Keliru, Tuduhan Veronica Koman Sebarkan Hoaks Soal Pembebasan Pilot Susi Air
Jumat, 11 Oktober 2024 14:46 WIB
Sejumlah akun di X ini, ini, dan ini menyebarkan poster-poster yang menuduh Veronica Koman, kepala Strategi Kampanye Amnesty International Australia, menyebarkan informasi palsu (hoaks) terkait pembebasan pilot Susi Air. Informasi dari Veronica yang dianggap hoaks tentang keluarga pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens, yang berterima kasih kepada gerombolan separatis karena telah menjaga Philip tetap aman selama penyanderaan.
Akun-akun yang lain seperti ini, ini dan ini menuduh bahwa Veronica menyebarkan provokasi untuk menambah panjang konflik di Papua dan menginginkan penyanderaan terhadap pilot Susi Air tersebut diperpanjang.
Benarkah klaim yang dituduhkan akun-akun tersebut? Berikut pemeriksaan faktanya.
PEMERIKSAAN FAKTA
Veronica Koman adalah pembela Hak Asasi Manusia (HAM) untuk Papua yang saat ini bergabung ke Amnesty International Australia sebagai pemimpin strategi kampanye. Ia aktif membagikan pendapatnya di akun X @VeronicaKoman.
Akun-akun tersebut menyerang Veronica Koman, setelah ia menyampaikan sejumlah cuitan dalam bahasa Inggris terkait pembebasan pilot Susi Air, Philip Mehrtens. Philip, warga negara Selandia Baru, disandera pada tanggal 7 Februari 2023 saat ia mendarat di Lapangan Terbang Paro, Nduga, Papua Pegunungan oleh Tentara Nasional Pembebasan Papua yang dipimpin oleh Egianus Kogoya. Ia dibebaskan pada pada Sabtu, 21 September 2024, setelah disandera selama 19 bulan.
Pada 23 September 2024, @VeronicaKoman menulis yang jika diterjemahkan menjadi: “Rekaman menunjukkan saat pilot Kiwi Philip Mehrtens dibebaskan oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat melalui penduduk setempat. Mereka bahkan memberi Philip seekor ayam sebagai cinderamata perpisahan. Saya dengar dia bisa berbicara dalam bahasa Nduga sekarang”.
Lalu pada 26 September 2024, Veronika memposting ulang tulisan tersebut dengan tambahan isi: “Keluarga Phil berterima kasih kepada Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat yang telah menjaga Phil tetap aman dan sehat sesuai dengan kemampuan mereka, dan mengizinkan Phil untuk mengirimkan beberapa pesan selama periode ini untuk memberi tahu kami bahwa ia masih hidup dan baik-baik saja. Senang mendengar bahwa setelah pemeriksaan kesehatan, Phil tidak menunjukkan tanda-tanda PTSD.”
Tempo menelusuri fakta-fakta atas informasi yang dibagikan oleh Veronica Koman melalui pemberitaan media yang kredibel. Dikutip dari Radio New Zealand pada 22 September 2024, sehari setelah dibebaskan, Keluarga Marthen mengeluarkan pernyataan resmi melalui Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan New Zealand.
Dalam pernyataan tersebut, keluarga menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pembebasannya, termasuk pemerintah Selandia Baru dan Indonesia serta para penyandera. “Ada begitu banyak pihak yang terlibat dalam upaya pencarian dan pembebasan Phil. Namun kami sangat berterima kasih kepada pemerintah Indonesia, termasuk kepolisian dan militer Indonesia, yang telah memprioritaskan negosiasi damai untuk menjaga keselamatan Phil,” tulis pernyataan tersebut.
Pihak keluarga menyampaikan terimakasih kepada Tentara Nasional Pembebasan Papua. Dilansir New Zealand Herald, pihak keluarga menyampaikan “Kami juga berterima kasih [kepada] Jenderal Kogoya dan pasukannya yang telah menjaga Phil tetap aman dan sehat sesuai dengan kemampuan mereka, dan mengizinkan Phil mengirimkan beberapa pesan selama periode ini untuk memberi tahu kami bahwa dia masih hidup dan baik-baik saja. Pesan-pesan itu memenuhi jiwa kami dan memberi kami harapan bahwa pada akhirnya kami akan melihat Phil lagi.”
The Jakarta Post pada 22 September juga menulis pernyataan keluarga Marthen yang menyampaikan terima kasih kepada Egianus Kogoya, seorang komandan militer di Tentara Nasional Pembebasan Papua, dan para pejuangnya karena "menjaga Phil tetap aman dan sehat sesuai kemampuan mereka, dan karena mengizinkan Phil menyampaikan beberapa pesan selama periode ini untuk memberi tahu kami bahwa dia masih hidup dan baik-baik saja".
Video suasana pembebasan pilot Susi Air yang diunggah Veronica Koman juga identik dengan video yang ditayangkan Susi Pudjiastuti, pemilik Susi Air pada 21 September 2024.
Dalam akun X Veronica Koman, Mehrtens terlihat menggendong ayam jantan. Dalam tradisi masyarakat Papua Pegunungan, pemberian ayam kampung kepada tamu, menunjukkan bahwa tamu tersebut dihormati dan berharap ia memiliki kekuatan yang sama dengan ayam jantan yang tidak mudah gentar menghadapi tantangan, serta senantiasa bijak dan berwibawa.
Tentang akun-akun yang menyerang Veronica Koman
Beberapa akun yang menyerang Veronica Koman tersebut merupakan akun-akun yang baru dibuat pada 2024, tidak ada interaksi, dan seluruh isinya mempromosikan program pemerintah dan Presiden Joko Widodo. Akun @HaninMayang misalnya, baru dibuat pada Mei 2024, dengan 7 pengikut. Dari 1.254 unggahan seluruhnya mempromosikan program pemerintah dan Jokowi.
Akun @Gilbert72610580 baru dibuat pada Februari 2024 dengan 4 pengikut dan 63 akun mengikuti. Sama dengan akun sebelumnya, 2.597 postingan akun ini mempromosikan agenda program pemerintahan, Jokowi dan Prabowo.
Akun @omongkosong memang dibuat pada Mei 2021, namun isi unggahannya sama dengan dua akun sebelumnya yang berisi promosi terhadap agenda pemerintah.
KESIMPULAN
Berdasarkan pemeriksaan fakta, Tim Cek Fakta Tempo menyimpulkan unggahan yang menyebut Veronica Koman menyebarkan hoaks terkait pembebasan pilot Susi Air adalah keliru.
Melalui akun X, tulisan Veronica Koman sesuai dengan pernyataan resmi keluarga keluarga Mehrtens yang dirilis oleh Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan New Zealand. Dalam pernyataan tersebut, keluarga menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pembebasannya, termasuk pemerintah Selandia Baru, Indonesia, Kedutaan Selandia Baru di Indonesia, TNI, Polis serta Egianus Kogoya, Komandan Tentara Nasional Pembebasan Papua.
TIM CEK FAKTA TEMPO
**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]