTVT PVLVH4N WN1 T3W4S, T3P4T M4L4M 1N1 J0K0W1 NY4T4K4N P3R4NG L4W4N M4L4YS14 (Baca: Buntut Puluhan WNI Tewas, Tepat Malam ini Jokowi Nyatakan Perang Lawan Malaysia).
Video ini dibuka dengan tulisan Indonesia Angkat Senjata. Kemudian ada pernyataan “Cerita buruk dan tentu menyakitkan, apa yang dialami pekerja migrain kita disetiap detensi-detensi Malaysia. Bukan pertama kali terjadi. Saya sering menjemput langsung, bertemu dan berdialog dengan mereka. Tidak hanya kekerasan sebetulnya yang terjadi, tapi penghinaan verbal. Negara kita dihina..”
Tangkapan layar video yang diunggah di Facebook yang menyebarkan narasi Presiden Jokowi menyatakan perang melawan Malaysia.
Pernyataan ini terkait laporan Koalisi Buruh Migran Berdaulat (KBMB) yang mengatakan puluhan Warga Negara Indonesia (WNI) meninggal di Rumah Detensi Imigrasi Sabah, Malaysia.
Sampai tulisan ini dibuat, video yang diunggah tanggal 3 Juli 2022 ini telah dilihat 641 ribu kali, 4.500 komentar, dan disukai lebih dari 11 ribu pengguna Facebook.
PEMERIKSAAN FAKTA
Hasil pemeriksaan Tim Cek Fakta Tempo, video tersebut sama sekali tidak berisi tentang Indonesia angkat senjata untuk berperang melawan Malaysia. Juga tidak ada pemberitaan media dan keterangan resmi terkait perang dengan Malaysia.
Video tersebut berisi kolase video yang menunjukkan pemulangan WNI dari Malaysia dan upaya pencegahan tenaga kerja yang akan ditempatkan secara ilegal di Timur Tengah.
Untuk memverifikasi video ini, Tim Cek Fakta Tempo menonton hingga akhir dan menganalisa fragmen-fragmen gambar, pernyataan dan narasi yang disampaikan. Tempo menggunakan Yandex Image, Google Image, dan Fake News Debunker By InVid untuk menganalisis video atau foto yang identik. Termasuk membaca berita dari media-media yang kredibel serta pernyataan lembaga negara, baik Indonesia maupun Malaysia.
Hasil penelusuran Tempo, video pada detik 0:10 merupakan potongan pernyataan Kepala Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Benny Rhamdani. Video ini merupakan potongan wawancara yang ditayangkan Medcom id tanggal 29 Juni 2022.
Tangkapan layar pernyataan Kepala Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Benny Rhamdani di Medcom.id, 29 Juni 2022.
Pernyataan ini berkaitan dengan laporan Koalisi Buruh Migran Berdaulat (KBMB) yang mengungkap data 18 warga negara Indonesia meninggal di pusat tahanan Imigrasi Tawau di Sabah, Malaysia. Hal itu terjadi sejak Januari hingga Maret 2022.
Benny Rhamdani mengatakan bahwa kekerasan yang terjadi kepada Pekerja Migran Indonesia (PMI) di detensi-detensi Malaysia bukan pertama kalinya. Bahkan, PMI yang ditahan dirampok harta bendanya, seperti uang, ponsel, kalung, dan gelang emas yang tidak dikembalikan. Ia juga menyebutkan fasilitas yang buruk.
Potongan video menit ke-3:14, berdasarkan hasil pencarian identik dengan tayangan LENSA INDONESIA-RTV pada 13 September 2021. Dilansir RTV, BP2MI menggagalkan keberangkatan 21 pekerja ilegal asal Indonesia ke Timur Tengah.
Tangkapan layar liputan RTV pada 13 September 2021 tentang penggagalan penyelundupan 21 TKI ilegal ke Timur Tengah.
Sebelum diberangkatkan, para pekerja ini ditampung di sebuah balai latihan kerja di kawasan Batu Ampat, Condet, Kramat Jati, Jakarta Timur.
Menurut PB2MI, 21 calon pekerja ini diiming-imingi upah Rp 4 juta tiap orang yang bekerja sebagai asisten rumah tangga. Karena penempatan pekerja ini ilegal, BP2MI akan melaporkan perusahaan penyalur tenaga kerja ini kepada Kementerian Tenaga kerja (Kemenaker) RI agar izinnya dicabut.
Pada menit ke 6:20, terdapat potongan gambar orang pria yang sedang memapah seorang pria berbaju hitam. Hasil penelusuran menunjukkan, potongan video ini identik dengan tayangan YouTube TribunNews tanggal 4 Juni 2022.
Tangkapan layar liputan Tribun Network tentang 371 Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang dideportasi dari Malaysia, Kamis, 2 Juni 2022.
Dilansir dari Tribun, sebanyak 371 Pekerja Migran Indonesia (PMI) dideportasi dari Malaysia pada Kamis, 2 Juni 2022 melalui Pelabuhan Nunukan, Kalimantan Utara. Diantara PMI tersebut banyak yang menderita penyakit kulit dan rematik hingga tidak bisa berjalan. Mereka mengaku penyakit kulit yang diderita lataran sanitasi yang buruk di Rumah Detensi Imigrasi Sabah Malaysia.
Pelabuhan Nunukan merupakan pelabuhan lintas dengan Kota Tawau, Malaysia dan menjadi salah satu pintu masuk PMI yang akan bekerja atau pulang dari Malaysia.
Dilansir Tempo, sekitar 200 lebih warga negara Indonesia (WNI) yang ada di detensi imigrasi Sabah, Malaysia akan segera dipulangkan. Ini terjadi setelah munculnya laporan Koalisi Buruh Migran Berdaulat yang menyebutkan sebanyak 149 WNI meninggal dunia.
Laporan berjudul “Seperti di Neraka: Kondisi di Pusat Tahanan Imigrasi di Sabah, Malaysia" itu menyebutkan, banyak WNI yang ditahan di Depot Tahanan Imigrasi, Sabah, Malaysia diperlakukan secara tidak manusiawi. Bahkan hingga ada yang diduga tewas akibat dipukuli.
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI dalam keterangan resmi menjelaskan hasil pertemuan dengan Imigrasi Malaysia diperoleh data WNI yang meninggal dunia di Depot Tahanan Imigresen (DTI) di Sabah pada sepanjang 2021 sebanyak 18 orang. Sedangkan periode Januari hingga Juni 2022 sejumlah 7 orang.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan fakta, Tim Cek Fakta Tempo menyimpulkan video Buntut Puluhan WNI Tewas, Tepat Malam ini Jokowi Nyatakan Perang Lawan Malaysia ” adalah menyesatkan.
Berdasarkan fakta dari sumber yang kredibel, memang terdapat 18 orang WNI yang meninggal dunia di Depot Tahanan Imigresen (DTI) di Sabah sepanjang 2021 dan 7 orang pada periode Januari hingga Juni 2022.
Namun Jokowi tidak pernah menyatakan perang dengan Malaysia.
TIM CEK FAKTA TEMPO
** Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami.