Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Isi Kantong Empedu dalam Video Ini adalah Boba dalam Bubble Tea?

Selasa, 21 Januari 2020 14:22 WIB

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Isi Kantong Empedu dalam Video Ini adalah Boba dalam Bubble Tea?

Informasi tentang bahaya mengkonsumsi minuman bubble tea beredar di WhatsApp dan Facebook. Informasi itu beredar bersama sebuah video berdurasi 42 detik yang memperlihatkan seorang petugas medis sedang menunjukkan kantong empedu. Saat kantong empedu itu diiris, banyak butiran padat berwarna hitam yang keluar dari sana.

Butiran hitam itu diklaim sebagai boba. Boba adalah isian dari minuman bubble tea, minuman berbasis teh dan susu dari Taiwan, yang dibuat dari tepung tapioka. "Minuman yang mengandung bubblenya nggak bisa tercerna. Share biar semua tahu," sebut narasi yang beredar di WhatsApp pada Senin, 20 Januari 2020.

Sementara di Facebook, pada tanggal yang sama, informasi itu dibagikan salah satunya oleh akun Aserehe. Namun, selain video, akun Aserehe juga menambahkan infografis yang diambil dari situs berita Tirto.id.

Dalam unggahannya, akun Aserehe pun menuliskan narasi: "Hasil operasi usus buntu dan didapatkan Bubble Tea yang tidak bisa hancur Xi Bo Ba. Kurangi kunsumsi Bubble Tea sebelum terlambat". Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah dibagikan lebih dari 2,7 ribu kali.

Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Aserehe yang memuat narasi keliru mengenai boba dalam minuman bubble tea.

Benarkah kantong empedu dalam video di atas berisi boba dalam minuman bubble tea yang tidak bisa dicerna?

PEMERIKSAAN FAKTA

Untuk menelusuri fakta video tersebut, Tim CekFakta Tempo menggunakan petunjuk berupa tulisan "@justageneralsurgeon" yang tertera dalam video. Dari hasil pencarian, nama akun tersebut digunakan di Instagram dan juga YouTube.

Pemilik akun tersebut adalah Kenichi Miyata, seorang dokter bedah yang bekerja di pusat medis Adventist Health Sonora, California, Amerika Serikat. Dalam media sosialnya, Miyata konsisten mengunggah aktivitas profesionalnya. Beberapa di antaranya adalah mengenai operasi kantong empedu.

Video yang dibagikan di WhatsApp serta oleh akun Aserehe di atas pernah diunggah oleh Miyata di Instagram-nya pada 9 Januari 2020. Unggahan video itu ia beri keterangan "bag of boba" dan sejumlah tagar, seperti gall bladder surgery (operasi kantong empedu) dan gall stone (batu empedu).

Dalam video klarifikasinya, Miyata menjelaskan bahwa ia menuliskan keterangan "bag of boba" karena butiran hitam dalam kantong empedu yang diirisnya tersebut terlihat seperti boba. Sebenarnya, butiran hitam itu bukan boba, melainkan batu empedu.

"Batu-batu empedu itu mengingatkan pada salah satu minuman favorit saya, yakni boba tea," kata Miyata dalam video yang diunggahnya di Instagram pada Selasa, 21 Januari 2020.

Gambar tangkapan layar unggahan akun dokter bedah Kenichi Miyata, @justgeneralsurgeon, yang memuat klarifikasi mengenai kantong empedu yang disebutnya "bag of boba".

Menurut dia, fungsi utama kantong empedu adalah menyimpan empedu yang dibuat oleh hati. Fungsi empedu adalah untuk membantu memecah dan mencerna lemak dalam makanan. Kadang kala, batu empedu terbentuk di kantong empedu karena adanya ketidakseimbangan dari salah satu komponen yang kemudian membentuk endapan empedu. Saat itulah seseorang mengeluh sakit di perut bagian kanan atas, biasanya setelah makan makanan berlemak atau pedas.

Dengan demikian, kata Miyata, sangat mustahil kantong empedu bisa terisi dengan boba. Sebab, pencernaan makanan berada dalam saluran yang berbeda dengan empedu, yakni lambung, usus kecil, dan usus besar serta rektum.

Secara terpisah, dalam pesannya tertulisnya kepada Tempo, Miyata mengatakan bahwa sebenarnya boba tidak berbahaya. Meskipun begitu, sama halnya dengan makanan lain, boba berpotensi tersangkut dan mengganggu jalannya pernapasan. Bahkan, baru-baru ini, ada orang yang mengalami sumbatan usus karena menelan boba utuh dan boba itu menggumpal.

"Yang terbaik adalah mengkonsumsi dalam jumlah sedang. Tidak ada alasan untuk menghindari minum bubble tea untuk semua teman di Asia Tenggara," kata Miyata menutup videonya.

Dampak mengkonsumsi boba berlebihan

Berdasarkan arsip pemberitaan Tempo, boba terbuat dari campuran susu dingin, karamel gula aren, dan mutiara tapioka. Boba dimasak dengan memasukkan mutiara tapioka ke dalam karamel gula aren dan susu dingin, lalu dibentuk bulat.

Chen Shui Tang adalah kedai teh yang pertama kali mempopulerkan bubble tea, yakni pada akhir 1980-an. Dari Taiwan, bubble tea menjalar ke seluruh dunia dan menjadi minuman favorit anak-anak milenial. Paduan rasa teh, buah, dan susu bercampur boba ternyata banyak disukai karena sensasi segar, nikmat, manis, dan sedikit mengenyangkan.

Meskipun demikian, mengkonsumsi boba tidak boleh berlebihan sebab terdapat berbagai dampak negatif yang bisa menyerang kesehatan. Dilansir dari situs The Daily Mail, boba mengandung gula yang tinggi. Dalam satu sajian boba, terdapat 38 gram gula. Jika terlalu sering mengkonsumsinya, risiko diabetes di usia muda pun akan meningkat.

Selain tinggi gula, boba juga dikenal tinggi kalori. Satu sajian boba setidaknya mengandung 300 kalori. Padahal, asupan kalori setiap hari hanya boleh 1.500-2.000 saja. Dengan mengonsumsi boba, ditambah makanan harian dan ngemil, tentu berisiko menaikkan berat badan. Terlebih jika sedang diet, boba tidak akan membantu proses penurunan berat badan.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta di atas, narasi bahwa kantong empedu dalam video di atas berisi boba dari minuman bubble tea yang tidak bisa dicerna adalah narasi yang menyesatkan. Kantong empedu itu juga bukan diambil dari operasi usus buntu, melainkan operasi kantong empedu. Meskipun begitu, boba tidak baik dikonsumsi secara berlebihan karena memiliki kandungan gula yang tinggi.

IKA NINGTYAS

Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id