Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Pria di Foto Ini Meninggal Akibat Bersepeda Pakai Masker?

Rabu, 1 Juli 2020 19:10 WIB

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Pria di Foto Ini Meninggal Akibat Bersepeda Pakai Masker?

Foto yang memperlihatkan seorang pria berbaju oranye yang terbaring di tandu beredar di media sosial. Di samping pria itu, terdapat pria lain yang mengenakan helm sepeda. Menurut narasi yang tertulis di bawah foto tersebut, pria itu merupakan seorang pesepeda yang meninggal akibat memakai masker saat gowes.

Berikut narasi yang tercantum di bawah foto tersebut:

"Innalillahi wainnaillaihi rojiun..

Korban gowes pake masker td pagi dibelakang citragrand ..

A.n kol.laut (T) DIDIK HARI PRASETYO..

Semoga amal ibadahnx diterima Allah swt.

NOTE:Mengingatjan rekan2 klo bersepeda jgn pake masker sebab jantung perlu oksigen yg banyak.

Dengan pake masker terhalang oksigen masuk ke jantung dan paru2.."

Di Facebook, salah satu akun yang membagikan foto tersebut adalah akun Ghazali, yakni pada 29 Juni 2020. Akun ini menuliskan narasi, “Bujuran kah ini beritanya, jangan menggunakan masker saat bersepada..” Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah direspons lebih dari 300 kali, dikomentari sebanyak 96 kali, dan dibagikan sebanyak 19 kali.

Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Ghazali.

Apa benar pria dalam foto di atas meninggal akibat memakai masker saat bersepeda?

PEMERIKSAAN FAKTA

Dilansir dari Kompas.com, Kapolsek Pondok Gede Komisaris Hersiantory mengatakan pria dalam foto tersebut yang bernama Didik Hari Prasetyo itu meninggal akibat penyakit jantung yang dideritanya. Ia menegaskan Didik meninggal bukan karena menggunakan masker saat bersepeda.

"Bapak ini mempunyai riwayat jantung dari keluarganya. Bukan gara-gara masker, sama saja nanti ajak orang tidak menggunakan masker,” ujar Hersiantory pada 22 Juni 2020.

Hersiantory menuturkan, awalnya, Didik bersepeda dengan teman-temannya dari Perumahan Kranggan Permai dengan rute Jalan Raya Kranggan-Alternatif Cibubur-Kampung Cimatis. Setelah sampai Kampung Cimatis, Jalan Katelia, Kranggan Permai, Didik mengalami sesak napas.

Kemudian, ia memilih untuk beristirahat di pinggir jalan hingga akhirnya ketinggalan rombongan. "Kemudian, saat ditemukan, dia sudah tidak sadarkan diri. Pada saat berolahraga, korban tidak membawa identitas diri," ujar Hersiantory.

Warga yang menemukan Didik pun membawanya ke Rumah Sakit Mitra Keluarga Cibubur. Namun, saat perjalanan ke rumah sakit, Didik dinyatakan meninggal dunia. Hersiantory mengimbau pesepeda untuk tidak memaksakan diri jika mula tidak nyaman atau sesak napas saat bersepeda.

Dikutip dari Kompas.com, terapis fisik sekaligus ahli kebugaran bersertifikasi dari Movement Vault Amerika Serikat, Grayson Wickham, menyebut bahwa olahraga dengan masker pada umumnya aman. "Kebanyakan orang bisa melakukan berbagai gerakan olahraga dengan memakai masker," kata Wickham pada 27 Mei 2020.

Namun, Wickham berpesan, perhatikan kondisi fisik saat berolahraga dengan memakai masker, terutama bagi mereka yang baru mulai berolahraga atau setelah rehat cukup lama dari rutinitas berolahraga. "Perhatikan ketika merasakan sakit kepala ringan, pusing, kesemutan, atau sesak napas saat berolahraga dengan memakai masker," katanya.

Selain itu, menurut Wickham, pemilik penyakit jantung, stroke, asma, gangguan paru-paru, serta bronkitis perlu ekstra hati-hati saat berolahraga dengan memakai masker. Penderita penyakit kardiovaskular dan pernapasan perlu berkonsultasi ke dokter saat ingin berolahraga di luar rumah di tengah pandemi, terlebih sambil memakai masker, mengingat keduanya termasuk golongan yang rentan saat terinfeksi Covid-19. "Penting bagi penderita kardiovaskular dan masalah pernapasan untuk memastikan aspek keamanan," ujar Wickham.

Berdasarkan artikel cek fakta Tempo, dokter spesialis olahraga Michael Triangto menuturkan, dengan memakai masker saat berolahraga, seseorang akan merasa napasnya kurang lega, sesak, dan tidak nyaman. Hal ini wajar karena tujuan utama dari penggunaan masker adalah untuk melindungi dari kemungkinan terinfeksi virus.

"Juga melindungi orang lain dari kemungkinan kita menginfeksi mereka, terutama bila kita sedang tidak sehat," ujarnya pada 2 Juni 2020. Apalagi jika memakai masker saat berolahraga dengan intensitas yang berat, hal itu wajar. Hal yang tidak wajar adalah mengapa mereka harus berolahraga berat?

Dalam Panduan Hidup Aktif Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga (PDSKO), terdapat penjelasan mengenai kurva huruf "J", yaitu hubungan antara intensitas olahraga dan risiko mengalami infeksi penyakit. Bila berolahraga dengan intensitas ringan sampai sedang, risiko yang dihadapi rendah. Sedangkan jika berolahraga dengan intensitas berat, risiko terinfeksi, termasuk Covid-19, dan cedera tinggi.

Dari penjelasan tersebut, Michael menyarankan, sebelum berolahraga, seseorang harus mengetahui dengan jelas tujuannya. Jika tujuannya untuk sehat, ia hanya boleh berolahraga dengan intensitas ringan sampai sedang sehingga tidak akan terganggu dengan penggunaan masker. Bagi yang ingin berolahraga berat, menurut Michael, tentunya tidak bisa dilarang.

Namun, ia menyarankan untuk melakukannya di rumah. "Sehingga tidak diwajibkan menggunakan masker dan kemungkinan untuk terinfeksi maupun menginfeksi dari dan ke orang lain sedikit," tuturnya. Yang perlu dipahami, berolahraga dengan intensitas berat hanya diperuntukkan bagi atlet yang akan bertanding. Tujuan kesehatan bukanlah menjadi prioritas utamanya.

Terkait masker, menurut Michael, penggunaan masker jenis N95 akan sangat mempengaruhi fungsi pernapasan karena hanya diperuntukkan bagi petugas medis. Sementara masker bedah lebih rendah kemampuan menyaring udaranya, sehingga pemakaiannya tidak terlalu menyesakkan. "Dan masker kain lebih nyaman saat dipakai. Untuk berolahraga di luar ruangan, lebih dianjurkan menggunakan masker bedah atau masker kain," ujarnya.

Michael juga menjelaskan manfaat lain dari penggunaan masker, selain mencegah penularan infeksi. Secara teoritis, kurangnya oksigen yang masuk ke paru-paru dapat melatih pemakai masker untuk terbiasa dengan oksigen yang tipis. Tapi hal ini membutuhkan waktu adaptasi yang panjang. "Untuk itu, masih dibutuhkan banyak penelitian tentang penggunaan masker saat berolahraga, termasuk pula lama penggunaannya," katanya.

Michael pun menyimpulkan bahwa berolahraga yang sehat cukup dilakukan dengan intensitas yang ringan sampai sedang. Dengan demikian, penggunaan masker saat berolahraga tidak akan mempersulit sistem pernapasan. "Ini tidak akan menimbulkan gangguan kesehatan, atau menyebabkan kematian. Kecuali bagi yang memiliki gangguan kesehatan, misalnya TBC paru," tuturnya.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa pria dalam foto di atas, Didik Hari Prasetyo, meninggal akibat memakai masker saat bersepeda keliru. Didik meninggal akibat penyakit jantung yang dideritanya.

ZAINAL ISHAQ

Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id