Keliru, Pandemi di Indonesia karena Presiden Bukan Dari Kalangan TNI
Rabu, 13 November 2024 16:54 WIB
Sebuah postingan yang mengklaim bahwa pandemi di Indonesia karena presiden Republik Indonesia bukan dari kalangan TNI, beredar di Instagram [arsip].
Postingan tersebut memuat dua peristiwa pandemi yaitu pandemi Flu Burung (H5N1) pada 2000-2004 terjadi di masa Presiden Megawati Soekarnoputri dan pandemi COVID-19 pada 2019-2023 di era Presiden Joko Widodo. Dua pandemi itu terjadi di masa presiden bukan dari kalangan TNI.
Lantas benarkah pandemi yang terjadi di Indonesia terkait presiden Indonesia yang bukan dari kalangan TNI?
PEMERIKSAAN FAKTA
Peneliti epidemiologi dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman, mengatakan, pandemi terjadi bukanlah hasil dari siapa yang menjabat sebagai presiden atau ditentukan bahwa seorang presiden di suatu negara itu dari latar belakang militer, politik, atau profesi lain. Pandemi dipicu oleh penyebaran penyakit yang tidak bisa dicegah dengan kebijakan akibat dominasi karakteristik virus dan dinamika penyebarannya di dalam populasi.
“Jadi kejadian pandemi itu tidak ada sangkut pautnya dengan sekali lagi latar belakang dari seorang presiden. Tidak ada satupun negara negara di dunia yang bebas dari pandemi. Semua kena dampaknya, apapun latar belakang presidennya,” kata Dicky kepada TEMPO, Selasa, 12 November 2024.
Menurut Dicky, pandemi biasanya terjadi karena empat faktor. Pertama, adanya patogen baru virus atau bakteri yang sangat menular seperti SARS-CoV-2 penyebab COVID-19. Virus ini belum pernah dihadapi oleh sistem kekebalan tubuh manusia sebelumnya. Kedua, transmisi atau penyebaran patogen baru yang lebih efektif menyebar dengan sangat mudah, dan umumnya efektif karena ditularkan terutama melalui kontak langsung atau droplet atau bahkan melalui udara.
Ketiga, belum adanya kekebalan di populasi terhadap patogen dari penyakit yang menjadi penyebab pandemi termasuk belum ada vaksin ataupun kekebalan alamiah. Keempat, mobilisasi manusia antar tempat di dunia yang begitu cepat sehingga makin mempercepat penyebaran virus atau patogen ini secara global.
Dikutip dari Tempo, Indonesia sendiri mengalami setidaknya dua kali pandemi yaitu pandemi flu burung atau dikenal dengan virus H5N1 dan virus COVID-19.
Untuk virus flu burung sendiri, pertama kali terdeteksi penyebarannya di Indonesia pada akhir 2003 di era Presiden Megawati Soekarno Putri, namun mulai menyebar pada manusia pada 2005 di era presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang berlatar belakang TNI.
Kejadian Luar Biasa Flu Burung di Indonesia terjadi dengan ditandai banyaknya ternak ayam mati, namun belum teridentifikasi adanya serangan virus ini dari unggas kepada manusia. Daerah terjangkit KLB unggas Flu Burung" adalah seluruh Jawa, Bali, Lampung, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2005-2006, jumlah kasus flu burung yang dilaporkan mencapai 199 kasus dengan 167 kematian. Kasus flu burung tersebar di 15 provinsi dan 58 Kabupaten Kota.
Sementara penyebaran virus COVID-19 di Indonesia seperti dilansir Tempo, pertama kali dideteksi pada tanggal 2 Maret 2020 dan diumumkan Presiden Joko Widodo. Sejak saat itu, kasus Covid-19 terus bertambah. Hingga 2 Maret 2022, total tercatat 5.589.176 kasus konfirmasi Covid-19 di Indonesia. Sementara itu, total kasus sembuh berjumlah 4.944.237 dan kasus meninggal 149.036.
Hingga kepemimpinan Presiden Prabowo, penyebaran virus COVID-19 masih ditemukan. Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia hingga November 2024 masih ditemukan 1619 kasus aktif. Pada minggu ini bahkan ada 30 orang terdeteksi virus COVID-19.
KESIMPULAN
Hasil pemeriksaan Tempo, klaim pandemi yang terjadi di Indonesia dikarenakan Presiden Republik Indonesia bukan dari kalangan TNI adalah keliru.
Pandemi dipicu karena dominasi karakteristik virus dan dinamika penyebarannya di dalam populasi.
TIM CEK FAKTA TEMPO
**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]