Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Penemuan Ikan Bertuliskan Ambon Terkait dengan Bencana Maluku?

Kamis, 24 Oktober 2019 15:27 WIB

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Penemuan Ikan Bertuliskan Ambon Terkait dengan Bencana Maluku?

Warga Ambon, Maluku, dihebohkan dengan penemuan seekor ikan yang disebut bertuliskan Ambon pada Senin, 21 Oktober 2019. Walaupun susunan huruf pada kulit ikan itu tidak beraturan, warga percaya bahwa penemuan ikan tersebut berhubungan dengan bencana Maluku. Informasi ini pun beredar di media sosial.

Salah satu yang membagikannya, yakni di Facebook, adalah akun Nyong Van Tapacha. Ia membuat unggahan pada 21 Oktober 2019 yang berbunyi, "Penampakan ikan yang sudah mati bertuliskan Ambon Tabulabale di Seram, Dusun Tanah Goyang, pada tanggal 21, Senin pagi, 2019." Ditambahkan pula sebuah foto yang memperlihatkan ikan bertuliskan Ambon dalam unggahan itu.

Gambar tangkapan layar unggahan di Facebook yang memperlihatkan penemuan ikan yang disebut bertuliskan Ambon.

PEMERIKSAAN FAKTA

Dilansir dari situs Kompas.com, pada 21 Oktober 2019, masyarakat Dusun Tanah Goyang, Kecamatan Huamual, Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku, memang digegerkan dengan penemuan seekor ikan bertuliskan beberapa huruf dengan susunan yang tidak beraturan di kulitnya.

Salah satu warga Dusun Tanah Goyang yang dihubungi Kompas.com, Amin Seipattiseun, mengatakan bahwa huruf-huruf itu membentuk tulisan Ambon. "Juga ada kata-kata lain yang sulit kita mengerti,” tuturnya.

Dihubungi secara terpisah, Kepala Dusun Tanah Goyang, Munir Buhakar, menuturkan bahwa penemuan ikan itu membuat warga khawatir karena dikaitkan dengan bencana di Maluku.

Menurut Munir, selain tulisan Ambon yang tidak beraturan, terdapat kata Maluku dan kata-kata lain di kulit ikan tersebut. “Kejadian ini membuat warga di sini ketakutan. Apalagi dalam kondisi Maluku saat ini (gempa). Jadi, kita ikhtiar saja lebih baik,” ujarnya.

Munir menambahkan, berdasarkan penuturan para nelayan yang menemukan ikan itu, ikan yang oleh masyarakat setempat disebut Tatu Bodo ini melompat ke atas kapal. Padahal, ikan tersebut merupakan ikan jenis karang yang tidak biasa melompat. "Jadi, anehnya di situ," katanya.

Masih dilansir dari situs Kompas.com, menurut Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ambon, Nugroho Dwi Hananto, tulisan itu kemungkinan terbentuk karena kulit ikan tersebut terkena plastik atau koran. “Mungkin ikan ini terkena plastik atau koran yang tintanya menempel pada kulitnya,” kata Nugroho.

Menurut Nugroho, kulit ikan itu menyerap tinta dari plastik atau koran yang menempel sehingga muncul tulisan yang terbalik dan tidak beraturan. Dia mencontohkan, ketika koran yang dibasahi air ditempelkan ke tangan, tulisan di koran tersebut akan berpindah ke tangan. Karena itu, Nugroho meminta agar penemuan ikan itu tidak dihubungkan dengan pertanda akan terjadinya bencana di Maluku.

Sebelum penemuan ikan bertuliskan Ambon tersebut, terjadi peristiwa biota laut mati mendadak di pesisir pantai Desa Lolonluan, Kecamatan Tanimbar Utara, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku. Namun, menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), kejadian itu tidak terkait dengan bencana.

"Tidak ada kaitan antara biota laut yang ditemukan mati dan terdampar di darat dengan aktivitas kegempaan yang terjadi di dasar laut," kata ahli tsunami BNPB, Abdul Muhari, pada 15 Oktober 2019.

Selain itu, menurut Muhari, belum ada penelitian yang menyimpulkan adanya keterkaitan antara biota laut permukaan dengan aktivitas kegempaan dari laut yang biasanya bersumber pada lempeng dengan kedalaman lebih dari 1.000 meter. "Biota-biota yang selama ini sering mati dalam jumlah besar kemudian terdampar di pantai adalah biota laut permukaan atau biota laut dangkal-karang, bukan biota laut dalam," ujar Muhari.

Fenomena terdamparnya biota laut permukaan, kata Muhari, biasanya disebabkan oleh fenomena upwelling atau arus naik ke permukaan. Sering kali, fenomena ini membawa plankton atau zat hara yang menjadi makanan biota laut permukaan. Fenomena itu pun bukan merupakan efek aktivitas lempeng atau sesar. Peristiwa tersebut juga tidak merujuk pada tanda-tanda akan munculnya gempa besar.

KESIMPULAN

Menurut LIPI, tulisan yang disebut membentuk kata Ambon pada ikan yang ditemukan di Dusun Tanah Goyang, Maluku, tersebut diduga karena terkena plastik atau koran yang tintanya meresap pada kulitnya. Penemuan ikan ini pun tidak berkaitan dengan bencana ataupun tanda akan terjadinya bencana di Maluku. Dengan demikian, narasi bahwa penemuan ikan bertuliskan Ambon berkaitan dengan bencana Maluku adalah sesat.

ZAINAL ISHAQ

Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cekfakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id