[Fakta atau Hoaks] Benarkah Mahasiswa Ini Meninggal karena Makan Mi Instan Tiap Malam?
Kamis, 2 Januari 2020 12:31 WIB
Informasi bahwa ada seorang mahasiswa yang meninggal karena kanker perut akibat mengkonsumsi mi instan setiap malam beredar di media sosial. Informasi itu diunggah salah satunya oleh akun Facebook Cahaya Muslimah pada Kamis, 19 Desember 2019. Hingga kini, unggahan itu telah dibagikan lebih dari 4 ribu kali.
Unggahan akun itu berisi tautan artikel dari blog Kabarmus-lim yang berjudul "Tiap Malam Makan Mi Instan, Mahasiswa Meninggal karena Kanker Perut". Terdapat foto yang menyertai artikel itu, yakni foto remaja laki-laki yang terkapar dan mengeluarkan buih dari mulutnya. Di atas perut remaja itu, terdapat semangkok mi kuah.
Menurut artikel itu, mahasiswa yang meninggal tersebut berusia 18 tahun dan berasal dari Taiwan. Ia makan mi instan setiap hari sejak SMA. Setelah lulus SMA dan mulai memasuki bangku perkuliahan, ia didiagnosis menderita kanker perut. Artikel ini diklaim bersumber dari situs Shanghaiist.
Artikel serupa pun pernah dimuat oleh beberapa media arus utama, seperti Detik.com, Tribunnews, dan Grid.id. Situs kesehatan, Doktersehat.com, juga pernah mempublikasikan artikel tersebut.
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Cahaya Muslimah yang memuat kabar hoaks mengenai mahasiswa Taiwan yang meninggal karena kanker perut akibat makan mi instan setiap malam.
Artikel cek fakta ini akan memeriksa tiga hal:
- Benarkah isi artikel blog itu bersumber dari situs Shanghaiist?
- Benarkah remaja laki-laki dalam foto yang menyertai artikel itu adalah mahasiswa Taiwan yang meninggal karena sering mengkonsumsi mi instan?
- Benarkah mi instan menyebabkan kanker perut?
PEMERIKSAAN FAKTA
Terkait isi artikel blog
Tim CekFakta Tempo meneliti isi artikel blog Kabarmus-lim tersebut. Artikel ini dipublikasikan pada Desember 2018. Namun, artikel itu hanya menyebut bahwa informasi yang mereka muat berasal dari situs Shanghaiist tanpa menyertakan tautan ke artikel yang dirujuk. Selain itu, tidak disebutkan nama mahasiswa yang dimaksud, tahun kejadian, serta asal universitas si mahasiswa.
Tempo pun menelusuri situs Shanghaiist, baik Shanghai.ist maupun Shanghaiist.com. Namun, ketika Tempo memasukkan kata kunci "Taiwanese teenager dies of stomach cancer after eating instant noodles" ke kolom pencarian situs tersebut, tidak ditemukan artikel yang dimaksud.
Setelah ditelusuri, blog Kabarmus-lim juga tidak memuat keterangan siapa pemiliknya. Artikel-artikel yang diunggah dalam blog itu pun hanya mengutip dari situs lain. Bahkan, beberapa artikel di antaranya tidak menyebutkan sumber yang dirujuk. Dengan demikian, blog ini bukanlah blog yang kredibel.
Tempo kemudian mencari berita pembanding dengan memasukkan kata kunci "Taiwanese teenager dies of stomach cancer after eating instant noodles" ke mesin pencarian Google. Hasilnya, artikel serupa pernah dipublikasikan dalam bahasa Inggris oleh situs Pinoynewz, yakni pada 13 Desember 2019, dengan menyebutkan nama dokter yang merawat mahasiswa itu.
Namun, isi artikel di situs Pinoynewz itu telah dipatahkan oleh organisasi pengecek fakta Lead Stories. Menurut Lead Stories, selain artikel yang dirujuk oleh situs tersebut tidak ditemukan, tidak ada pula penelitian medis yang menemukan hubungan langsung antara mengkonsumsi mi setiap hari dan kanker perut.
Lead Stories juga menyatakan bahwa tidak ada satu pun catatan online tentang dokter yang disebutkan dalam artikel di situs Pinoynewz itu. Menurut Lead Stories, kabar tersebut telah beredar sejak 2018.
Berdasarkan penelusuran di atas, dapat disimpulkan bahwa klaim mengenai adanya mahasiswa di Taiwan yang menderita kanker lambung mengkonsumsi mi instan setiap hari tidak bisa dibuktikan.
Gambar tangkapan layar artikel organisasi pengecek fakta Lead Stories tentang kabar hoaks mengenai mahasiswa Taiwan yang meninggal karena kanker perut akibat makan mi instan setiap malam.
Terkait foto remaja pria
Untuk mengecek foto tersebut, Tim CekFakta Tempo menggunakan reverse image tools Google. Dengan cara itu, Tempo menemukan bahwa foto tersebut pernah beredar pada Agustus 2016 dalam artikel yang dipublikasikan oleh blog Aku adalah Wanita.
Artikel itu berjudul "Waspadalah!! JIka Tidak Mau Kejadian Seperti Ini, Kini Telah Beredar 'MIE INSTAN' Kemasan 'Indomie Goreng' yang diduga palsu". Isi artikel tersebut berbeda dengan isi artikel di blog Kabarmus-lim. Artikel tersebut mengklaim bahwa foto remaja pria tersebut terkait dengan beredarnya Indomie palsu.
Foto yang sama pernah tersebar kembali pada 2017, salah satunya oleh blog News Daily212. Foto dan artikel yang dimuat oleh kedua blog Aku adalah Wanita serta blog News Daily 212 itu rupanya bersumber dari unggahan akun Facebook Gustarika Lanny pada 2015. Namun, akun itu telah meralat unggahannya pada 27 Agustus 2015 dengan menyatakan bahwa tidak ada Indomie palsu di pasaran.
“Guys...sori ternyata tidak beredar indomie goreng palsu. Tadi siang saya abis ketemuan sama pak Stefanus selaku GM corporate communications dan Pak Naiktua selaku BPDQC Manager n PR-nya di po*olo cafe untuk klarifikasi ttg upload-an sya bbrp hari lalu."
Indofood juga telah mengklarifikasi tuduhan mengenai adanya Indomie palsu itu. General Manager Corporate Communication PT Indofood Sukses Makmur Tbk, Stefanus Indrayana, menjelaskan bahwa mesin produksi mereka bervariasi sehingga ada sedikit perbedaan dalam kemasan Indomie. Hal itu, kata dia, juga menyebabkan urutan bumbu Indomie berbeda-beda.
"Jadi, itu produk kami. Kalau berbeda, memang ya karena biasa kan, ada varian, atau lain produksi, jadi mungkin capnya enggak sama. Biasalah. Ini termasuk soal itu juga (perbedaan letak bumbu)," kata Stefanus seperti dikutip dari laman Kompas.com.
Berdasarkan penelusuran di atas, foto remaja laki-laki yang diklaim sebagai mahasiswa Taiwan yang mengalami kanker lambung karena mengkonsumsi mi instan setiap hari juga tidak bisa dibuktikan dan tidak memiliki rujukan dari sumber yang kredibel.
Benarkah mi instan menyebabkan kanker?
Berdasarkan arsip pemberitaan Tempo pada 10 September 2018, Pelaksana Tugas Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Tetty H. Sihombing, pernah menanggapi informasi bahwa mi instan di Indonesia mengandung zat penyebab kanker, yakni benzopirene.
Informasi yang beredar tersebut menjelaskan bahwa, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Korea Food and Administration (KFDA), ditemukan zat penyebab kanker, benzopirene, dalam mi instan. Zat tersebut ditemukan dalam merek yang dibuat oleh Nong Shim Company.
"Kami tidak menemukan data bahwa kandungan zat dalam mi instan tersebut dapat dikaitkan langsung dengan penyebab kanker," ujar Tetty pada 8 September 2018. "Yang diisukan berbahaya juga adalah monosodium glutamat (MSG), methyl p-hydroxbenzoate, dan asam benzoat."
MSG merupakan penguat rasa yang memiliki acceptable daily intake (ADI) not specified. Artinya, bila dikonsumsi setiap hari dalam jumlah wajar, tidak menimbulkan bahaya bagi kesehatan. Sedangkan methyl p-hydroxbenzoate atau metil paraben adalah pengawet yang diizinkan dalam produk pangan dengan jumlah tertentu.
"Namun, ada beberapa data yang menunjukkan bahwa beberapa orang tertentu sensitif terhadap MSG. Sampai saat ini, belum ada bukti ilmiah yang sahih bahwa MSG dan metil paraben dapat merusak usus dan liver atau menyebabkan maag," kata Tetty.
Metil paraben, kata dia, juga digunakan untuk mengawetkan kecap yang merupakan bumbu pelengkap dari mi instan varian tertentu. Ada beberapa negara lain yang menggunakan metil paraben itu, seperti Taiwan, yang tidak mengatur penggunaannya pada mi instan.
"Terkait pesan tersebut, diharapkan masyarakat tidak resah dan meragukan keamanan mi instan yang beredar di Indonesia. Dan konsumsilah dengan bijak," ujar Tetty. Pesan tersebut beredar melalui aplikasi perpesanan seperti WhatsApp serta media sosial Facebook, Twitter, dan lainnya.
KESIMPULAN
Berdasarkan pemeriksaan fakta di atas, klaim bahwa seorang mahasiswa meninggal karena kanker perut akibat mengkonsumsi mi instan setiap malam keliru tidak berdasarkan bukti yang akurat. Artikel yang memuat klaim itu serta foto yang menyertainya telah dibagikan ulang sejak 2016 dengan narasi yang berbeda-beda.
IBRAHIM ARSYAD | IKA NINGTYAS
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cekfakta ini? Kirimkan ke [email protected]