Keliru: Penggunaan Soda Bisa Mengatasi Gangguan Ereksi dan Impotensi
Rabu, 23 April 2025 21:34 WIB

SEJUMLAH konten memuat klaim penyembuhan gangguan ereksi dan impotensi dengan menggunakan soda kue. Tempo menemukan sekitar 69 konten yang diiklankan oleh pengelola halaman Medical Blog di Meta sepanjang April 2025.
Konten itu memuat narasi serupa, yakni berupa video pendek berisi testimoni beberapa orang yang menyatakan meski usia mereka sudah di atas 50 tahun, namun tetap prima beraktivitas seksual berkat mengkonsumsi soda kue. Pernyataan mereka sama persis satu sama lain, meski disampaikan oleh orang yang berbeda, seperti video ini dan ini.
Video-video tersebut juga disertai penjelasan yang diklaim berasal dari Terawan Agus Putranto. Terawan disebutkan sebagai seorang urolog yang berpengalaman meneliti pengobatan untuk gangguan ereksi dan impotensi hingga berhasil mengatasinya.
Namun, benarkah soda dapat menyembuhkan impotensi?
PEMERIKSAAN FAKTA
Tempo memverifikasi unggahan di Facebook itu dengan beberapa metode. Diawali dengan mewawancarai dokter urologi, kemudian menganalisis anomali pada konten, termasuk menggunakan alat deteksi kecerdasan buatan, serta mencocokkan klaim dengan rujukan ilmiah. Hasilnya, klaim bahwa soda kue dapat menyembuhkan gangguan ereksi dan impotensi, tidak akurat.
Menurut dokter spesialis urologi yang juga berfokus pada sistem reproduksi pria, dr. Andika Afriansyah, Sp.U, soda kue tidak bisa digunakan untuk mengatasi masalah ereksi pada pria. “Mana mungkin soda kue bisa bikin ereksi kembali normal,” kata dia dihubungi Tempo, Rabu 23 April 2025.
Andika menjelaskan, mengatasi masalah ereksi harus melalui diagnosa dan pengobatan yang sesuai. Pasalnya, pengobatan bisa berbeda-beda. Tergantung hasil diagnosa awal.
Dia mengimbau agar masyarakat mencari informasi dari situs-situs yang kredibel atau secara langsung berkonsultasi dengan dokter. “Kalau dapat informasi dari blog jualan herbal, banyak misinformasi,” kata dokter yang bekerja di RS Mitra Keluarga dan RS Persahabatan ini.
Sementara itu, belum ada penelitian spesifik yang menyebutkan soda dapat mengatasi masalah ereksi dan impotensi. Menurut situs kesehatan Health Line, manfaat soda yang yang sudah teruji dengan penelitian antara lain digunakan sebagai salah satu bahan obat kumur yang dapat membantu mencegah hilangnya enamel gigi. Selain itu, soda juga dapat membantu meningkatkan performa olahraga selama latihan dengan intensitas tinggi berdurasi pendek. Serta dapat membantu memperlambat perkembangan penyakit ginjal kronis dan pertumbuhan sel kanker.
Di sisi lain, penggunaan soda dalam jumlah besar juga menimbulkan risiko yang mengancam jiwa atau yang disebut alkalosis metabolik. Asupan senyawa alkali yang terlalu tinggi seperti soda kue dapat menyebabkan kejang, kelemahan otot, status mental yang berubah, dan, jika tidak ditangani, detak jantung yang tidak teratur dan bahkan kematian.
Karena kandungan natriumnya yang tinggi, asupan soda kue yang tinggi juga dapat menyebabkan penumpukan cairan dan tekanan darah tinggi, terutama pada orang dengan gangguan fungsi ginjal.
Terawan bukan dokter spesialis urologi
Klaim yang menyebut Terawan Agus Putranto sebagai dokter spesialis urologi juga keliru. Menurut laporan Tempo, Letnan Jenderal TNI (Purn) Terawan Agus Putranto adalah seorang dokter militer spesialis radiologi. Dia pernah menjabat sebagai Menteri Kesehatan (Menkes) pada 2019-2020. Dia diangkat menjadi Menkes oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi pada 23 Oktober 2019.
Dia adalah lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM). Setelah lulus, Terawan meniti karier di kedokteran militer di bawah Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD).
Terawan melanjutkan pendidikan dengan mengambil spesialis Radiologi di Universitas Airlangga Surabaya. Adapun sub spesialisasinya ditempuh Terawan di Pendidikan Subspesialis berbasis Kolegium Radiologi Intervensional dan lulus pada 2009. Dia lalu melanjutkan studi S3 di Universitas Hasanuddin dan lulus pada 2016.
Testimoni dibuat dengan teknologi kecerdasan buatan
Tempo kemudian melanjutkan proses verifikasi dengan menganilsa visual dan audio dalam video yang beredar itu. Hasilnya, terlihat sejumlah kejanggalan. Dalam video pertama yang menampilkan sosok seorang nenek, suaranya terdengar lebih muda dari seharusnya.
Selain itu, gerak bibir dengan audio pada cuplikan video pertama dan kedua tidak sinkron. Ini menunjukkan penggunaan voice atau audio tidak asli yang dilekatkan pada video yang berbeda.
Pemindaian menggunakan aplikasi Hivemoderation.com juga menunjukkan, video itu memiliki 99,9 persen kemungkinan video diubah atau dihasilkan dari teknologi kecerdasan buatan. Komponen penggunaan suara atau audio dari kecerdasan buatan mendominasi konten tersebut.
KESIMPULAN
Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa video yang beredar tersebut keliru. Hampir semua elemen dalam video tersebut tidak sesuai fakta. Video testimoni direkayasa menggunakan AI. Sosok dokter yang diklaim tidak sesuai dengan spesialisasinya. Serta klaim pengobatan yang juga keliru.
TIM CEK FAKTA TEMPO
**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]