Sebagian Benar, Klaim Gibran soal Program Makan Siang dan Susu Gratis untuk Anak-anak Sudah Ada di 76 Negara
Senin, 18 Desember 2023 17:59 WIB
Cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, mengklaim bahwa 76 negara sudah lebih dahulu menjalankan program makan siang gratis dan susu gratis untuk anak-anak seperti yang ia dan Prabowo Subianto usung. Program itu juga sudah dirasakan manfaatnya oleh 400 juta anak.
“Program makan siang dan susu gratis untuk anak-anak sudah dijalankan oleh 76 negara dan dirasakan manfaatnya oleh 400 juta anak. Jadi bukan program yang mengada-ada,” kata Gibran di depan relawan di Sentul International Convention Center (SICC) Bogor, 10 Desember 2023, dilansir dari Tempo.co.
Benarkah klaim Gibran mengenai program makan siang dan susu gratis yang sudah diterapkan di 76 negara?
PEMERIKSAAN KLAIM
Dilansir Tempo.co, pasangan Gibran, calon Presiden Prabowo Subianto, menyebutkan angka negara yang sama meskipun tidak menyebut jumlah penerima manfaat. Peneliti kesehatan publik Universitas Airlangga Ilham Akhsanu Ridlo menganalisis klaim dari pasangan capres-cawapres nomor urut 2 ini.
Berdasarkan laporan Global Child Nutrition Foundation (GCNF) berjudul “School Meal Programs Around the World: Results from the 2021 Global Survey of School Meal Programs”, 125 dari 139 negara yang disurvei memiliki setidaknya satu program pemberian makanan berskala besar di sekolah dasar dan sekolah menengah. Angka ini lebih besar dari yang disebutkan Gibran sebanyak 76 negara.
Sejak tahun 2020, sekitar 330,3 juta anak menerima makanan sekolah secara gratis, dengan total 27 persen terdiri dari usia anak sekolah dasar dan menengah sebagai penerima program.
Dari sisi geografis, proporsi penerima program makan di sekolah di Amerika Latin/Karibia mencapai 55 persen, lalu Eropa, Asia Tengah, Amerika Utara 44 persen; Asia Selatan, Asia Timur, dan Pasifik 26 persen, dan Afrika Sub-Sahara 26 persen. Artinya, proporsi siswa di negara berpendapatan tinggi lebih tinggi dibanding siswa di negara berpendapatan rendah dan menengah.
Sementara itu, laporan pada 2022 dari World Food Program, badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengurusi pangan, menyatakan bahwa dari sampel data 176 negara diperoleh angka 418 juta anak menerima manfaat dari program makanan di sekolah. Jumlah ini 30 juta lebih banyak dibandingkan 388 juta anak yang mendapatkan manfaat serupa sebelum pandemik pada awal 2020.
Dari aspek usia, anak usia sekolah dasar yang mendapatkan subsidi berupa makanan gratis berjumlah sekitar 41 persen. Jika dilihat dari pendapatan negara, program makanan gratis menjangkau 61 persen anak usia sekolah di negara berpendapatan tinggi dan 48 persen di negara berpendapatan menengah atas. Sementara di negara berpendapatan rendah, hanya 18 persen siswa yang menerima makanan di sekolah setiap hari.
Namun, Ilham menggarisbawahi pembacaan secara cermat sumber-sumber data ini sesuai konteksnya. “Perlu dibedakan antara program yang didanai oleh WFP dan program masing-masing negara,” ujarnya.
Potensi risiko kesehatan pada makanan gratis untuk anak
Meskipun program ini dijalankan demi meningkatkan gizi anak, Ilham menyoroti potensi risiko kesehatan terkait dengan program makanan sekolah.
Penelitian dalam Jurnal Lancet Regional Health - Americas menyebutkan bahwa banyak makanan sekolah di Amerika Serikat dan Peru yang disajikan dalam bentuk makanan ultra-proses (makanan dari pabrik yang melalui banyak tahap pengolahan). Hal ini menimbulkan dampak pada kesehatan berupa penyakit kronis seperti obesitas dan penyakit kardiovaskular.
Sebuah penelitian di Stanford juga menyoroti keberadaan bisphenol A (BPA), bahan kimia beracun, dalam makanan sekolah. Bahan ini menimbulkan risiko terutama bagi anak-anak berpenghasilan rendah yang bergantung pada makanan yang didanai pemerintah.
Begitu pula sejumlah peneliti kesehatan masyarakat yang mengungkap dampak yang bisa ditimbulkan dari makanan sekolah terhadap indeks massa tubuh (BMI) siswa, nutrisi dan kualitas makanan secara keseluruhan.
KESIMPULAN
Pernyataan cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming, bahwa program makan siang dan susu gratis yang ia janjikan sudah diterapkan di 76 negara, adalah sebagian benar.
Berdasarkan laporan GNCF dan WFP, puluhan negara memang sudah terlebih dahulu menerapkan program serupa. Namun, angkanya tidak akurat.
Walau bertujuan untuk meningkatkan gizi anak, sangat penting untuk mempertimbangkan potensi risiko dan dampak kesehatan yang terkait dengan program makanan gratis.
**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]
Artikel ini merupakan hasil kolaborasi program Panel Ahli Cek Fakta The Conversation Indonesia bersama Kompas.com dan Tempo.co, didukung oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI)