Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Tidak Ada Orang dengan Gangguan Jiwa yang Meninggal Karena Covid-19?

Kamis, 24 September 2020 18:39 WIB

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Tidak Ada Orang dengan Gangguan Jiwa yang Meninggal Karena Covid-19?

Klaim bahwa tidak ada orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang meninggal karena Covid-19 beredar di media sosial. Klaim ini tercantum dalam foto seorang pria dengan rambut panjang dan berantakan. Dalam foto itu, tertulis pula perbandingan antara kondisi ODGJ tersebut dengan orang normal di masa pandemi Covid-19. Di Facebook, foto ini dibagikan salah satunya oleh akun Taupan Saepul Bahri, yakni pada 21 September 2020.

"Sampai Detik ini Blm ada denger orang gila mati akibat terkena penyakit Corona. Padahal gak pernah mandi, gak pernah Cuci Tangan, makan gak teratur, Gak pake Masker, Tidur di sembarang tempat. Orang Waras malah bingung Rebutan Masker, Posting Berita menakutkan, Ketakutan Sendiri, Yang Gila tetap sehat, yang Sehat udah seperti orang gila," demikian narasi yang tercantum dalam foto tersebut.

Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Taupan Saepul Bahri.

Apa benar tidak ada ODGJ yang meninggal karena Covid-19?

PEMERIKSAAN FAKTA

Berdasarkan verifikasi Tim CekFakta Tempo, virus Corona baru penyebab Covid-19 bisa menginfeksi siapa saja, termasuk orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Sejumlah daerah mencatat kasus infeksi Covid-19 yang diderita oleh ODGJ, di mana beberapa di antaranya meninggal dunia. Bahkan, ditemukan kelompok ODGJ yang cukup rentan terinfeksi dan menjadi pembawa virus (orang tanpa gejala atau OTG).

Dilansir dari Radar Jogja, Direktur Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta Ahmad Akhadi menjelaskan bahwa ODGJ termasuk dalam kelompok berisiko tinggi, terutama ODGJ terlantar atau menggelandang. Menurut Guru Besar Kesehatan Jiwa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Soewadi, seperti dikutip dari Tirto, ada kelompok ODGJ yang kebal, ada pula kelompok ODGJ yang rentan.

ODGJ yang paling berat tingkatannya adalah skizofrenia undifferentiated atau tidak terdiferensiasi. Pada penderita dengan tingkatan ini, kata Soewadi, memiliki alam kesadaran hidup mereka sendiri dan biasanya menggelandang. Mereka tidak memiliki rasa takut, cemas, atau gelisah. "Sehingga protektor-protektor fisik itu malah bekerja dengan baik. Jadi, dia tidak rentan terhadap penyakit ini," kata Soewadi pada 17 Mei 2020.

Sementara penderita skizofrenia yang telah memiliki kesadaran, yang disebut Soewadi sebagai "skizofrenia dalam remisi", bisa sangat rentan terinfeksi virus, termasuk Covid-19. "Kalau skizofrenia dalam remisi itu justru tidak kebal, karena dia mulai bisa berpikir realistis. Dia mulai ada rasa takut, cemas, dan gelisah. Ini justru berbahaya, sangat rentan kena Corona. Begitu dia tahu kena Corona, dia ketakutan," ujarnya.

Sejumlah kasus positif Covid-19 yang ditemukan pada ODGJ tercatat di daerah-daerah berikut:

  • Jawa Timur, pada awal Juni 2020, terdapat tujuh ODGJ yang positif Covid-19. Mereka diisolasi di Rumah Sakit Jiwa Menur.
  • Nusa Tenggara Barat, dilansir dari Radar Lombok, pada 5 Juni 2020, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB Nurhandini Eka Dewi mengatakan ada lima kasus baru ODGJ yang tertular Covid-19. Kelima ODGJ ini berasal dari Pulau Lombok.
  • Riau, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Riau mengumumkan ada dua ODGJ yang positif Covid-19 pada 20 Juli 2020. Dua ODGJ ini berasal dari Kabupaten Kampar. Setelah dinyatakan positif, keduanya menjalani isolasi di Rumah Sakit Jiwa Tampan, Pekanbaru.
  • Bali, seorang warga Buleleng yang mengalami gangguan jiwa terkonfirmasi positif Covid-19 pada 30 Juli 2020. Pasien kemudian dirawat di Rumah Sakit Jiwa Bangli.

Adapun pasien ODGJ yang positif Covid-19 dan dilaporkan meninggal dunia tercatat di daerah-daerah berikut:

  • Yogyakarta, berdasarkan data Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta, dua dari empat ODGJ yang positif Covid-19 dinyatakan meninggal dunia pada 12 Agustus 2020. ODGJ yang terpapar Covid-19 dan dirawat di RSJ Grhasia ini tertular Covid-19 dari keluarga atau orang yang mengasuhnya.
  • Kalimantan Timur, seorang ODGJ di Rumah Sakit Jiwa Daerah Atma Husada meninggal akibat Covid-19 pada 15 Juli 2020. ODGJ tersebut berinisial WP dan berusia 49 tahun. Ia diketahui telah menjalani rawat jalan di rumah sakit jiwa selama 3 tahun sebelum meninggal karena terpapar Covid-19.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa "tidak ada orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang meninggal karena Covid-19" keliru. Tidak ada kelompok yang kebal terhadap penyakit ini. Demikian juga kelompok ODGJ, di mana terdapat sejumlah kasus positif Covid-19 yang ditemukan pada kelompok tersebut, bahkan beberapa di antaranya meninggal. Menurut ahli, ODGJ yang menggelandang lebih berisiko tertular dan menularkan kepada orang lain apabila mereka menjadi orang tanpa gejala.

IKA NINGTYAS

Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id