Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sebagian benar, Artikel tentang Campuran Minyak Kayu Putih Bikin Hemat Pertalite

Senin, 18 Juli 2022 17:45 WIB

Sebagian benar, Artikel tentang Campuran Minyak Kayu Putih Bikin Hemat Pertalite

Sebuah situs menerbitkan artikel yang mengklaim bahwa minyak kayu putih terbukti bikin hemat bensin. Tulisan yang diterbitkan pada Minggu, 3 Juli 2022 itu berisi metode, proses dan kesimpulan dari hasil penelitian mahasiswa.

Isi artikel itu menyebut tesis dari mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Islam Malang, berjudul Pengaruh campuran minyak kayu putih pada petralite terhadap kinerja motor bensin honda supra X 125 R.

Dijelaskan bahwa berdasarkan tesis tersebut pencampuran aditif minyak kayu putih menunjukan perbaikan performa yakni torsi dan daya mesin yang lebih baik. Selain itu juga diklaim dapat menurunkan konsumsi bahan bakar dibandingkan memakai pertalite murni serta menghasilkan nilai gas buang yang lebih ramah lingkungan.

[CEK FAKTA] Tangkapan layar sebuah situs menerbitkan artikel yang mengklaim bahwa minyak kayu putih terbukti bikin hemat bensin. Tulisan yang diterbitkan pada Minggu, 3 Juli 2022 itu berisi metode, proses dan kesimpulan dari hasil penelitian mahasiswa.

PEMERIKSAAN FAKTA

Untuk verifikasi klaim di atas, Tim Cek Fakta Tempo menelusuri hasil penelitian yang disebut dalam artikel tersebut. Hasilnya, tesis tersebut memang pernah dibuat oleh mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Islam Malang pada 2017, berjudul Pengaruh campuran minyak kayu putih pada petralite terhadap kinerja motor bensin honda supra X 125 R.

Di laman Library Universitas Islam Malang hanya memuat abstrak atau garis besar isi tesis tersebut. Seluruh isi abstrak tersebut yang dikutip dalam artikel situs Keluarga Cerdas 46.  

Dalam abstrak memang disebutkan bahwa penelitian itu menguji pertalite murni, dengan campuran pertalite dan minyak kayu putih sebanyak 2 ml, 4 ml, 6 ml dan 8 ml. Simpulan dari penelitian ini adalah dengan menambahkan zat aditif minyak kayu putih sebesar 4ml menaikan performa motor bakar dan mennurunkan konsumsi bahan bakar. Campuran pertalite dan minyak kayu putih 8 ml menurunkan kadar CO dan HC secara drastis pada seteda motor.

Penelitian yang mirip pernah dikerjakan mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Semarang sebagai skripsi pada 2015 berjudul Pengaruh Penambahan Bioaditif Minyak Kayu Putih Pada Bahan Bakar Premium Terhadap Performa, Konsumsi Bahan Bakar Dan Emisi Gas Buang Sepeda Motor. Penelitian tersebut menggunakan campuran premium + minyak kayu putih 0% (premium murni), premium + minyak kayu putih 2%, premium + minyak kayu putih 4%, premium + minyak kayu putih 6%, premium + minyak kayu putih 8%, dan premium + minyak kayu putih 10%.

Secara umum penambahan bioaditif kedalam premium menghasilkan daya dan torsi yang lebih besar dibandingkan premium murni, mengkonsumsi bahan bakar yang lebih hemat, serta menurunkan kadar emisi gas buang CO dan CO2 serta meningkatkan kadar HC dan O2.

Minyak kayu putih memang masuk kelompok minyak atsiri sebagai penghemat bahan bakar minyak (green aditif). Peneliti Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Anny Sulaswaty pada 2019, seperti dikutip dari Antara, menyatakan pengembangan green aditif berbasis turunan minyak atsiri dapat menurunkan kadar air dalam solar sebesar 15 persen, menghemat bahan bakar hingga delapan persen. Jika ditambahkan dalam BBM, dapat menyempurnakan pembakaran di dalam mesin sehingga energi atau tenaga yang dihasilkan menjadi lebih besar. 

Pernyataan Pertamina dan Ahli

Section Head Commercial Pertamina Patra Niaga Sumbagut, Agustiawan, mengatakan, ia tidak bisa mengklaim tulisan itu benar atau salah, karena tidak tercantum secara lengkap mengenai hasil penelitiannya seperti apa, hanya sebatas uji sampling.

Tidak ada juga disampaikan terkait perbandingan hasil sebelum atau sesudah ditambahkan minyak kayu putih tersebut. Misalnya, berapa jauh jarak tempuhnya dan berapa lama daya tahannya.

“Jika ingin menjadikan ini sebagai dasar untuk mengklaim minyak angin bisa menghemat bahan bakar minyak, tentu ini tidak cukup secara ilmiah. Jadi, kami perlu menyampaikan ini perlu kajian lebih lanjut lagi,” kata Agus saat dihubungi Tempo pada Jumat (15/7).

Dari sisi komposisi rantai karbon atau kimianya saja sudah berbeda, yang satu dari tumbuh-tumbuhan sementara bahan bakar minyak dari crude oil. Karena harus ada data empirisnya, namun ini tidak disebutkan.

“Bila itu masuk salah satu menghemat bahan bakar minyak, tentu akan banyak perusahaan yang melirik itu. Kita juga memerlukan dukungan data-data empiris atau data pembanding dari sebelumnya,” kata Agus.

Dosen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara,  Dr. Eng. Ir. Taufiq Bin Nur, menjelaskan memang benar minyak kayu putih bisa jadi bioaditif karena memiliki sifat yang larut dalam bahan bakar memang benar.

Namun, penelitian ini masih harus memerlukan tindak lanjut yang lebih dalam. Zat aditif harus kompatibel dengan minyak mesin atau tidak menambah kotoran mesin/kerak dan aditif yang mengandung komponen pembentuk abu (ash forming) tidak diperbolehkan.

“Karena, kita juga perlu mengetahui berapa lama daya tahannya, berapa jauh jarak tempuh. Apalagi, Pertamina juga kan memproduksi bahan bakar, termasuk bensin dan pertalite, itu sudah ada standar-standarnya,” kata Taufiq saat dihubungi Tempo, Sabtu, 16 Juli 2022.

Mengenai dampak negatif pada mesin bila ditambahkan minyak kayu putih memang belum dapat dipastikan ada atau tidak.

Akan tetapi, apabila hasil pencampuran bahan bakar produk Pertamina dengan Minyak Kayu Putih (sebagai Aditif bahan bakar) membuat penurunan kualitas bahan bakar dari sisi spesifikasi yang disyaratkan, tentunya lambat laun akan memberikan dampak pada mesin.

“Misalnya, terjadinya engine knocking (masalah pada ruang pembakaran) yang nantinya akan memberikan dampak penurunan performansi mesin. Juga, belum dapat kita simpulkan tentang keamanan dari deposit yang terbentuk di ruang bakar akibat proses pembakaran dalam ruang silinder,” tambah Taufiq.

Hal senada disampaikan Dosen Mata Kuliah Motor Bakar, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Dr. Tulus Burhanuddin Sitorus. Kata Tulus, performansi motor bakar sangat dipengaruhi nilai kalor bahan bakar yang digunakan. Karena ini parameter yang sangat berpengaruh pada kinerja mesin Otto dan Diesel.

Menurut dia, kalau nilai kalor dapat ditingkatkan maka secara teoritis jumlah bahan bakar yang digunakan untuk menghasilkan daya tertentu akan berkurang. Sehingga otomatis dapat mengurangi (menghemat) pemakaian bahan bakar.

“Masalahnya, apakah dengan menambahkan minyak kayu putih akan meningkatkan nilai kalor bahan bakar tersebut? Dari keterangan pada situs tersebut tidak ada disebutkan adanya peningkatan nilai kalor bahan bakar. Umumnya penambahan aditif hanya untuk mengurangi emisi gas buang saja dengan memperkaya kandungan oksigen dalam bahan bakar,” tuturnya.

“Kasusnya ini hampir sama dengan wacana menambahkan kapur barus ke minyak bensin yang katanya dapat meningkatkan performa mesin. Secara ilmiah masih belum terbukti. Dan banyak dibantah para ahli energi. Karena kalau memang berhasil meningkatkan performa mesin maka seharusnya semua pengendara dari dulu sudah menambahkan kapur barus ke tangki kendaraannya,” ucap Tulus.

Intinya, kata dia, penambahan minyak kayu putih ke bensin belum dapat disimpulkan akan meningkatkan performansi mesin. Karena hal ini memerlukan pengujian nilai kalor dan pengujian kinerja ke mesin untuk beberapa lama. Analoginya seperti uji klinis yang dilakukan pada dunia medis yang butuh waktu beberapa bulan atau tahun agar diperoleh suatu kesimpulan yang valid.

Menghemat bahan bakar minyak

Dikutip dari Tempo, ada cara lain agar bensin lebih irit yaitu dengan mengubah perilaku berkendara yang lebih ramah pada bahan bakar.

Berikut 5 tips menghemat bahan bakar:

1. Kurangi kecepatan maksimal dari biasanya

Para pengendara bisa mengurangi kecepatan maksimal. Salah satu contohnya, biasa memacu motor sampai kecepatan 100 kilometer per jam bisa dikurangi menjadi 60 kilometer per jam. Beberapa motor juga sudah menerapkan lampu eco agar bisa berkendara dengan hemat. Untuk gaya berkendara hemat dipatok kecepatan sekitar 40 kilometer per jam hingga 60 kilometer per jam.

2. Berpindahlah ke gigi atau percepatan tinggi secepatnya

Mesin dengan percepatan tinggi kinerjanya akan lebih baik meskipun biasanya juga terjadi gesekan yang besar. Namun putaran rendah juga tak efisien karena ada penarikan katup yang menguras bensin lebih banyak. Sebaiknya lebih bijak dalam penggunaan percepatan dan sesuaikan dengan kondisi jalan maupun situasi di perjalanan.

3. Kurangi kebiasaan berakselerasi

Akselerasi biasanya membutuhkan pasokan bensin yang lebih banyak ke mesin motor. Ketika menarik gas lebih dalam maka bahan bakar yang mengucur pun semakin deras. Solusinya lakukan akselerasi secara lembut, jangan lakukan secara menyentak.

4. Kurangi penggunaan rem

Mengurangi penggunaan rem sangat mustahil dilakukan saat berkendara karena pentingnya rem untuk mengurangi kecepatan motor. Namun yang dimaksud dalam poin ini adalah penggunaan rem yang tak perlu. Banyak pengendara tangannya menempel pada handel rem sehingga bisa memberatkan kinerja mesin motor. Ada juga, perilaku pengendara sedikit-sedikit pencet rem padahal bisa disiasati dengan cukup mengendorkan gas.

5. Ganti sepeda motor dengan yang baru

Kondisi mesin yang sudah tua dengan kondisi komponennya sudah longgar. Kondisi ini mengakibatkan kinerja mesin akan lebih boros. Belum lagi sasis yang sudah tak stabil menambah beban kinerja mesin. Dengan mesin dan sepeda motor yang baru tentu kinerja lebih efisien.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan, Tempo menyimpulkan artikel berjudul ‘Lagi Viral, Minyak Kayu Putih Terbukti Bikin Hemat Bensin’ adalah sebagian benar. Artikel ini memang benar merujuk hasil tesis mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Islam Malang pada 2017.

Akan tetapi menurut para ahli, penelitian tersebut  masih memerlukan pendalaman lebih lanjut, mengenai pengujian nilai kalor dan pengujian kinerja ke mesin dalam durasi lebih lama. 

Tim Cek Fakta Tempo

** Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami.