Keliru, Video Demonstran Penentang Presiden Israel Kepalanya Terbakar dan Mengeluarkan Asap Akibat Nanochip dalam Tubuhnya Bertabrakan dengan Jaringan 5G
Senin, 17 Januari 2022 19:24 WIB
Sebuah video yang memperlihatkan suasana kepanikan saat seorang demonstran terkapar dengan kondisi wajah mengeluarkan darah dan asap, beredar di WhatsApp. Video tersebut dibagikan dengan narasi bahwa demonstran penentang kebijakan Presiden Israel kepalanya terbakar dan mengeluarkan asap akibat nanochip dalam tubuhnya bertabrakan dengan jaringan 5G.
Berikut narasi lengkapnya:
“Selamat pagi. Beberapa demonstran di Israel yg menentang kebijakan presiden tiba2 kepalanya terbakar mengeluarkan asap putih dari mata, hidung, mulut dan telinga. Karna dalam tubuh mereka tertanan nano chip jadi ketika bertabrakan dengan gelombang frequency dari jaringan 5G maka akan ada reaksinya seperti ini bila elit menekan tombol on untuk beberapa orang yg dia ingin musnahkan
Nano chip berbeda dengan chip implan.”
Apa benar ini video demonstran penentang kebijakan Presiden Israel wajahnya terbakar dan mengeluarkan asap akibat nanochip dalam tubuhnya bertabrakan dengan jaringan 5G?
Tangkapan layar unggahan video dengan narasi yang mengklaim Demonstran Penentang Presiden Israel Kepalanya Terbakar dan Mengeluarkan Asap Akibat Nanochip Dalam Tubuhnya Bertabrakan dengan Jaringan 5G
PEMERIKSAAN FAKTA
Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim Cek Fakta Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut dengan menggunakan tool InVid. Selanjutnya penelusuran dilakukan dengan menggunakan reverse image tools Google dan Yandex.
Hasilnya, aksi demonstrasi dalam video tersebut terjadi di Irak pada 2019 untuk menentang Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi. Penyebab asap yang keluar dari kepala pengunjuk rasa adalah kapsul peluru gas air mata yang ditembakkan aparat keamanan menembus tengkorak korban.
Video yang identik dengan kualitas yang lebih baik pernah diunggah ke Youtube oleh kanal terverifikasi, Newsy, pada 12 November 2019 dengan judul, “'Non-Lethal' Crackdown On Protests Turns Deadly In Iraq.”
Menurut kanal tersebut, bukti menunjukkan sumber tak terduga dari korban pengunjuk rasa: tabung gas air mata ditembakkan langsung ke kerumunan.
Video analisis tewasnya dua orang demonstran akibat peluru gas air mata yang menembus tengkorak, juga pernah dimuat ke Youtube oleh kanal situs berita NBC News pada 19 November 2019 dengan judul, “Iraqi Protesters Dying From Tear Gas Canisters To The Skull | NBC News Now.”
Menurut NBC News, protes di Irak telah berdarah, merenggut ratusan nyawa dan melukai ribuan lainnya. Video yang dibagikan di media sosial menjadi semakin mengerikan. Emmanuelle Saliba dari NBC News menjalani proses menganalisis dan memverifikasi beberapa video ini yang mengungkapkan bagaimana pasukan keamanan menggunakan kekuatan mematikan untuk menindak pengunjuk rasa.
Menurut BBC News, salah seorang demonstran yang tewas setelah ditembak di wajahnya dengan tabung gas air mata yakni Safaa al Saray yang berusia 26 tahun.
Lebih dari 300 orang telah tewas dalam protes di Irak sejak dimulai pada awal Oktober. Beberapa dilaporkan tewas setelah ditembak di wajahnya dengan tabung gas air mata, seperti Safaa al Saray yang berusia 26 tahun yang memprotes kurangnya pekerjaan, diakhirinya dugaan korupsi dan layanan publik yang lebih baik.
Dilansir dari Kantor Berita Reuters, pasukan keamanan Irak membunuh empat pengunjuk rasa di Baghdad pada hari Jumat, menurut sumber polisi, dan secara paksa membubarkan para aktivis yang memblokir pelabuhan utama dekat Basra, ketika ulama terkemuka negara itu menyerukan reformasi pemilihan untuk mengakhiri kerusuhan.
Pasukan keamanan melepaskan tembakan dan menembakkan gas air mata ke pengunjuk rasa di jembatan pusat Baghdad, kata sumber polisi. Dua orang tewas akibat luka tembak dan dua orang akibat tabung gas air mata yang ditembakkan langsung ke kepala mereka. Sedikitnya 61 lainnya terluka.
Sedikitnya 330 orang telah tewas sejak dimulainya kerusuhan massal di Baghdad dan Irak selatan pada awal Oktober, demonstrasi terbesar sejak jatuhnya Saddam Hussein pada 2003.
Para pengunjuk rasa menuntut penggulingan pemerintah yang dianggap korup dan melayani kekuatan asing, sementara banyak warga Irak merana dalam kemiskinan tanpa pekerjaan, perawatan kesehatan, atau pendidikan.
Ulama Muslim Syiah terkemuka Irak, Ayatollah Ali al-Sistani, pada hari Jumat meminta para politisi untuk bergegas dalam mereformasi undang-undang pemilihan karena perubahan itu akan menjadi satu-satunya cara untuk menyelesaikan kerusuhan mematikan selama berminggu-minggu.
“Kami menegaskan pentingnya mempercepat pengesahan undang-undang pemilu dan undang-undang komisi pemilihan karena ini mewakili negara yang bergerak melewati krisis besar,” kata perwakilannya dalam khotbah di kota suci Kerbala.
KESIMPULAN
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, video dengan klaim demonstran penentang Presiden Israel kepalanya terbakar dan mengeluarkan asap akibat nanochip dalam tubuhnya bertabrakan dengan jaringan 5G, keliru. aksi demonstrasi dalam video tersebut terjadi di Irak pada 2019 untuk menentang Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi. Penyebab asap yang keluar dari kepala pengunjuk rasa adalah kapsul peluru gas air mata yang ditembakkan aparat keamanan menembus tengkorak korban.
TIM CEK FAKTA TEMPO