Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Keliru, Klaim Angka 19 pada Nama COVID-19 Bermakna Artificial Intelligence

Senin, 4 November 2024 17:58 WIB

Keliru, Klaim Angka 19 pada Nama COVID-19 Bermakna Artificial Intelligence

Sebuah video beredar di Instagram [arsip] memuat klaim bahwa angka 19 pada nama penyakit Covid-19 punya arti artificial intelligence atau kecerdasan buatan. 

Video itu memperlihatkan Dharma Pongrekun yang kini menjadi calon Gubernur DKI Jakarta, menjadi pembicara dalam sebuah siniar atau podcast. Dharma mengatakan kata Covid adalah singkatan dari certificate of vaccine identity digital. Sementara angka 19 dalam kata Covid-19, angka 1 mewakili huruf A dan sembilan menandakan huruf ke-19, yakni I. Sehingga angka 19 dalam nama Covid-19, sebenarnya adalah AI atau artificial intelligence.

Namun, benarkah angka 19 dalam kata Covid-19 berarti AI?

PEMERIKSAAN FAKTA

Video lengkap siniar tersebut bisa ditemukan di saluran YouTube Merry Riana (arsip), yang diunggah tanggal 30 Oktober 2024. Dalam siniar, Merry mewawancarai Dharma sebagai calon gubernur DKI Jakarta.

Dalam siniar itu, Dharma menyatakan ketidakpercayaannya pada keberadaan virus dan pandemi COVID-19. Dia mengklaim pandemi COVID-19 telah didesain elit global untuk mengintervensi bangsa Indonesia, dan masyarakat dianjurkannya tak khawatir virus akan mengganggu kesehatan mereka.

Namun, sesungguhnya penamaan COVID-19 berdasarkan nama virus dan tahun kemunculan virus tersebut. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), virus tersebut pertama kali merebak di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina pada akhir tahun 2019. Sehingga saat itu, virus disebut sebagai “2019 novel coronavirus”. Kemudian nama virus dan penyakit yang ditimbulkannya mendapatkan namanya masing-masing.

Nama virusnya severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 atau disingkat dengan SARS-CoV-2. Nama ini dipilih karena virus ini secara genetik terkait dengan virus corona yang bertanggung jawab atas wabah SARS pada tahun 2003.  

Sedangkan penyakit yang disebabkan virus tersebut disebut coronavirus disease (COVID) yang memiliki arti ‘penyakit dari virus Corona’. Dengan demikian, COVID-19 merupakan kependekan dari ‘CO’ merupakan singkatan dari ‘Corona’, ‘VI’ merupakan singkatan dari ‘virus’, ‘D’ merupakan singkatan Disease (penyakit), sedangkan ‘19’ merujuk pada ‘2019’.

Namun kemudian WHO menyebut virus itu dalam berbagai publikasi sebagai virus COVID-19, tanpa menyertakan SARS. Hal itu bertujuan menghindarkan masyarakat dari kepanikan berlebih dan kenangan pahit merebaknya wabah SARS pada tahun 2003, terutama di Asia yang menerima dampak paling parah.

Penamaan virus dilakukan sebuah lembaga internasional bernama Kelompok Studi Virus Korona dari Komite Internasional Taksonomi Virus (International Committee on Taxonomy of Viruses/ICTV). Mereka memberi nama untuk virus yang baru ditemukan, berdasarkan hirarki taksonomi alias pemeringkatan berbagai kelompok atau taksa, yang menjadi dasar klasifikasi organisme.

Mulanya penamaan SARS-Cov-2 menimbulkan pro-kontra di kalangan peneliti dan ahli kesehatan. Beberapa peneliti meminta lembaga tersebut mengubah nama SARS-Cov-2 sebab SARS adalah nama penyakit. Nama virus SARS-CoV-2 dapat menyiratkan bahwa ia menyebabkan SARS atau yang serupa, terutama bagi para ilmuwan yang tak mendalami virologi maupun publik. Argumen lain karena nama tersebut tidak konsisten dengan nama penyakit yang dipilih oleh WHO, COVID-2019. Secara ilmiah, urutan genom virus SARS-CoV-2 berbeda dari virus korona seperti SARS atau terkait SARS lainnya.

Sementara sejumlah pakar lainnya menganggap penamaan SARS-CoV-2 sudah tepat. Dalam artikel tanggapan mereka, Penggunaan SARS dalam penamaan SARS-CoV-2 tidak berasal dari nama penyakit SARS tetapi merupakan perluasan alami dari praktik taksonomi untuk virus dalam spesies SARS. Penggunaan SARS untuk virus dalam spesies ini, terutama mengacu pada hubungan taksonomi mereka dengan virus pendiri spesies ini, SARS-CoV. Dengan kata lain, virus dalam spesies ini dapat diberi nama SARS terlepas dari apakah virus tersebut menyebabkan penyakit seperti SARS atau tidak.

Hubungan antara nama patogen virus dan penyakit terkaitnya bersifat kompleks. Meskipun Komite Internasional Taksonomi Virus bertanggung jawab untuk menamai spesies virus, WHO bertanggung jawab untuk menamai penyakit yang disebabkan oleh virus yang baru muncul tersebut. Karena berbagai alasan, nama penyakit dan patogen virus penyebabnya dapat berbeda, seperti yang dicontohkan oleh sindrom imunodefisiensi (AIDS) dan virus imunodefisiensi manusia (HIV).

KESIMPULAN

Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan angka 19 dalam kata Covid-19 bermakna AI adalah klaim keliru.

Covid adalah singkatan dari Coronavirus Disease dan 19 bermakna virus tersebut ditemukan pada tahun 2019.

TIM CEK FAKTA TEMPO

**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]