Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Belum Ada Bukti, Klaim Muhaimin Iskandar bahwa Kedatangan Pengungsi Rohingya Membawa Ketidakstabilan

Selasa, 6 Februari 2024 18:58 WIB

Belum Ada Bukti, Klaim Muhaimin Iskandar bahwa Kedatangan Pengungsi Rohingya Membawa Ketidakstabilan

Cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar menyatakan kedatangan pengungsi Rohingya di Aceh membawa ketidakstabilan. Kedatangan mereka, kata Cak Imin, harus dihentikan agar masyarakat Aceh tenang. Pernyataan tersebut disampaikan Muhaimin usai menghadiri kampanye di GOR Binjai, Sumatera Utara pada Jumat, 8 Desember 2023. 

Adapun narasi lengkap adalah sebagai berikut: “Saya kira harus stop dulu. Semua pendatang dari Rohingya membawa ketidakstabilan di sana. Sementara ini harus kita stop supaya masyarakat Aceh tenang. Daripada terjadi konflik, kita prioritaskan warga kita.”

Lantas benarkah kedatangan pengungsi Ronghiya di Aceh membawa ketidakstabilan?

PEMERIKSAAN KLAIM

Rizka Fiani Prabaningtyas, peneliti bidang hubungan internasional dan isu migrasi dari Pusat Riset Politik, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan hingga saat Ini belum ada riset dengan data valid dan komprehensif. Setidaknya, penelitiam yang dapat diakses publik-terkait implikasi langsung dari keberadaan pengungsi Rohingya terhadap stabilitas sosial, ekonomi, dan politik di Aceh terhitung sejak pertama kali Rohingya mendarat di Aceh tahun 2009 hingga saat ini. Karena itu, klaim Muhaimin bahwa semua imigran Rohingya membawa ketidakstabilan di Aceh tidak bisa diverifikasi kebenarannya, meskipun banyak laporan demikian di media sosial.

Pernyataan Muhaimin tersebut justru hanya akan berpotensi menggeneralisasi kelompok pengungsi Rohingya karena seolah-olah semua pengungsi Rohingya melakukan tindakan-tindakan pemicu ketidakstabilan sosial. Ini yang membuat pengungsi Rohingya bagaikan kambing hitam atas kondisi stabilitas di Aceh. Padahal, dengan atau tanpa adanya pengungsi Rohingya, provinsi tersebut telah memiliki sejarah konflik sosial yang panjang

Sejauh ini, sentimen negatif terhadap pengungsi Rohingya dipicu oleh disinformasi dan narasi kebencian yang beredar di media sosial. Seperti dikutip dari BBC Indonesia, analisis jaringan sosial Drone Emprit  bahkan mendapati informasi bohong dan narasi kebencian terhadap pengungsi Rohingya yang beredar di media sosial X sengaja disebarkan akun-akun fanbase atau forum yang biasanya tidak mengungkapkan identitas pengirim. 

Perwakilan UNHCR untuk Indonesia, Ann Maymann, berkata bahwa sebaran hoaks dan narasi kebencian terhadap Rohingya agak merepotkan mereka yang sedang berupaya memulihkan situasi di Aceh.

Padahal di balik narasi penolakan tersebut, masih ada upaya warga Aceh dan komunitas lokal untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada pengungsi Rohingya yang jarang diberitakan. Sebuah kajian yang ditemukan justru banyak menyoroti rekam jejak kolaborasi pemerintah pusat, daerah, organisasi kemanusiaan, dan masyarakat Aceh untuk membantu pengungsi Rohingya sejak 2015 pasca-Krisis Andaman.

KESIMPULAN

Hasil pemeriksaan fakta Tempo, pernyataan calon Wakil Presiden Nomor urut 1, Muhaimin Iskandar yang menyatakan kedatangan pengungsi Rohingya di Aceh membawa ketidakstabilan adalah belum ada bukti. 

Hingga saat ini belum ada hasil riset dengan data valid dan komprehensif yang menyebutkan implikasi langsung dari keberadaan pengungsi Rohingya terhadap stabilitas sosial, ekonomi, dan politik di Aceh. Berita yang beredar di media dan media sosial bahkan sebagian besar hanya mengulas tentang kejadian penolakan dan beberapa diantaranya bahkan merupakan informasi yang keliru. 

TIM CEK FAKTA TEMPO

**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id

Artikel ini merupakan hasil kolaborasi program Panel Ahli Cek Fakta The Conversation Indonesia bersama Kompas.com dan Tempo.co, didukung oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI)