Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sesat, Pesan Berantai tentang 4 Vaksin Covid-19 Cina Duduki Peringkat Teratas Vaksin Teraman

Senin, 22 Maret 2021 12:08 WIB

Sesat, Pesan Berantai tentang 4 Vaksin Covid-19 Cina Duduki Peringkat Teratas Vaksin Teraman

Pesan berantai yang berisi klaim bahwa vaksin Covid-19 dari Cina menduduki empat peringkat teratas vaksin paling aman di antara vaksin-vaksin Covid-19 lainnya yang sudah digunakan beredar di grup-grup percakapan WhatsApp. Menurut pesan itu, informasi tersebut berasal dari situs media asing The New York Times edisi 5 Februari 2021, yang tautannya juga dicantumkan dalam pesan ini.

"Report by The New York Times on Feb 5, 2021. In the safety ranking, the top four are all Chinese vaccines: Sinopharm (China), Sinovac (China), Kexing (China), Can Sino (China), AstraZeneca (UK), Pfizer (United States and Germany), Modena (United States), Johnson & Johnson (United States), Novavax (United States), Satellite 5 (Russia). Sinopharm has two vaccines, ranking first and second respectively," demikian narasi dalam pesan itu.

Gambar tangkapan layar pesan berantai yang beredar di WhatsApp yang berisi klaim sesat terkait vaksin Covid-19.

PEMERIKSAAN FAKTA

Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo membandingkan narasi dalam pesan berantai itu dengan isi artikel The New York Times edisi 5 Februari 2021 yang tautannya juga dicantumkan dalam pesan ini. Namun, artikel berjudul "It’s Time to Trust China’s and Russia’s Vaccines" tersebut tidak menyebut vaksin dari Cina menduduki empat peringkat teratas vaksin paling aman di antara semua vaksin yang telah beredar.

Artikel opini itu ditulis oleh Achal Prabhala dan Chee Yoke Ling. Prabhala adalah aktivis kesehatan masyarakat asal India yang mempromosikan distribusi vaksin Covid-19. Sementara Ling adalah seorang pengacara publik dari Malaysia yang telah bekerja selama satu dekade untuk meningkatkan akses terhadap obat-obatan di Cina.

Dalam artikel tersebut, tertulis pendapat keduanya tentang bagaimana vaksin-vaksin yang diproduksi oleh Cina dan Rusia (sebentar lagi India) semakin banyak digunakan untuk mengatasi kekurangan vaksin asal Amerika Serikat dan Eropa, seperti Moderna, Pfizer, dan AstraZeneca, yang dianggap paling baik.

Meskipun awalnya vaksin dari Cina dan Rusia diragukan kemampuannya, sejumlah publikasi di jurnal sains menunjukkan bahwa vaksin dari dua negara ini aman dan bermanfaat. Vaksin Cina dan Rusia kini banyak didistribusikan ke negara-negara berkembang yang tidak memiliki banyak akses terhadap vaksin-vaksin Barat.

Menurut People's Vaccine Alliance, sebuah koalisi organisasi yang menyerukan akses yang lebih luas dan adil terhadap vaksin di seluruh dunia, sebagian besar vaksin yang diproduksi Barat telah dibeli oleh negara-negara kaya mulai awal Desember, semua vaksin Moderna dan 96 persen vaksin Pfizer.

Gavi, sebuah aliansi vaksin, memiliki beberapa vaksin Barat yang telah dipesan. Namun, pada awal Februari, mereka diperkirakan hanya dapat mengirimkan 110-122 juta dosis vaksin AstraZeneca dan 1,2 juta dosis dari Pfizer selama kuartal pertama tahun ini. Padahal, ada 145 negara yang telah mendaftar ke Gavi untuk mendapatkan vaksin Covid-19.

Terlebih lagi, sebagian besar perusahaan farmasi besar Barat telah menolak melisensikan vaksin mereka kepada produsen non-Barat, dan beberapa negara kaya memblokir proposal dari India dan Afrika Selatan, karena Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) untuk sementara menangguhkan beberapa perlindungan kekayaan intelektual untuk vaksin dan perawatan yang terkait Covid-19.

Di sisi lain, menurut analisis data dari firma analitik Airfinity, Sinovac telah menandatangani kesepakatan untuk mengekspor lebih dari 350 juta dosis vaksinnya ke 12 negara tahun ini; Sinopharm, sekitar 194 juta dosis ke 11 negara; dan Sputnik V, sekitar 400 juta dosis ke 17 negara.

Ketiga produsen tersebut telah menyatakan secara terbuka bahwa mereka akan memiliki kapasitas untuk memproduksi masing-masing hingga 1 miliar dosis pada 2021. Ketiganya pun telah melisensikan vaksin mereka ke produsen lokal di beberapa negara.

Berikut ini sebagian terjemahan dari artikel tersebut:

Awalnya, vaksin Cina dan Rusia diragukan di Barat dan media global lainnya, sebagian karena persepsi bahwa mereka lebih inferior ketimbang vaksin yang diproduksi oleh Moderna, Pfizer, atau AstraZeneca. Dan persepsi itu tampaknya sebagian berasal dari fakta bahwa Cina dan Rusia adalah negara otoriter.

Tapi, berdasarkan bukti yang telah terkumpul hingga saat ini, vaksin dari negara-negara tersebut juga bekerja dengan baik. Pekan ini, jurnal medis terkemuka The Lancet menerbitkan hasil sementara dari uji coba tahap akhir yang menunjukkan bahwa Sputnik V, vaksin Rusia, memiliki tingkat kemanjuran 91,6 persen. Temuan yang telah dikonfirmasi tersebut dirilis pada pertengahan Desember oleh pengembang vaksin, Gamaleya Center dan Dana Investasi Langsung Rusia.

Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Mesir, Yordania, Irak, Serbia, Maroko, Hongaria, dan Pakistan telah menyetujui vaksin Sinopharm dari China, pada pertengahan Januari, 1,8 juta orang di UEE telah menerimanya. Bolivia, Indonesia, Turki, Brasil, dan Chili telah menyetujui dan mulai menyuntikkan vaksin Cina lainnya, dari Sinovac. Sputnik V akan didistribusikan di lebih dari selusin negara di Eropa, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin.

Ketika negara-negara tersebut menguji vaksin-vaksin ini, mereka membuat keputusan yang tepat, berdasarkan bukti tentang keamanan dan kemanjuran yang dirilis oleh produsen Cina dan Rusia, sebagian besar juga diterbitkan dalam jurnal ilmiah yang telah ditinjau sejawat seperti The Lancet dan JAMA, atau setelah menjalankan uji coba independen terhadap vaksin tersebut. Beberapa di antaranya memiliki sistem peraturan kesehatan yang setara dengan yang ada di AS atau Eropa.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, pesan berantai yang berisi klaim bahwa vaksin Covid-19 dari Cina menduduki empat peringkat teratas vaksin paling aman, menyesatkan. Pesan berantai ini menyebut informasi itu berasal dari The New York Times. Namun, artikel The New York Times yang tautannya juga dicantumkan dalam pesan tersebut tidak membahas mengenai daftar vaksin Covid-19 yang paling aman. Artikel opini itu membahas mengenai ketimpangan akses terhadap vaksin Covid-19 dari negara-negara Barat, dan vaksin dari Cina serta Rusia bisa menjadi solusi bagi negara-negara miskin dan berkembang untuk mendapatkan vaksin Covid-19. Menurut penelitian terbaru, vaksin Cina dan Rusia telah teruji aman.

TIM CEK FAKTA TEMPO

Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id