Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Keliru, 10 Negara telah Menganggap Covid-19 hanya Flu Biasa dan Membatalkan Semua Prosedur Wajib Karantina

Kamis, 3 Februari 2022 16:45 WIB

Keliru, 10 Negara telah Menganggap Covid-19 hanya Flu Biasa dan Membatalkan Semua Prosedur Wajib Karantina

Informasi yang menyebut 10 negara telah menganggap Covid-19 hanya flu biasa dan membatalkan semua prosedur wajib karantina, beredar di Facebook sepanjang akhir Januari 2022. 

“Negara-negara berikut mengumumkan pembatalan semua prosedur Wajib Karantina, Tes Corona, dan Vaksin, dan menganggap Corona hanya flu musiman,” demikian isi informasi tersebut.

Sepuluh negara yang disebut yakni Turki, Brasil, Inggris, Swedia, Spanyol, Republik Ceko, Meksiko, El Salvador, Jepang dan Singapura.

Selain berisi informasi tersebut, isi pesan berikutnya tentang Covid-19 hilang dengan berkumur air garam. “Ilmuwan Jerman meyakinkan Kementerian Kesehatan Jerman : jika semua orang berdehem beberapa kali sehari dengan berkumur dengan larutan air garam semi-panas, maka virus akan sepenuhnya dihilangkan di seluruh Jerman dalam waktu seminggu.”

Tangkapan layar unggahan dengan klaim 10 negara telah menganggap Covid-19 hanya flu biasa dan membatalkan semua prosedur wajib karantina

PEMERIKSAAN FAKTA

Tidak ada bukti-bukti kredibel yang menunjukkan bahwa 10 negara tersebut telah menganggap Covid-19 sebagai flu biasa. Meski ada persamaan, namun Covid-19 memiliki perbedaan dengan flu biasa. Juga tidak benar bahwa berkumur dengan air garam hangat bisa menyembuhkan Covid-19.

Seruan agar Covid-19 saat ini diperlukan seperti flu biasa berkembang di Eropa, salah satunya oleh Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sanchez. Dikutip dari CNBC, dia meminta UE untuk memperdebatkan kemungkinan memperlakukan virus sebagai penyakit endemik. Namun seruan itu muncul di tengah melonjak kasus Covid-19 di Eropa. 

Prancis, misalnya, telah melaporkan lebih dari 300.000 kasus harian baru dalam beberapa hari terakhir dan Jerman melaporkan 80.430 infeksi baru pada hari Rabu, rekor tertinggi dalam satu hari sejak pandemi dimulai.

Di Inggris, seperti dilaporkan oleh BBC, jumlah keseluruhan kasus yang dikonfirmasi pada Senin pekan ini melonjak hampir 850.000 karena infeksi ulang dan kasus yang sebelumnya tidak teridentifikasi dimasukkan dalam total.

Data kasus harian Covid-19 di Inggris

Sampai artikel ini ditulis, belum ada negara termasuk dari daftar 10 negara tersebut yang secara resmi memperlakukan Covid-19 seperti flu biasa. Beberapa negara masih mewajibkan karantina, tes Covid-10 dan vaksin. Negara seperti Brazil misalnya, masih mewajibkan warga telah mendapatkan vaksinasi Covid-19 lengkap dan hasil tes negatif jika melakukan perjalanan ke Brazil melalui udara. Jika belum atau dikecualikan mendapatkan vaksin, maka seseorang harus melakukan karantina sendiri selama 14 hari. 

Inggris memberlakukan wajib vaksin bagi pendatang dengan salah satu vaksin yang disetujui di Inggris. Termasuk wajib tes Covid-19 bagi mereka yang berusia 12 tahun saat datang dari luar negeri. Syarat perjalanan ke Inggris bisa dibaca di laman pemerintah United Kingdom.  

Pemerintah Swedia juga memberlakukan kebijakan isolasi bagi warganya yang memiliki gejala atau positif Covid-19. Selain itu, mulai 28 Desember, semua turis yang memasuki Swedia harus menunjukkan bukti tes Covid-19 negatif terlepas dari status vaksinasi mereka.

Covid-19 berbeda dengan flu biasa

Menurut WHO, Covid-19 dan influenza disebabkan oleh virus yang berbeda, dan ada beberapa perbedaan dalam hal siapa yang paling rentan terhadap keparahan penyakit.  

Selain itu, vaksin yang dikembangkan untuk COVID-19 tidak melindungi terhadap influenza, dan demikian pula, vaksin flu tidak melindungi dari COVID-19.  

Dari segi tingkat kematian, WHO memperkirakan bahwa 290.000 hingga 650.000 orang meninggal karena terkait flu setiap tahun di seluruh dunia.

Sedangkan menurut WorldoMeter, hingga 3 Februari 2022 pukul 09:10 GMT, Covid-19 telah menginfeksi lebih dari 385 juta orang dan 5,7 juta di antaranya meninggal sejak 2020. Ini menunjukkan, Covid-19 menyebabkan kematian lebih tinggi dibandingkan flu biasa.

Data kematian akibat Covid-19 hingga 3 Februari 2022 dari WorldoMeter

Berkumur air garam bunuh Covid-19

Narasi ini pernah beredar pada Mei 2020. John Hopkins Medicine membantah bahwa berkumur dengan air garam bisa membantu melindungi dari virus Corona. Menurut John Hopkins Medicine, berkumur dengan air garam memang bisa meredakan sakit tenggorokan, yang merupakan salah satu gejala Covid-19. Namun, pasien Covid-19 tidak hanya mengalami gejala tersebut.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa air garam bisa menghilangkan virus Corona di dalam tubuh. WHO mengakui ada sedikit bukti bahwa membilas hidung dengan saline atau air garam bisa membantu seseorang pulih lebih cepat dari flu biasa. Namun, membilas hidung secara teratur belum terbukti dapat mencegah infeksi pernapasan.

Artikel Cek Fakta Tempo terkait klaim ini bisa dibaca di tautan berikut, Fakta atau Hoaks: Benarkah Campuran Air Hangat dan Garam bisa Hilangkan Virus Corona Covid-19.

KESIMPULAN

Dari pemeriksaan fakta di atas, klaim bahwa 10 negara telah menganggap Covid-19 hanya flu biasa dan membatalkan semua prosedur wajib karantina, adalah keliru.

TIM CEK FAKTA TEMPO