Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sebagian Benar, Klaim Prabowo tentang Kekuatan Militer Nasional dan Gaza

Senin, 8 Januari 2024 20:43 WIB

Sebagian Benar, Klaim Prabowo tentang Kekuatan Militer Nasional dan Gaza

Calon presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto, mengatakan bahwa suatu negara harus memiliki kekuatan militer agar tak mudah bernasib seperti Gaza. 

“Kalau kita buka buku ilmu pengetahuan yang paling dasar, kekuatan nasional harus ada kekuatan militer. Tanpa kekuatan militer, sejarah peradaban manusia mengajarkan bahwa bangsa itu akan dilindas, seperti di Gaza sekarang ini,” kata Prabowo Subianto dalam Debat Capres ketiga, Minggu, 7 Februari 2024.

Menurut Prabowo, tanpa kekuatan militer sebuah negara akan mudah diambil kekayaannya dan diusir dari tanah airnya. Apa benar kekuatan nasional harus disertai kekuatan militer agar tak mudah dilindas seperti Gaza?

PEMERIKSAAN FAKTA

Dosen dan Koordinator Pendidikan di School of Political Science and International Studies, University of Queensland, Australia Ahmad Rizky M. Umar, mengatakan kekuatan nasional memang harus disertai kekuatan militer. Namun mencontohkan Gaza, kata dia, merupakan analogi yang keliru.

“Prabowo menggunakan contoh Gaza (Palestina), yang hingga saat ini belum diakui secara internasional sebagai negara-bangsa oleh banyak negara dan tidak memiliki kekuatan militer yang berdaulat seperti Indonesia,” kata Rizky.

Gaza sendiri, kata Rizky, dikuasai oleh Hamas yang bukan dianggap sebagai negara-bangsa oleh banyak negara. 

Dilansir dari CNN Indonesia, umumnya keberadaan tentara atau kelompok militer dimaksudkan untuk peperangan atau pertahanan negara. Namun jika dibutuhkan, pasukan militer juga dapat bertugas melakukan pekerjaan kemanusiaan seperti memasok makanan, air hingga, perawatan medis untuk kondisi tertentu.

Kelompok militer yang besar seringkali dianggap sebagai tanda kekuasaan dan bentuk rasa aman bagi warga negara serta sekutunya, meski pendapat ini juga bisa diperdebatkan.

Namun terlepas dari peran militer bagi sebuah negara, ada pula negara yang tidak memiliki tentara atau angkatan bersenjata.

World Population Review yang dikutip dari CNN Indonesia, negara-negara yang tanpa tentara termasuk dalam satu dari tiga kategori yakni negara-negara yang telah diterapkan demiliterisasi, negara yang pendirinya tidak mendirikan militer, atau negara-negara bekas jajahan sehingga masih bergantung di bawah perlindungan kelompok militer negara lain--yang sebelumnya menjajah mereka. Beberapa negara tanpa tentara yakni Andorra, Dominica, Kiribati, Kepulauan Solomon, Palau, Samoa dan Vatikan. 

Dikutip dari KataData, meski punya cukup banyak tentara, kekuatan militer Indonesia belum menonjol di skala Asia. Hal ini terlihat dari Asia Power Index yang disusun Lowy Institute, lembaga riset asal Australia, yang menempatkan kekuatan militer Indonesia di peringkat ke-10 dari 21 negara Asia yang diriset.

Menurut Lowy Institute, Indonesia memiliki sekitar 675 ribu personel militer dan paramiliter. Jumlahnya paling banyak ke-5 di Asia, setelah India, Cina, Korea Utara, dan Pakistan.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta, klaim bahwa kekuatan nasional harus disertai kekuatan militer, tanpa itu akan mudah dilindas seperti Gaza, adalah sebagian benar

Menurut Ahmad Rizky M. Umar, pengajar University of Queensland, kekuatan nasional memang harus disertai kekuatan militer. Namun mencontohkan Gaza merupakan analogi yang keliru.

**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id

Artikel ini adalah hasil kolaborasi Aliansi Jurnalis Independen, Asosiasi Media Siber Indonesia, Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia, Cekfakta.com bersama 19 media di Indonesia