Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Keliru, Video yang Sebut All England 2021 Dihentikan di Tengah Jalan

Jumat, 26 Maret 2021 18:25 WIB

Keliru, Video yang Sebut All England 2021 Dihentikan di Tengah Jalan

Video yang berisi klaim bahwa turnamen bulu tangkis All England 2021 dihentikan di tengah jalan beredar di YouTube. Menurut klaim dalam video itu, All England dihentikan karena sikap diskriminatif yang dialami oleh Tim Nasional Bulu Tangkis Indonesia.

Video tersebut diunggah oleh kanal ini pada 19 Maret 2021. Video itu diberi judul "Karma Berlaku!! All England 2021 Akhirnya Dihentikan di Tengah Jalan Jika Terbukti Diskriminatif/Tidak?". Hingga artikel ini dimuat, video itu telah ditonton lebih dari 1 juta kali.

Gambar tangkapan layar video yang beredar di YouTube yang berisi klaim keliru soal All England 2021.

PEMERIKSAAN FAKTA

Untuk memeriksa klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula menonton video itu secara menyeluruh. Namun, dalam video itu, tidak ditemukan informasi bahwa All England 2021 dihentikan di tengah jalan. Video ini hanya berisi opini bahwa All England seharusnya dihentikan jika terbukti diskriminatif terhadap Tim Bulu Tangkis Indonesia.

Berikut narasi lengkap yang dibacakan dalam video itu:

"Seperti yang telah kita ketahui bersama jika Timnas Indonesia diperlakukan dengan tidak adil dalam ajang bergengsi Yonex All England Badminton Championships 2021. Namun, kalian tidak perlu khawatir gaes, pasalnya hukum karma pasti berlaku. Wakil Ketua Komisi X DPR Abdul Fikri Faqih memberikan komentarnya terkait insiden Tim Indonesia di All England. Menurut beliau, seluruh kontingen bulu tangkis Indonesia sudah dipastikan bebas dari Covid-19 berdasarkan hasil tes PCR yang disyaratkan panitia begitu tim tiba di Birmingham. Bahkan, tambah Fikri, tim Indonesia juga sudah mengikuti pertandingan sejak Rabu, 17 Maret 2021. Menurut dia, hal tersebut menimbulkan penilaian di publik bahwa alasan panitia mendepak Indonesia dari All England sangat tidak logis. Kepada media, Abdul Fikri Faqih mengatakan jika, "Dari kronologi kejadian, kita dapat melihat dengan jelas. Sebenarnya, alasan panitia mendepak Indonesia dari kejuaraan All England sangat tidak logis, karena seluruh tim Indonesia terbukti bebas Covid-19," kata Fikri seperti yang dikutip dari Kompas.com, 19 Maret 2021. "Padahal kalau mau adil, seluruh ajang All England sudah terpapar. Hal ini karena sudah tampilnya Tim Indonesia yang mestinya dikarantina. Seluruh rakyat Indonesia pastinya kecewa dengan perlakuan panitia All England dan otoritas Inggris. Ini harus disampaikan ke dunia agar tidak terulang lagi di kemudian hari," ucap Abdul Fikri Faqih seperti dikutip dari Tribunnews.com pada 19 Maret 2021. Alasan di atas, menurut dia, menimbulkan pula dugaan diskriminatif karena hanya Tim Indonesia yang didepak dari kejuaraan. Ini artinya, bukan tidak mungkin jika Al England 2021 ditiadakan jika pihak-pihak tersebut memang terbukti diskriminatif terhadap Tim Indonesia. Tergantung juga keputusan BWF sendiri. So, kita tunggu saja kejutan apa yang akan terjadi di depan."

Tempo kemudian menelusuri pemberitaan terkait gelaran All England 2021. Lewat cara ini, ditemukan informasi bahwa, meski Tim Bulu Tangkis Indonesia diminta mundur dari All England 2021, turnamen tersebut masih berlangsung hingga babak final terselesaikan. Tim Bulu Tangkis Jepang memborong empat dari lima gelar yang diperebutkan dalam ajang tersebut. Satu gelar lainnya menjadi milik Tim Malaysia.

Berdasarkan arsip berita Tempo, Jepang sebenarnya sudah mengamankan tiga gelar juara sebelum laga final All England dimulai di Utilita Arena, Birmingham, pada 21 Maret 2021, di mana All Japan Finals tersaji dari sektor ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran.

Rangkaian laga final All England 2021 dibuka dengan laga sesama ganda putra, Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe melawan Takeshi Kamura/Keigo Sonoda. Endo/Watanabe mempertahankan gelar juaranya setelah menang dengan skor 21-15, 17-21, 21-11, demikian catatan resmi BWF.

Selanjutnya, pada duel di sektor ganda putri, unggulan pertama sekaligus juara bertahan Yuki Fukushima/Sayaka Hirota berjumpa unggulan kedua Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara. Dalam pertandingan antara unggulan teratas ganda putri itu, Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara berhasil merebut gelar juara setelah menang 21-18, 21-16.

Di partai selanjutnya, pemain tunggal putri Jepang unggulan kedua Nozomi Okuhara menang atas wakil Thailand, Pornpawee Chochuwong. Pada pertandingan berikutnya, di sektor tunggal putra, pemain Malaysia Lee zii Jia yang menjadi unggulan keenam berhasil menaklukkan juara bertahan Viktor Axelsen dalam duel yang berlangsung sengit.

All Japan Finals kembali berlanjut di partai penutup ketika Yuta Watanabe/Arisa Higashino menumbangkan Yuki Kaneko/ Misaki Matsutomo. Dengan hasil tersebut, Yuta Watanabe pun meraih dua gelar juara dalam ajang All England 2021.

Kanal YouTube resmi Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF), BWF TV, pun menayangkan seluruh hasil laga final ajang All England 2021 itu. Satu di antaranya adalah laga final ganda campuran yang mempertemukan sesama Tim Jepang, Watanabe/Higashino melawan Kaneko/Matsutomo, yang diunggah pada 22 Maret 2021 dengan judul "An all Japanese mixed doubles final where Watanabe/Higashino contest unseeded pair Kaneko/Matsutomo".

Tim Bulu Tangkis Indonesia sendiri harus mundur dari All England 2021, walaupun sudah ada tiga wakil Indonesia yang bertanding dan lolos ke babak kedua. Berdasarkan arsip berita Tempo, Tim Indonesia diharuskan mundur dari turnamen BWF World Tour level Super 1000 itu setelah 20 dari 24 anggota menerima surat elektronik dari otoritas kesehatan Inggris (NHS) yang mengabarkan bahwa salah satu penumpang dalam pesawat yang mereka tumpangi dari Istanbul ke Birmingham dinyatakan positif Covid-19.

Mereka diwajibkan menjalani isolasi mandiri di hotel selama 10 hari terhitung mulai 13-23 Maret. Skuad Merah Putih sebelumnya sudah menjalani tes Covid-19 setiba di Birmingham pada 13 Maret dan seluruhnya mendapati hasil negatif. Namun, sesuai dengan regulasi pemerintah Inggris tentang penelusuran kontak erat positif Covid-19, perjuangan timnas Indonesia harus berhenti di tengah jalan.

BWF pun dinilai gagal menyelenggarakan kompetisi karena tidak dapat mengantisipasi kejadian tak terduga seperti yang harus dialami Tim Indonesia. Presiden BWF Poul-Erik Hoyer Larsen telah meminta maaf kepada masyarakat perihal insiden mundurnya Tim Indonesia dari ajang All England 2021. Permintaan maaf itu disampaikan melalui surat yang ditujukan kepada Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali.

"Saya dengan tulus meminta maaf atas kesulitan dan kekecewaan yang ditimbulkan kepada para pemain dan tim Indonesia. Atas nama seluruh keluarga BWF, saya mohon maaf kepada Bapak Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia, Menteri Pemuda dan Olahraga, Menteri Luar Negeri, Duta Besar untuk Inggris Raya, pejabat pemerintah, presiden PBSI dan rakyat Indonesia, serta khususnya komunitas dan basis penggemar bulutangkis Indonesia yang lebih luas," tulis Poul-Erik.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, video yang berisi klaim bahwa All England 2021 dihentikan di tengah jalan itu keliru. Dalam video itu, tidak ditemukan informasi bahwa All England 2021 dihentikan di tengah jalan. Video ini hanya berisi opini bahwa All England seharusnya dihentikan jika terbukti diskriminatif terhadap Tim Bulu Tangkis Indonesia. Tim Indonesia memang diharuskan mundur dari turnamen tersebut setelah 20 dari 24 anggota menerima surat elektronik dari otoritas kesehatan Inggris (NHS) yang mengabarkan bahwa salah satu penumpang dalam pesawat yang mereka tumpangi dari Istanbul ke Birmingham dinyatakan positif Covid-19. Namun, All England 2021 tetap berjalan hingga seluruh laga final selesai.

TIM CEK FAKTA TEMPO

Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id